FAKTA.COM, Jakarta - Pemerintah mesti berjibaku untuk menangani bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) maupun ancaman jerubu. Pasalnya, total areal yang terbakar hingga September 2023 sudah mencapai 267 ribu hektare dan berpotensi terus bertambah.
- Dampak elnino. Fenomena ini mengakibatkan turunnya curah hujan di Indonesia
- Hutan terbakar. Kondisi iklim ini berpotensi Karhutla terus meluas di Indonesia.
- Titik api. Saat ini ada total 6.659 titik panas (hot spot) yang 80 persennya bepotensi jadi titik api atau fire spot.
- Savana Gunung Gede. Vegetasi khas hutan dan pegunungan menjadi korban kobaran api.
“Kami sejak tanggal 28 September sedang berjibaku di Sumatra Selatan, di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sambil juga memonitor yang di Riau, Jambi dan lain-lain," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Selasa (3/10/2023).
- Butuh waktu lama. Perlu waktu yang lama untuk memadamkan titik api yang semakin meluas.
- Kesulitan akses. Kondisi lereng gunung dan tebing membuat tim satgas sulit memadamkan api.
- Asap pun mengganggu. Aktivitas warga di sekitar wilayah Karhutla menjadi terbatas dan rawan terdampak kesehatan.
- Tak ada transboundary haze. Negara tetangga tak ada protes soal bencana jerubu lantaran titik api juga ada di wilayah sana.
Kabar gembiranya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan puncak El Nino masih akan bertahan hingga akhir Oktober. Kemudian, mulai November akan terjadi transisi dari kemarau ke musim hujan.
"Alhamdulillah karena adanya angin monsun dari arah Asia sudah masuk ini mulai November, jadi kita akan Insyaallah mulai turun hujan di bulan November, " ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.