Rupiah Dekati Rp16.000, Sri Mulyani: Hanya Turun 0,7 Persen

Ilustrasi. (Dokumen Bank Indonesia)

FAKTA.COM, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, utamanya terhadap dolar AS. Menurut dia, hal tersebut disebabkan bukan dari kinerja rupiah yang anjlok.

“Rupiah kita melemah karena dolarnya memang sedang menguat, dan ini tidak hanya dialami oleh rupiah Indonesia tetap semua mata uang dunia,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu (25/10/2023).

Menkeu menjelaskan bahwa, pelemahan rupiah secara nominal memang cukup mencolok dengan terus mendekati level Rp16.000 per dolar AS.

“Tapi jangan dilihat secara angka, tapi lihat depresiasinya yang hanya minus 0,7% secara year to date (januari 2023-sekarang),” tuturnya.

Rupiah dan Mata Uang Dunia Terdampak Penguatan Dolar

Menkeu lantas membandingkan dengan negara peer, seperti peso Filipina yang terdepresiasi minus 2%, bath Thailand minus 5,5%, yuan China minus 6%, hingga yen jepang yang terdepresiasi hingga minus 14,3% dari dolar AS.

“Sebagian besar mata uang emerging market terdepresiasi sejalan dengan indeks penguatan dolar AS yang terdepresiasi sebesar 2,7%,” tuturnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) sudah melakukan tindakan antisipasi dengan menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,00%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan jika keputusan itu dimaksudkan sebagai upaya mengelola risiko pelemahan rupiah.

“Langkah ini ditempuh untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global,” kata Perry.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//