El Nino Diprediksi Bertahan Hingga Awal 2024

Oleh Arie Dwi Budiawati - fakta.com
11 September 2023 23:38 WIB
Ilustrasi danau mengering. (Dokumen Pixabay)

FAKTA.COM, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi El Nino bertahan hingga awal 2024. Fenomena ini pun dinilai sebagai penyebab musim kemarau datang lebih awal di Indonesia.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, berkata prediksi ini muncul setelah menganalisis data Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik. Menurut data, saat ini indeks El Nino mencapai +1,504. Gangguan iklim ini terjadi mulai pertengahan Mei 2023 dan berkembang ke moderat sejak akhir Juli 2023.

“Kondisi El Nino moderat diprediksi bertahan hingga awal 2024,” kata Dwikorita dalam konferensi pers dikutip dari laman Youtube BMKG, Selasa (12/9/2023).

Sekadar informasi, El Nino merupakan fenomena pemanasan SML di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan bergeser dari Indonesia ke Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.

BMKG, lanjut Dwikorita, sudah memprediksi dampak El Nino terhadap musim kemarau di Indonesia pada Februari 2023. Kala itu, gangguan cuaca ini diperkirakan membuat musim itu datang lebih awal.

Polusi Jakarta Hanya Dijawab Heru dengan Canda

Berdasarkan hasil pemantauan, hingga Agustus 2023, ada 37,5 persen dari zona musim di Indonesia yang mengawali musim kemarau lebih cepat daripada biasanya. Kini, ada 78,5 persen dari total zona musim di Indonesia yang sudah memasuki musim kemarau.

“(Musim kemarau) mencapai puncaknya pada Agustus—September 2023,” kata dia.

Penyebab Curah Hujan Berkurang

Selain El Nino, ada lagi fenomena cuaca yang disorot oleh BMKG, yaitu Indian Ocean Dipole (IOD). Melansir laman Indonesia Baik, IOD merupakan anomali SML di Samudera Hindia. Penyimpangan ini menyebabkan pergerakan atmosfer berubah dan mengurangi curah hujan di Indonesia.

Data BMKG menunjukkan indeks IOD berada di nilai +1,527 dan diprediksi akan tetap positif hingga 2023.

Jurus Pemerintah Tangani Polusi Udara di Jakarta

“IOD positif dan El Nino moderat berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan di wilayah kepulauan Indonesia,” kata dia.

Duet El Nino-IOD yang positif membuat awan hujan tumbuh lebih sedikit daripada biasanya di Indonesia dan membuat curah hujan rendah. Malah, beberapa wilayah Indonesia tidak mendapatkan hujan sama sekali lebih dari dua bulan.

“Ini merupakan penyebab kekeringan di Indonesia,” kata Dwikorita.

Menurut data BMKG, daerah-daerah yang tidak mendapatkan hujan selama lebih dari dua bulan, di antaranya Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Selatan. Bahkan, hujan tidak turun selama lebih 126 hari di Sumba Timur dan Rote Ndao, NTT.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//