Derita Pengungsi Suriah dan Lebanon: di Sana Dibom, di Sini Dibom

Warga dari Lebanon tertahan di perbatasan Suriah, Senin (23/9/2024) saat hendak mengungsi untuk menghindari ancaman perang besar-besaran antara Hizbullah dan Israel, terutama di kawasan Lebanon Selatan. Foto: UNHCR
FAKTA.COM, Jakarta - Ribuan warga Lebanon dan Suriah berbondong-bondong meninggalkan wilayah Lebanon selatan menghindari perang antara Israel dan Hizbullah. Mereka terpantau menuju Suriah, dan sebagian masih antre di perbatasan.
Ratusan kendaraan mengular di perbatasan Suriah, menurut pantauan UNHCR, Rabu (25/9/2024). Banyak orang juga datang dengan berjalan kaki, membawa apa yang mereka bisa.
“Pertumpahan darah ini menelan korban yang mengerikan, membuat puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka,” kata Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.

Kerumunan keluarga dari Lebanon tengah mengantre di perbatasan untuk mengungsi ke Suriah. Foto: UNHCR
Kerumunan besar, termasuk wanita, anak kecil, dan bayi mempertaruhkan nasib di perbatasan. Mereka rela menginap di luar ruangan meskipun suhu udara di perbatasan Lebanon-Suriah dingin mencekam. Beberapa warga bahkan terlihat terluka, diduga akibat jadi korban ledakan baru-baru ini.
Di tengah panasnya konflik, yang bisa saja berakhir dengan perang besar, jumlah warga yang bermaksud mengungsi ke Suriah terus bertambah setiap harinya.
Sebagian dari pengungsi merupakan warga Suriah yang sebelumnya mengungsi ke Lebanon akibat perang Suriah beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Lebanon pernah menampung sekitar 1,5 juta pengungsi akibat perang Suriah. Selain itu, Lebanon juga jadi rumah sementara bagi 11.000 pengungsi dari negara lain.

Sekelompok anak-anak berjalan kaki di tengah antrean kendaraan dari Lebanon yang mengantre di perbatasan untuk mengungsi ke Suriah. Foto: UNHCR
Data terbaru PBB menunjukkan setidaknya 90.530 orang mengungsi di Lebanon, selain hampir 112.000 orang yang mengungsi sejak Oktober 2023.
“Ini adalah cobaan lain bagi keluarga yang sebelumnya melarikan diri dari perang di Suriah, tetapi sekarang harus dibom di negara tempat mereka mencari perlindungan," kata Filippo Grandi.
Menurut otoritas Lebanon, lebih dari 27 ribu orang telah mengungsi selama 48 jam terakhir.
Sementara Kantor koordinasi bantuan PBB, OCHA, mencatat bahwa lebih dari 110.000 orang telah mengungsi sejak Oktober 2023. Hingga Selasa malam, lebih dari 25.000 orang telah menemukan tempat berlindung di 130 tempat penampungan baru.

Seorang anak berada di antara puing-puing bangunan yang hancur di sebuah kawasan Lebanon selatan usai diserang Israel. Foto: PBB
Jumlah pengungsi kian banyak setelah ledakan demi ledakan menambah korban tewas, terutama warga di wilayah Lebanon. Sedikitnya, gempuran Israel telah menewaskan 558 orang dan melukai 1.835 orang di Lebanon.
UNHCR beserta Lembaga lain kini disibukkan di titik-titik penyeberangan perbatasan Lebanon-Suriah untuk membantu pengungsi. Mereka, di antaranya, menyediakan makanan, air, selimut, dan kasur bagi mereka yang tiba, dan membimbing mereka menuju tempat pengungsian di Suriah.
"Timur Tengah tidak mampu menanggung krisis pengungsian baru. Jangan sampai kita menciptakannya dengan memaksa lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka. Melindungi kehidupan warga sipil harus menjadi prioritas,” kata Grandi. (UN/UNHCR)