FAKTA.COM, Jakarta - Setidaknya 280 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat unjuk rasa antipemerintah di Bangladesh pada hari Minggu (4/8/2024).
Ratusan korban berjatuhan akibat bentrokan antara polisi dan puluhan ribu pengunjuk rasa.
Kerusuhan terjadi saat para pemimpin mahasiswa mendeklarasikan kampanye pembangkangan sipil untuk menuntut pemimpin negara yang telah lama menjabat, Perdana Menteri Sheikh Hasina, untuk mundur.
Korban tewas termasuk setidaknya 13 petugas polisi, dan jam malam nasional yang tidak terbatas telah diberlakukan untuk mengekang kekerasan lebih lanjut, menurut laporan BBC.
Protes mahasiswa, yang telah berlangsung sejak Juli, dimulai dengan seruan untuk menghapus kuota dalam pekerjaan pegawai negeri. Namun, sejak itu aksi protes ini telah berubah menjadi gerakan antipemerintah yang jauh lebih luas.
Pemerintah Bangladesh pada Senin (5/8/2024), membatasi akses ke layanan internet di beberapa bagian negara.
Situs berita The Dhaka Tribune dan media saudaranya Bangla Tribune, dua situs berita yang paling banyak dibaca di Bangladesh, telah ditutup.
The Daily Star Bangla, situs berita populer lainnya, juga ditutup. Upaya untuk mengakses situs web kedua media ini kini menghasilkan pesan kesalahan yang berbunyi "Waktu koneksi habis"
PBB telah menyerukan diakhirinya "kekerasan yang mengejutkan" dan mendesak pengekangan dari politisi dan pasukan keamanan Bangladesh.