Jika Rupiah Tembus Rp16.000, Bunga Acuan Bakal Naik Lagi

Oleh Andry Winanto - fakta.com
27 Oktober 2023 10:40 WIB
Ilustrasi pelemahan rupiah. (Fakta.com/Putut Pramudiko)

FAKTA.COM, Jakarta - Bank Indonesia (BI) masih punya ruang untuk menaikkan kembali suku bunga acuan. Asumsi tersebut didasarkan pada kondisi rupiah saat ini yang masih belum dapat keluar dari tekanan nilai tukar, terutama terhadap dolar AS.

Pendapat tersebut disampaikan Pengamat pasar modal, Lanjar Nafi kepada Fakta.com, Kamis (26/10/2023). “Spekulasi yang berkembang saat ini adalah rupiah bisa terus terdepresiasi hingga di atas level psikologis Rp16.000,” tuturnya.

Lanjar menjelaskan, jika situasi itu benar terjadi maka bank sentral perlu mengambil langkah strategis untuk memitigasi keadaan.

“Disini suku bunga dapat terancam dinaikkan 25 basis points (bps) lagi guna meredam atau mengintervensi secara cepat,” tegasnya.

Bantu Jaga Rupiah, Sektor Manufaktur Perlu Asupan Insentif

Lanjar pun memprediksi peningkatan suku bunga acuan terjadi dalam waktu dekat di tahun ini. “Untuk tahun depan sepertinya sudah tidak ada kenaikan suku bunga mengingat inflasi Indonesia yang terkendali dibawah 3% saat ini,” tutur dia.

Belum lama ini, Bank Indonesia telah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,00%. Langkah tersebut menjadi yang pertama sejak sembilan bulan terakhir setelah sebelumnya bank sentral melakukan penyesuaian pada Januari 2023 dari 5,50% menjadi 5,75%.

“Keputusan ini ditempuh untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat menggelar konferensi pers di Jakarta.

Terpisah, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pelemahan nilai tukar bukan dikarenakan kinerja rupiah yang jeblok. Dia menyebut jika depresiasi rupiah lebih disebabkan oleh menguatnya dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia.

“Tapi jangan dilihat secara angka, tapi lihat depresiasinya yang hanya minus 0,7% secara year to date (januari 2023-sekarang),” ucap dia.

Dua Sisi Mata Uang, Antara Pemilu dan Pelemahan Rupiah

Menkeu menuturkan tekanan terhadap rupiah relatif lebih mild dibandingkan dengan negara-negara peer, seperti peso Filipina yang terdepresiasi minus 2%, bath Thailand minus 5,5%, yuan China minus 6%, hingga yen jepang yang terdepresiasi hingga minus 14,3% dari dolar AS.

“Sebagian besar mata uang emerging market terdepresiasi sejalan dengan indeks penguatan dolar AS yang terdepresiasi sebesar 2,7%,” jelasnya.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//