FAKTA.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung kebijakan setop ekspor bahan mentah nikel pada 2020. Saat itu, kata dia, banyak penolakan tak hanya dari luar tapi juga dari dalam negeri.
"Banyak yang menentang. Dari dalam negeri sendiri karena pada saat awal kehilangan US$1,5 miliar atau Rp20 triliun," ujar Jokowi saat meresmikan pabrik bahan anoda baterai litium di Kendal, Jawa Tengah yang disiarkan Youtube Setpres, Rabu (7/8/2024).
Meski begitu, kata Jokowi, dirinya meyakini kebijakan tersebut akan memberi nilai tambah.
Hasilnya, "Seperti disampaikan Menko Luhut Binsar Pandjaitan, sekarang sudah US$34 miliar nilai dari ekspor nikel kita."
Jokowi menyebut, nilai itu melompat sangat besar dari Rp33 triliun menjadi Rp510 triliun. "Meskipun dari awal-awal banyak tidak setuju, banyak pro dan kontra dan digugat oleh Uni Eropa dan kita kalah," tutur dia.
Dia pun menegaskan, Indonesia adalah negara berdaulat yang tidak bisa didikte oleh siapapun. "Saya sampaikan kepada para menteri, maju terus. Digugat kalah, banding," ucap Jokowi.
Di sisi lain, Jokowi menyampaikan, Indonesia memimpikan ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi. "Satu per satu mulai kelihatan," tuturnya.