Fakta.com
    !
FOCUS
FOCUS
Fakta.com
Politik
Politik
Update
Update
Hukum
Hukum
Daerah
Daerah
Ekonomi
Ekonomi
Pangea
Pangea
Teknologi
Teknologi
Humaniora
Humaniora
Memoar
Memoar
Data
Data
Infografik
Infografik
Tematik
Tematik
Program
Program
Survey
Survey
Flash Video
Chicken Skin
Paradox
Roots
Ytta
Spotlight
  • ●

    Tentang Kami
  • ●

    Redaksi
  • ●

    Pedoman Media Siber
  • ●

    Kode Etik Jurnalistik
  • ●

    Terms of Service
  • ●

    Disclaimer
  • ●

    Kerjasama
  • ●

    Bergabung di Fakta?
Fakta
Politik
Politik
Update
Update
Hukum
Hukum
Daerah
Daerah
Ekonomi
Ekonomi
Pangea
Pangea
Teknologi
Teknologi
Humaniora
Humaniora
Memoar
Memoar
Data
Data
Infografik
Infografik
Tematik
Tematik
Program
Program
Survey
Survey
Flash Video
Chicken Skin
Paradox
Roots
Ytta
Spotlight
  • ●

    Tentang Kami
  • ●

    Redaksi
  • ●

    Pedoman Media Siber
  • ●

    Kode Etik Jurnalistik
  • ●

    Terms of Service
  • ●

    Disclaimer
  • ●

    Kerjasama
  • ●

    Bergabung di Fakta?
Interactive
Games
Video
Log In
ads
ads
  1. Home
  2. ekonomi
  3. Menakar Urgensi Reindustrialis...

Menakar Urgensi Reindustrialisasi Agar Pertumbuhan Ekonomi Terbang Tinggi

Industri manufaktur. (Dokumen Kemenperin)

Industri manufaktur. (Dokumen Kemenperin)

Google News Image

FAKTA.COM, Jakarta - Kurang dari sebulan, Prabowo Subianto akan meneruskan estafet kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan, terutama untuk mencapai cita-cita pertumbuhan ekonomi 8%.

Di antara berbagai pekerjaan rumah tersebut, perlambatan industrialisasi menjadi hal yang perlu disoroti.

Hal tersebut disampaikan dalam sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina dan INDEF, Minggu (22/9/2024). Ekonom INDEF, Eisha M Rachbini mengatakan industrialisasi menjadi faktor penting untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 8%.

Menurutnya, ekonomi Indonesia pernah mencapai rata-rata pertumbuhan 8%-9% pada periode (1989-1996). Salah satu pendorongnya adalah industrialisasi yang ditandai dengan tingginya kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian, bahkan trennya terus meningkat.

“Pada 1989 dari 19% terus meningkat menjadi 25%, industri manufaktur menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi saat itu,” ujar Eisha.

Sri Mulyani Optimistis Industri Manufaktur Kembali Bangkit

Sayangnya, selama satu dekade terakhir kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian berada dalam tren penurunannya, bahkan pada 2023 hanya sebesar 18%. Eisha menyampaikan, memang secara siklus ketika sektor manufaktur sudah tumbuh maksimal, maka kontribusinya akan menurun dan digantikan oleh sektor jasa.

Meski begitu, Indonesia cenderung tidak menunjukkan hal tersebut. Pasalnya, pertumbuhan industri belum mencapai taraf penghasilan per kapita setara dengan negara maju. Di samping itu, peralihan ke sektor jasa pun didominasi oleh sektor informal yang rapuh, bukan jasa berketerampilan tinggi.

“Bagaimana produktivitas manufaktur kita terus menurun sejak 2010 dan menjadi semacam red light yang harus diperbaiki,” kata Eisha.

Industrialisasi Tak Optimal, Makin Banyak Masyarakat jadi Tenaga Kerja Informal

Selain kontribusinya yang semakin menurun, sektor manufaktur juga dihadapkan dengan persoalan rendahnya produktivitas tenaga kerja, seperti produktivitas dan daya saing yang rendah.

“Daya saing share productivity Indonesia juga masih di bawah Thailand. Ekspor manufaktur Indonesia (44%) terhadap total ekspor, masih di bawah China, Vietnam, dan Malaysia. Penggunaan medium high-tech manufacture technology juga masih cukup rendah (37,32%),” pungkas Eisha.

Ekonom Senior, Prof. Didin S Damanhuri juga sependapat. Menurutnya, dalam dekade terakhir Indonesia mengalami proses deindustrialisasi yang sangat radikal. Adapun menurut Didin, ada beberapa hal yang menjadi prasyarat untuk melakukan reindustrialisasi agar pertumbuhan ekonomi dapat terakselerasi.

“Prasyaratnya dengan menjaga stabilitas ekonomi makro, memperbaiki iklim investasi baik di sektor keuangan maupun sektor rill, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur yang relevan, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta baik asing maupun nasional,” ujar Didin.

Bagikan:
pertumbuhan ekonomiindustri manufakturekonomimanufakturreindustrialisasi
Loading...
ADS

Trending

Update News