Dua Sisi Mata Uang, Antara Pemilu dan Pelemahan Rupiah

Ilustrasi uang rupiah. (Dokumen Pixabay)

FAKTA.COM, Jakarta - Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali mengakui bahwa nilai tukar rupiah tengah berada dalam fase tertekan, utamanya terhadap dolar AS. Menurut dia, hal itu terjadi karena adanya pengaruh yang berasal dari mekanisme pasar.

Dia pun menampik anggapan jika pesta demokrasi yang bakal diselenggarakan pada awal 2024 menjadi faktor dominan.

“Saya kira pelemahan rupiah ini tidak ada hubungannya dengan pemilu,” ujarnya saat dihubungi Fakta.com pada Rabu (25/10/2023).

Rupiah Dekati Rp16.000, Sri Mulyani: Hanya Turun 0,7 Persen

Menurut Rizal, depresiasi rupiah terhadap dolar AS juga terjadi pada banyak negara dan tidak hanya menimpa Indonesia. Dia menjelaskan jika keperkasaan dolar disokong oleh meningkatnya imbal hasil surat utang AS atau yield US treasury.

“Kenapa yield US treasury ini naik, karena mereka sedang butuh pembiayaan untuk mendanai APBN-nya dan juga adanya beban utang,” tutur dia.

Rizal menjelaskan, return yang menarik itu lantas mendorong investor untuk mencari instrumen keuangan yang lebih baik. Ini pula yang menjadi alasan banyak dana asing yang keluar dari emerging market, termasuk Indonesia.

“Mereka dengan capitalnya akan mencari return yang bagus dan tergolong lebih aman,” tegas Rizal.

Terpisah, Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Firman Mochtar mengungkapkan jika situasi yang berkembang membuat investor kini cenderung memilih instrumen yang lebih likuid. 

“Ini memicu risk apatite investor yang mulai mengalihkan dananya. Ini bukan cuma ke tujuan tax heaven seperti di kawasan Amerika tetapi juga bentuk asetnya berubah ke yang lebih likuid, cash is the king lalu menjadi muncul,” kata Firman.

Rupiah dan Mata Uang Dunia Terdampak Penguatan Dolar

Dia menambahkan, terdapat indikasi adanya re-adjustment dari portofolio global yang berpotensi terhadap aliran dana.

“Bank Indonesia akan tetap melakukan mitigasi agar jangan sampai terus berlanjut karena kondisinya akan panjang, termasuk diferensiasi yield yang melebar. Sehingga, bisa tetap menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini dan tahun depan,” terang Firman.

Mengutip informasi yang dilansir Kementerian Keuangan, diketahui jika rupiah melemah 0,7% dari dolar AS secara year to date (ytd).

Angka itu cenderung stabil jika dibandingkan dengan negara peer, seperti peso Filipina yang terdepresiasi minus 2%, bath Thailand minus 5,5%, yuan China minus 6%, hingga yen jepang yang terdepresiasi hingga minus 14,3% dari dolar AS.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//