Fakta.com

Bahaya Mikroplastik dalam Jajanan Anak-anak

Dua siswa SD Negeri 2 Serang membeli jajanan terbuat susu, jagung dicampur keju, di Serang, Banten, Senin (11/1). (ANTARA/Asep Fathulrahman)

Dua siswa SD Negeri 2 Serang membeli jajanan terbuat susu, jagung dicampur keju, di Serang, Banten, Senin (11/1). (ANTARA/Asep Fathulrahman)

FAKTA.COM, Jakarta - Jajanan anak-anak dengan kemasan plastik di kantin sekolah-sekolah rupanya mengandung partikel berbahaya yakni mikroplastik.

Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran sangat kecil, sekitar kurang dari 5 mm. Kandungan plastik yang sangat kecil ini dapat dengan mudah terkonsumsi ke dalam tubuh anak-anak dan tidak bisa terurai oleh saluran pencernaan.

Riset yang pernah dilakukan oleh Ecoton tahun 2018 hingga 2022 memaparkan fakta bahwa mikroplastik tidak hanya ditemukan dalam tubuh hewan, tetapi juga pada feses manusia. Melalui riset tersebut ditemukan pada 10 gram feses manusia ditemukan 2 sampai 15 partikel mikroplastik per milimeter. Pada ikan dan beragam olahannya juga ditemukan kandungan mikroplastik yang hanya dapat dilihat dari mikroskop.

Menurut riset terbaru Yayasan Gita Pertiwi dan Ecoton pada 2024 terhadap jajanan sekolah, membeberkan fakta bahwa jajanan yang dikonsumsi anak sekolah mengandung mikroplastik. Hal tersebut tak lepas dari penggunaan berbagai jenis plastik sebagai bungkus berbagai jajanan di kantin sekolah. Jenis-jenis plastik yang ditemukan di jajanan anak sekolah mulai dari botol plastik, sedotan plastik, stereofoam, bungkus plastik bening, sachet, kertas minyak, mika, dan gelas plastik.

Hasil riset menunjukan paling banyak ditemukan adalah jajanan dengan kemasan kertas minyak yang presentasenya mencapai 22%, diikuti oleh bungkus plastik bening dengan presentase 19% dari total sampah sekolah. Sampel yang diambil di beberapa Sekolah (SD/MI dan SMP) di Solo Raya tersebut didapatkan total timbunan sampah sebanyak 277,85 kilogram.

Riset ini menunjukan bahwa ditemukan beberapa jenis mikroplastik pada jajanan sekolah. Terdapat 3 jenis jajanan yang menjadi sample dalam riset ini berupa risol (bungkus plastik bening), nasi goreng (bungkus kertas minyak), dan roti kemasan (bungkus single layer). Dari ketiga jajanan tersebut terdapat dua jenis mikroplastik yang paling banyak menempel di sample jajanan sekolah yaitu dari fiber dan fragmen.

Jenis fiber ditemukan pada sampel risoles dengan jumlah 2 mikroplastik yang menempel. Sedangkan jenis fragmen ditemukan pada semua sampel. Untuk jumlah jenis fragmen tersebut pada sampel nasi goreng ditemukan 3 mikroplastik, risoles ditemukan 3 mikroplastik, dan roti kemasan ditemukan 1 mikroplastik. Ukurannya pun sangat kecil tak kasat mata, dimana paling kecil berukuran 17 µm dan yang tersbesar 465 µm.

Keberadaan mikroplastik pada makanan tersebut nyatanya berbahaya bagi kesehatan manusia terutama untuk anak-anak sekolah yang masih membutuhkan gizi baik, tetapi karena kemasan terbungkus plastik mengakibatkan mereka harus menanggung beban untuk masa depan mereka. Hal tersebut dikarenakan dampak dari mikroplastik bagi tubuh yang memiliki efek buruk jangka panjang.

Menurut penjelasan pada artikel Halodoc.com yang telah ditinjau oleh Dr. Rizal Fadli, Dalam paparan tingkat tinggi, pertumbuhan sel kanker, reaksi alergi, kerusakan sel, gangguan metabolisme, dan gangguan hormon jadi bahaya mikroplastik bagi kesehatan.

Walaupun proses plastik menjadi mikroplastik memerlukan waktu yang sangat lama, dengan menjamurnya keberadaan kemasan yang menggunakan plastik sekali pakai tidak heran lagi si kecil berbahaya ini mudah masuk dalam tubuh manusia. Umumnya melalui jajanan yang banyak dibungkus dengan plastik-plastik sekali pakai.

Di Kota Solo sendiri komposisi sampah plastik mencapai 22.73% dan menjadi produksi terbesar kedua dari jenis sampah lainnya. Riset yang pernah dilakukan oleh Gita Pertiwi terkait dengan penggunaan kantong plastik sekali pakai juga pernah dilakukan di sejumlah pasar di Kota Solo.

Hasil riset menunjukan dari 5 pasar yang berbeda, hasil akumulatifnya adalah 22.260 buah PSP setiap harinya. Dari 5 pasar tersebut rata-rata per-hari setiap pedagang Pasar Jebres menggunakan kantong plastik 83 buah, Pasar Nongko 66 buah, pedagang Pasar Gading 29 buah, pedagang Pasar Purwosari 22 buah, dan Pasar Singosaren 12 buah.

Hal tersebut juga dikhawatirkan terjadinya kontak makanan dengan kantong plastik, sehingga mikroplastik menempel pada makanan tersebut. Karena ukurannya yang kecil, tubuh manusia dapat terpapar mikroplastik yang dapat terjadi melalui pernafasan, konsumsi makanan atau minuman, dan penyerapan pada kulit.

Sebagai pencegahan untuk mengurangi paparan mikroplastik kepada anak sekolah Gita Pertiwi memberikan rekomendasi dalam beberapa hal. Hal yang dapat dilakukan seperti membawa wadah guna ulang sendiri dari rumah dengan memperhatikan bahan dari wadah tersebut, bijak dalam menggunakan kemasan yang dijajakan seperti menggunakan daun pisang.

Kemudian, menghindari pengemasan dan penyimpanan makanan dalam kondisi panas dan terpapar sinar matahari secara langsung, memperhatikan jajanan yang dijual di kantin sekolah.

Selain itu, memastikan proses produksi bersih dan steril untuk menghindari kontaminasi mikroplastik yang dapat berasal dari pecahan kain/lap yang digunakan saat proses pengolahan makanan, dan membuat kebijakan dalam mengontrol penggunaan kemasan plastik pada jajanan yang dikonsumsi anak.

kemasan makanan
jajanan anak-anak
mikroplastik
sampah plastik