Fakta.com
    !
FOCUS
FOCUS
Fakta.com
Politik
Politik
Update
Update
Hukum
Hukum
Daerah
Daerah
Ekonomi
Ekonomi
Pangea
Pangea
Teknologi
Teknologi
Humaniora
Humaniora
Memoar
Memoar
Data
Data
Infografik
Infografik
Tematik
Tematik
Program
Program
Survey
Survey
Flash Video
Chicken Skin
Paradox
Roots
Ytta
Spotlight
  • ●

    Tentang Kami
  • ●

    Redaksi
  • ●

    Pedoman Media Siber
  • ●

    Kode Etik Jurnalistik
  • ●

    Terms of Service
  • ●

    Disclaimer
  • ●

    Kerjasama
  • ●

    Bergabung di Fakta?
Fakta
Politik
Politik
Update
Update
Hukum
Hukum
Daerah
Daerah
Ekonomi
Ekonomi
Pangea
Pangea
Teknologi
Teknologi
Humaniora
Humaniora
Memoar
Memoar
Data
Data
Infografik
Infografik
Tematik
Tematik
Program
Program
Survey
Survey
Flash Video
Chicken Skin
Paradox
Roots
Ytta
Spotlight
  • ●

    Tentang Kami
  • ●

    Redaksi
  • ●

    Pedoman Media Siber
  • ●

    Kode Etik Jurnalistik
  • ●

    Terms of Service
  • ●

    Disclaimer
  • ●

    Kerjasama
  • ●

    Bergabung di Fakta?
Interactive
Games
Video
Log In
ads
ads
  1. Home
  2. pointer
  3. POINTER: Melihat Langkah Stabi...

POINTER: Melihat Langkah Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah

Ilustrasi. (Dokumen Fakta.com/Putut Pramudiko)

Ilustrasi. (Dokumen Fakta.com/Putut Pramudiko)

Google News Image

FAKTA.COM, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang terlihat dari kurs JISDOR, mulai menunjukkan penguatan. Hingga 3 November 2023, nilainya berada di level Rp15.771.

Angka tersebut semakin memperkuat langkah pemerintah untuk menahan laju pelemahan rupiah agar tak sampai ke level Rp16.000. Sebagai informasi, nilai tukar rupiah yang terlihat dari kurs JISDOR sempat menyentuh level tertinggi Rp15.943 pada 23 Oktober 2023.

  • Jangan lihat nilai. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menilai, jangan lihat pelemahan rupiah dari nilainya. Karena jika sampai Rp16.000 hanya turun 0,7%.

  • Dolar AS perkasa. Rupiah tidak melemah sendiri, mata uang beberapa juga terdepresiasi karena keperkasaan dolar AS.

  • Tak terdampak pemilu. Penguatan dolar AS menegaskan bahwa pelemahan rupiah tak terkait pemilu.

Terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi, pelemahan rupiah justru berdampak kepada beberapa sektor. Terutama industri yang masih mengandalkan bahan baku dari impor.

Untung dan Buntung Pelemahan Rupiah

Kondisi itu, bisa semakin parah jika Bank Indonesia kembali menaikkan tingkat suku bunga. Dari sini, biaya bunga akan semakin mahal dan membuat permintaan kredit korporasi bakal tertekan.

  • Suku bunga naik lagi. Jika rupiah terdepresiasi hingga Rp16.000, maka bukan tidak mungkin Bank Indonesia kembali mengerek tingkat suku bunga.

  • Manufaktur butuh insentif. Cara ini bisa diberikan kepada manufaktur yang berorientasi ekspor, sehingga mempertebal cadangan devisa.

  • Masih ada yang untung. Pelemahan rupiah pun tak selamanya merugikan, karena ada beberapa pihak yang mendulang untung.

Melihat kondisi itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui Bank Indonesia sudah melakukan upaya stabilisasi nilai tukar. Di antaranya, intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Tertekan Inflasi dan Bunga Tinggi, Stabilitas Sistem Keuangan Tetap Terjaga

Kemudian, penguatan strategi operasi moneter untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan penerbitan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) serta Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Hingga, penguatan koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk implementasi penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

Ke depan, Bank Indonesia juga akan memperkuat langkah stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya. Terutama untuk mendukung pengendalian imported inflation. 

Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2024 pada level Rp15.000 per US$.

Bagikan:
stabilitas nilai tukarnilai tukar rupiahkementerian keuanganbank indonesia
Loading...
ADS

Update News

Trending