Tertekan Inflasi dan Bunga Tinggi, Stabilitas Sistem Keuangan Tetap Terjaga

Keterangan pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11/2023). (Dokumen Fakta.com/Andry Winanto)

FAKTA.COM, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa stabilitas sistem keuangan pada akhir kuartal III 2023 tetap terjaga di tengah ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global.

Menurut dia, perkembangan ini didukung oleh kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang risilien atau berdaya tahan serta merupakan hasil koordinasi dan sinergi yang akan tetap terus diperkuat.

“Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Menteri Keuangan , Gubernur Bank Indonesia, Ketua OJK, dan Ketua LPS, berkomitmen untuk terus melanjutkan penguatan koordinasi dan sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan dari risiko global,” ujarnya dalam konferensi pers hari ini, Jumat (3/11/2023).

Menurut Menkeu, pertumbuhan ekonomi global melambat dengan adanya ketidakpastian yang meningkat tinggi. Hal tersebut juga disertai dengan divergensi atau perbedaan dari pertumbuhan antarnegara yang semakin lebar.

“IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 mencapai 3%. Angka ini melambat pada 2024 menjadi 2,9%,” tuturnya.

Suku Bunga Tinggi, BI Masih Optimistis Stabilitas Sistem Keuangan Kondusif

Ekonomi Amerika Serikat pada tahun ini masih menunjukan pertumbuhan kuat ditopang konsumsi rumah tangga dan sektor jasa. Sementara itu, perekonomian China menunjukan perlambatan dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi dan krisis di sektor properti.

“Terkanan inflasi diperkirakan masih tinggi. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga energi dan pagan akibat eskalasi konflik geopolitik, terjadinya fragmentasi ekonomi dan terjadinya fenomena El Nino,” tegas dia.

Menkeu menambahkan, untuk mengatasi inflasi, kebijakan moneter di negara-negara maju, termasuk The Fed, diperkirakan masih tetap berada pada level yang tinggi dalam jangka waktu yang lama (higher for longer). 

“Kenaikan suku bunga diperkirakan akan diikuti dengan kenaikan yield obligasi tenor jangka panjang di negara-negara maju, khsususnya obligasi AS akibat peningkatan kebutuhan pembiayaan. Perkembangan ini telah memicu aliran ke luar dari modal asing, dari emerging market ke negara-negara maju. Ini mendorong pula penguatan mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia,” jelas.

Perkembangan Terkini Indikator Stabilitas Nilai Rupiah

Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan jika perkonomian Indonesia tetap terjaga cukup baik dan berdaya tahan. 

“Konsumsi swasta diperkirakan masih kuat yang sejalan dengan indikator keyakinan konsumen yang masih tinggi, terkendalinya inflasi, dan aktivitas terkait penyelenggaraan pemilu,” ungkap Menkeu.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//