Ini Closing Statement 3 Capres saat Debat Pilpres Perdana

Tiga Capres di KPU usai berdebat di debat perdana. (Fakta.com/Rensi Sugiri)
FAKTA.COM, Jakarta - Agenda debat Pilpres perdana yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah rampung tadi malam, Selasa (12/12/2023) . Debat berlangsung selama kurang lebih 150 menit-digabung dengan iklan dan keperluan komersil-.
Selama lima segmen, ketiga pasangan calon, yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo menyampaikan visi misi dan adu gagasan di atas panggung. Segmen enam atau terakhir, menjadi penutup dari debat Pilpres tersebut.
KPU lantas mempersilakan ketiga calon untuk menyampaikan pertanyaan penutup. Redaksi Fakta.com coba merangkumnya.
Anies menjadi capres pertama yang menyampaikannya pernyataan tertutup. Dengan bahasa Inggris, Anies pada satu kalimatnya menyampaikan bahwa sematan wakanda yang melekat di Tanah Air tidak ada lagi, tapi diganti dengan selamanya Indonesia.
Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan
Saya rasa kita sama, rakyat Indonesia, saya, kita semua, bahwa kita menginginkan sebuah negeri di mana praktik korupsi diberantas hingga tuntas.
Pemerintah memberikan pelayanan yang terbaik dan kemudian kita menjunjung tinggi etika, kita sama di situ.
Karenanya saya ingin sampaikan kepada semua bahwa sekarang ini kita di persimpangan jalan, antara tetap menjadi negara hukum di mana kekuasaan dikendalikan oleh hukum atau kita menjadi negara kekuasaan di mana hukum diatur dan dikendalikan oleh penguasa.
Dalam situasi itu, saya ingin sampaikan, ini adalah sebuah gerakan perubahan, kita ingin sama-sama. Kita ingin mengembalikan tetap menjadi negara hukum di mana kekuasaan dikendalikan.
Saya ingin sampaikan bahwa etika dijunjung tinggi. Ketika terjadi pelanggaran hukum, jangan bersembunyi di balik keputusan hukum.
Justru kita harus mengatakan bahwa tugas dari pimpinan tertinggi memberi contoh, bila ada pelanggara etika, maka itu adalah mendasar. Bila tidak, maka ke bawah, ke seluruh rakyat akan kompromi.
Praktik orang dalam yang tadi saya sampaikan akan merusak sendi-sendi kehidupan bernegara kita, merusak kita. Karena itulah penting sekali kita menjunjung etika.
Itu dilakukan oleh siapa? dari mulai calon presiden dia sudah diuji apakah dia kompromi tidak kepada etika.
Lalu bagi anak muda, kita semua menyadari pemilu ini tentang masa depan, anda pemilik masa depan. Saya yakin anda akan memilih yang serius untuk menjadi presiden. Bukan yang main-main untuk menjadi presiden.
Dan ketika kita berbicara tentang masa depan, maka saya ingin sampaikan kepada semua, kebebasan berpendapat akan dijamin, kita tidak mengizinkan lagi situasi di mana orang takut. maka itu saya sampaikan wakanda no more, indonesia forever.
Sementara capres nomor urut 2 Prabowo Subianto pada kalimat awal mengingatkan bahwa kemerdekaan yang diperoleh Indonesia lahir dari perjuangan panjang. Ada pula peran-peran dari pendahulu bangsa dalam proses pembangunan.
Bersama Gibran Rakabuming Raka selaku cawapres dan Koalisi Indonesia Maju, Prabowo akan melanjutkan apa yang selama ini dibangun. Dia percaya diri Indonesia akan jadi negara maju, makmur, hebat, dan adil.
Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto:
Kita harus selalu ingat bahwa kemerdekaan ini didapatkan melalui proses yang sangat panjang, perjuangan yang sangat panjang, berganti-ganti negara-negara lain datang menindas kita merampas kita. Ini adalah hukum sejarah manusia, yang kuat akan menindas yang lemah.
