Masih Ada Ruang Penurunan Bunga Acuan, Investasi Saham jadi Andalan

Ilustrasi suku bunga acuan. (Dokumen Freepik)
FAKTA.COM, Jakarta - Siklus pemangkasan suku bunga acuan menjadi kabar baik bagi para investor saham. Terutama, bagi investor dengan orientasi jangka panjang.
Pernyataan tersebut disampaikan Chief Investment Officer, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Samuel Kesuma. Menurut Samuel, secara historis, pasar saham Indonesia konsisten mencatatkan kinerja positif dalam periode pemangkasan suku bunga acuan.
Samuel menjelaskan bahwa bank sentral AS The Fed membuat 'gebrakan' pada awal dengan pemangkasan di luar ekspektasi sebesar 50 basis poin (bps).
Namun demikian, juga menegaskan bahwa pemangkasan ke depan akan lebih gradual, dengan total berdasarkan dot-plot sebesar 200 bps sampai akhir 2025.
"Menurut kami, The Fed berhasil mengkomunikasikan sikapnya yang gesit, namun terukur," ujar Samuel dikutip Antara, Selasa (8/10/2024).
Dari dalam negeri, Ia memperkirakan pada kuartal IV-2024, Bank Indonesia (BI) masih akan kembali menurunkan suku bunga acuannya, sebagai antisipasi menopang pertumbuhan di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan domestik, seperti yang terlihat dari kecenderungan deflasi akhir-akhir ini.
"Proyeksi kami, sampai akhir 2024 ini BI Rate akan berada di kisaran 5,5% sampai 5,75%," ujar Samuel.
Per akhir September 2024, pasar saham cukup atraktif, dengan Price-to-Earnings Ratio (PE) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 13,7 kali dibandingkan rata-rata 15 kali, yang merupakan titik masuk menarik bagi investor.
Dalam kesempatan terpisah, Praktisi Pasar Modal dan Dosen MET Atma Jaya, Hans Kwee pernah mengatakan, investor asing telah mulai masuk ke pasar modal Indonesia bahkan sebelum kebijakan pemotongan suku bunga diumumkan oleh BI maupun The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat.
"Pasar saham cenderung bergerak lebih dulu sebelum pengumuman penurunan suku bunga, investor asing sudah memanfaatkan ekspektasi penurunan tersebut dengan masuk ke pasar kita," ujar Hans.
Ia menambahkan bahwa investor asing telah mengamati potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia serta disiplin fiskal yang menarik.
"Dengan suku bunga yang lebih rendah, ada kecenderungan untuk beralih dari negara maju ke emerging market, termasuk Indonesia," tambahnya.
Sebelumnya, Senior Investment Strategist DBS, Daryl Ho memproyeksikan obligasi Indonesia bakal terimbas positif secara signifikan dari pemangkasan suku bunga The Fed. The Fed sendiri diperkirakan akan memangkas suku bunga pada November 2024.
Sebab, pemangkasan suku bunga memengaruhi imbal hasil, sementara imbal hasil bergerak berlawanan dengan harga obligasi.
"Ini akan menjadi hal positif dari sisi capital gain, pada obligasi. Imbal hasil naik karena harga obligasi bergerak berlawanan dengan imbal hasil," kata Daryl.