FAKTA.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi sepanjang masa dengan mencapai leven intraday 7.450,84 pada perdagangan hari ini, Kamis (15/8/2024). Lonjakan ini menarik perhatian para investor dan analis pasar dengan memberikan pandangan optimis namun tetap berhati-hati.
Menurut Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo Adi Joe, kenaikan tajam IHSG ini didorong oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan. Salah satunya adalah prediksi penurunan suku bunga oleh The Fed bulan depan.
"Investor melihat peluang ini dan mulai masuk ke pasar saham kita. Jika The Fed menurunkan suku bunga, investor asing cenderung mencari instrumen investasi yang lebih menarik," jelas Kiswoyo kepada Fakta.com, Kamis (15/8/2024).
Kiswoyo juga menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan masih berada di atas 5% sebagai salah satu faktor pendorong. Selain itu, adanya Pilkada serentak yang akan datang turut meningkatkan perputaran uang di pasar, yang secara tidak langsung mendorong peningkatan investasi di pasar saham.
"Putaran uang biasanya lebih besar selama periode pemilihan, yang berkontribusi pada peningkatan investasi," kata dia menambahkan.
Sektor perbankan, terutama saham-saham besar seperti BBRI dan BBCA, disebut Kiswoyo sebagai salah satu pemain utama yang menggerakkan IHSG ke level ini. Sektor tambang, termasuk saham-saham yang bergerak di industri minyak seperti BREN, juga turut berkontribusi signifikan.
Namun, Kiswoyo mengingatkan bahwa meskipun IHSG mencetak rekor baru, fluktuasi pasar, termasuk koreksi dan profit taking, tetap merupakan bagian dari dinamika pasar yang sehat.
"Koreksi atau profit taking mungkin terjadi, tapi seharusnya tidak berlangsung lama. Ini adalah bagian dari dinamika pasar yang sehat," katanya.
Dihubungi terpisah, Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto, menambahkan bahwa target berikutnya untuk IHSG adalah mencapai level psikologis 7.500. Menurut William, selain faktor investor asing, ada beberapa sentimen lain yang turut mendukung lonjakan ini.
"Investor asing memang menjadi salah satu faktor, tapi menurut saya lebih dari itu. Ada sentimen suku bunga, faktor teknikal di mana IHSG sudah jenuh jual, dan kenaikan harga komoditas yang memberikan dorongan pada saham-saham tambang yang bobotnya cukup besar," ujar William.
William juga menambahkan bahwa sektor tambang, perbankan, dan properti menjadi penopang utama dalam pergerakan IHSG menuju rekor tertinggi ini. Kenaikan harga komoditas memberikan angin segar bagi sektor tambang, sementara perbankan dan properti terus menunjukkan kinerja yang kuat di tengah optimisme pasar.