Kita bersyukur sudah bangun suatu negara yang memiliki demokrasi dengan segala kekurangannya. Kita bersyukur semua pemimpin telah membantu menambahkan kemajuan.
Kita ingin lebih maju, kita ingin lebih baik, kita ingin lebih adil, kita ingin hilangkan kemiskinan, dan kita ingin hilangkan korupsi, kita negara yang sangat kaya. Kekayaan kita luar biasa.
Kami Prabowo-Gibran, Koalisi Indonesia Maju, siap melanjutkan fondasi yang sudah dibangun oleh pendahulu-pendahulu kita. Kita yakin Indonesia akan melompat menjadi negara hebat, negara maju, negara makmur, negara adil.
Hanya dengan demikian, tetapi syaratnya kita harus harus rukun, kita harus bersatu, kita tidak boleh menghasut, memecah belah. Kita tidak boleh untuk kepentingan sesaat, untuk kepentingan jangka pendek, untuk kepentingan diri kita, kelompok kita, kita tidak boleh mengorbankan persatuan, kesatuan, kerukunan bangsa Indonesia.
Hanya dengan kerukunan, hanya dengan kearifan, hanya dengan kebersihan jiwa, tidak dengan permainan kata-kata retorika, tapi sungguh, sungguh-sungguh cinta Tanah Air, Indonesia akan maju, negara hebat.
Ganjar Pranowo menjadi capres terakhir yang memberikan pernyataan penutup. Mulanya, Ganjar menyinggung jika ia hanyalah seorang anak laki-laki yang lahir dari polisi berpangkat rendah.
Begitupula dengan cawapresnya, Mahfud MD yang merupakan anak dari pegawai tingkat kecamatan. Lantaran berasal dari masyarakat kecil, Ganjar-Mahfud ingin menghilangkan kesenjangan yang ada di Indonesia melalui jalur pesta demokrasi.
Capres Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo:
Ini panggilan sejarah buat Ganjar-Mahfud. Ganjar seorang anak polisi berpangkat tidak tinggi, bertugas di kecamatan.
Pak Mahfud, bapaknya pegawai kecamatan. Kalau kita berada pada momentum yang sama, kami dan pak Mahfud ini adalah orang kecil yang kalau bapaknya rapat kira-kira anggota forkompincam. Kami hanya di level kecamatan, kami telah terbiasa mencoba mendengarkan keluh kesah rakyat.
Panggilan sejarah inilah yang coba kita klasifikasi dari seluruh persoalan yang muncul bagaimana kita memberikan afirmasi terhadap kelompok rentan, ada kelompok perempuan, penyandang disabilitas, anak-anak, termasuk manula. Mereka butuh perhatian yang lebih.
Maka inilah cara kita membangun melibatkan mereka tanpa meninggalkan mereka, no one left behind.
Bagaimana pemerintah bisa betul-betul melayani dengan memberikan teladan dari pemimpin tertinggi yang antikorupsi, yang menunjukkan integritas, yang menunjukkan layanan pemerintah yang mudah, murah, cepat, sat set.
Kalau itu bisa kita lakukan, maka betapa bahagianya rakyat ini, pemerintah ini ada. Yang ketika dikritik tidak baperan, yang ketika media menulis mereka merasa ini vitamin buat dirinya, bukan sedang merongrong apalagi kemudian merasa terancam.
Maka kalau kemudian demokratisasi ini bisa kita laksanakan dengan baik sesuai dengan amanah reformasi, enggak ada lagi cerita Bu Sinta, enggak ada lagi Mas Butet, enggak ada cerita Melky, tidak ada itu. Karena dewasa kita dalam berdemokrasi.
Dalam penghormatan terhadap hak mereka, konsisten antara pikiran perkataan dan perbuatan dan saya berdiri bersama korban untuk keadilan.