FAKTA.COM, Jakarta - Suprlus neraca perdagangan semakin berkurang. Per Juli 2024, nilainya menjadi US$0,47 miliar.
Catatan yang tertuang dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) ini cenderung kecil, bahkan menurun secara bulanan maupun tahunan. Penurunan masing-masing ialah US$1,92 miliar dan US$0,84 miliar.
Tipisnya surplus neraca perdagangan Indonesia sejalan dengan melambatnya nilai ekspor komoditas unggulan, yakni batubara, besi dan baja, serta CPO dan turunannya. Seperti diketahui, kontribusinya terhadap total ekspor non migas Juli 2024 ialah 28,34%.
“Nilai ekspor tiga komoditas ini mengalami penurunan baik secara bulanan maupun tahunan,” kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, Kamis (15/8/2024).
Jika dirinci, penurunannya ialah sebesar -0,07% (mom) dan -2,49% (yoy) untuk batubara, -3,28% (mom) dan -8.07% (yoy) besi dan baja, serta -36,37% (mom) dan -39,22% (yoy) untuk komoditas CPO dan turunannya.
“Penurunannya disebabkan oleh adanya pelemahan permintaan dari negara tujuan ekspor,” kata Amalia menambahkan.
Seperti diketahui, pada Juli 2024, nilai impor semakin mendekati nilai ekspor. Rinciannya, nilai ekspor US$22,21 miliar, sementara impor US$21,74 miliar.
Dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, nilai impor selalu berada di Bawah US$20 miliar.
Sekadar informasi, beberapa negara sedang mengalami kontraksi pada sektor manufaktur. Hal ini ditunjukkan dari pelemahan Purchasing Manager Index (PMI). Bahkan, negara yang menjadi mitra dagang terbesar Indonesia, seperti Tiongkok dan Amerika masuk ke dalam zona kontraktif ditinjau dari nilai PMI-nya, yakni 49,8 dan 49,6.
Dalam kesempatan itu, Amalia juga bilang bahwa melihat kinerja ekspor dan impor lebih baik secara kumulatif.
“Kalau untuk yang bulanan relatif nanti dipengaruhi proses waktu pengiriman, kemudian kebutuhan untuk stok yang mungkin tiap bulan akan berbeda,” kata Amalia.
Adapun secara kumulatif, dalam periode (Januari-Juli), surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$15,92 miliar tahun ini. Angka ini pun mengalami penurunan sebesar US$5,28 miliar dari periode yang sama di tahun lalu.
Jika dirinci pun angkanya tetap kalah dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, secara kumulatif neraca perdagangan non migas mencatatkan surplus US$28,16 miliar. Atas catatan tersebut, surplusnya menurun US$3,75 miliar dari periode sama tahun lalu.
Untuk neraca perdagangan migas pun lebih parah. Alih-alih surplus secara kumulatif justru mengalami defisit.
Catatan defisitnya adalah US$12,24 miliar dan lebih besar US$1,54 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.