Kompak Melambat, Ekonomi Indonesia-Tiongkok Sehidup Semati

Peta ekonomi dunia. (Dokumen IMF)

FAKTA.COM, Jakarta - Indonesia dan Tiongkok sehidup semati soal perekonomian. Hal tersebut tidak lepas dari fakta bahwa Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

Lantas, dengan kinerja ekonomi Tiongkok yang belum kunjung membaik, bagaimana Indonesia terseret dampaknya?

Assistant Vice President Wealth Management BCA, Christian Anugroho menjelaskan, ekonomi Tiongkok masih dalam tren pelemahannya. Salah satu faktanya terlihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 yang hanya menyentuh 4,7%.

Pertumbuhannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan periode sama di tahun lalu, yaitu 6,3%. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pun, angka pertumbuhannya masih kebanting.

“Kalau kita lihat di Kuartal I (2024), itu 5,3% secara year on year,” ujar Christian Dalam BCA House View Agustus yang disiarkan Youtube Solusi BCA, Selasa (6/8/2024).

Gelap-Terang Perekonomian Indonesia di Akhir Era Jokowi

Di samping itu, konsumsi domestiknya masih sangat lemah, hal tersebut tercermin dari tingkat inflasi tahunan dan pertumbuhan penjualan retail yang melambat.

“Tingkat konsumsi domestik cenderung rendah sekali, angka inflasinya berada di level 0,2% (yoy), kemudian penjualan retailnya juga terlihat mengalami perlambatan,” kata Christian menambahkan

Merespons tren perlambatan tersebut, bank sentral Tiongkok atau People’s Bank of China (PBOC) mulai memangkas suku bunganya dari 1,8% menjadi 1,7%.

Christian mengungkap, pemangkasan suku bunga tersebut akan memberikan peningkatan belanja dan pemulihan. Namun, sayangnya upaya tersebut relatif belum begitu signifikan dalam mengembalikan kinerja perekonomian Negeri Tirai Bambu tersebut.

Sesuai Prediksi, Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Resmi Melambat

Bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia? Seperti diketahui, dalam periode yang sama ketika ekonomi Tiongkok melemah, kinerja ekspor Indonesia juga menunjukkan indikasi pelemahan.

Fakta tersebut tertuang dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan nilai ekspor Indonesia secara kumulatif Januari-Juni 2024 terkontraksi dari periode yang sama tahun 2023 sebesar 2,76%. Begitu juga dengan ekspor non migas turun 2,99%.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran Jakarta, Aswin Rivai mendukung berbagai temuan di atas.

“Ekonomi Tiongkok sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, 1% penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menurunkan ekspor Indonesia sebesar 0.3%,” kata Aswin kepada Fakta.com, belum lama ini.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//