Apresiasi Penurunan BI Rate, BRI Optimistis Target Pertumbuhan Kredit Tercapai

Gedung BRI. (Dokumen BRI)
FAKTA.COM, Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Di sini, BI Rate menjadi 6% dari sebelumnya 6,25%.
Menurut Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, kebijakan tersebut tidak hanya mencerminkan komitmen kuat terhadap stabilitas ekonomi nasional. Namun juga mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama bagi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
"Kami menyambut baik kebijakan penurunan suku bunga acuan ini. Selain memperkuat ekonomi, kebijakan ini akan memberikan dampak positif bagi UMKM di Indonesia," ujar Hendy kepada Fakta.com, Selasa (24/9/2024).
Namun, BRI memproyeksikan bahwa penurunan suku bunga BI ini tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas bank.
"Penurunan BI-Rate sebesar 25 bps tidak akan berpengaruh besar pada likuiditas BRI, kami tetap menerapkan strategi 'just right liquidity' untuk menjaga likuiditas di level optimal," katanya menambahkan.
BRI juga optimis dapat mencapai target pertumbuhan kredit sebesar 10%-12% year-on-year (yoy) pada akhir tahun.
Terkait transmisi suku bunga pasca penurunan BI-Rate, BRI akan melakukan tinjauan berkala untuk menyesuaikan suku bunga simpanan dan pinjaman sesuai perkembangan pasar.
"Kami terus membuka ruang untuk penyesuaian suku bunga demi memberikan layanan terbaik bagi nasabah," pungkas Hendy.
Seperti diketahui, BI Rate akhirnya diturunkan. Tren pengetatan kebijakan moneter berakhir.
Setelah lima bulan bertahan di angka 6,25%, Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6%.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut, BI Rate 6%, Deposit Facility 5,25%, dan Lending Facility sebesar 6,75%.
Fakta tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (18/9/2024).
“Kedepan Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan menguat serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi,” ujar Perry.