FAKTA.COM, Jakarta - Meski mencatat berbagai rekor, performa keuangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023 justru mengalami banyak tekanan. Dalam hal ini, pendapatan dan laba bersih salah satu self regulatory organization (SRO) itu mencatat penurunan.
Secara rinci, pendapatan BEI turun 14,1% menjadi Rp2,5 triliun. Sementara jumlah beban meningkat 7,6% menjadi Rp1,82 triliun.
Alhasil, laba bersih BEI anjlok 40,3% menjadi Rp587,7 miliar.
Mengutip materi BEI, Rabu (26/6/2024), salah satu yang membuat beban meningkat adalah gaji dan tunjangan. Sepanjang 2023, pos yang satu ini melesat 30,7% menjadi Rp767,34 miliar.
Dari jumlah itu, kenaikan tertinggi berasal dari tunjangan pajak yang melompat 71% menjadi Rp161,73 miliar.
Meski begitu, Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad mengklaim, BEI mampu menjaga kondisi likuiditas dan kesinambungan solvabilitas ke depan sebagai Langkah fundamental untuk menjaga kelangsungan usaha hingga masa-masa mendatang. Selain itu, katanya, BEI masih membukukan kinerja rasio keuangan yang kompetitif dibandingkan bursa-bursa regional.
"Efektivitas kinerja keuangan BEI juga ditujukan dengan aktivitas belanja investasi yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebagai upaya menjaga kesinambungan usaha perseroan serta pengembangan pasar modal Indonesia," kata Kautsar.
Adapun dari laba yang dihasilkan pada 2023, BEI mengalokasikan Rp151,7 miliar sebagai cadangan wajib. Sehingga total cadangan wajib yang terbentuk mencapai Rp154,5 miliar atau 20% dari modal disetor perseroan per 31 Desember 2023 Rp772,5 miliar.
Seperti diketahui, sepanjang 2023 lalu, BEI mencatat beberapa rekor. Di antaranya nilai kapitalisasi pasar yang mencapai Rp11.762 triliun pada 28 Desember 2023, serta volume transaksi harian tertinggi 89 miliar saham pada 31 Mei 2023.
Namun dalam perjalanannya, rata-rata nilai transaksi harian turun 27% dari akhir 2022 Rp14,7 triliun menjadi Rp10,7 triliun. Kemudian, frekuensi transaksi harian juga turun 9,7% menjadi 1,18 juta kali.