FAKTA.COM, Jakarta – Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk melaksanakan transisi energi sebagai bagian dari visi jangka panjang negara menuju masa depan yang berkelanjutan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melibatkan dukungan internasional untuk transisi energi, dengan target investasi senilai USD 20 miliar atau Rp 309,2 triliun.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas, Ervan Maksum menekankan pentingnya transformasi ini untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
"Untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, kita memerlukan pendekatan yang seimbang antara pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan," kata Maksum di Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW), Jakarta, Selasa (10/9/2024).
Ia menambahkan bahwa pencapaian ini memerlukan peningkatan produktivitas ekonomi dan kualitas sumber daya manusia, serta pengurangan emisi gas rumah kaca.
"Kami menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca menuju nol emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat," ujar Maksum.
Menurut Maksum, strategi untuk mencapai target ini melibatkan percepatan transisi energi yang adil dan integrasi pangan, energi, air, dan bahan bakar.
"BAPPENAS telah merumuskan 70 tujuan pembangunan untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Salah satunya adalah memastikan pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan peningkatan emisi yang signifikan," jelasnya.
Indonesia telah meratifikasi Deklarasi Perjanjian Paris melalui Undang-Undang No. 16 Tahun 2016, dengan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Awalnya, target kita adalah pengurangan 29% pada 2030, yang kemudian meningkat menjadi 31,89% pada 2019. Kami berharap dapat mencapai pengurangan emisi hingga 43,2% melalui kerja sama internasional," ungkap Maksum.
Dalam kesempatan yang sama, Thomas Graf dari GIZIndonesia/Asean juga menyampaikan pandangannya mengenai urgensi tindakan konkret dalam transisi energi.
"Perubahan iklim adalah masalah yang harus ditangani segera. Kebakaran hutan, badai, dan kenaikan permukaan laut merupakan indikasi dari keadaan darurat planet kita," kata Graf.
Graf menekankan perlunya langkah-langkah praktis untuk mencapai energi berkelanjutan, seperti beralih dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil ke energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi.
Ia juga memuji upaya Indonesia dalam melawan krisis iklim, terutama melalui Indonesia Just Energy Transition Partnership (JETP), yang melibatkan dukungan internasional untuk transisi energi.
"JETP bertujuan menggalang dana sebesar USD 20 miliar untuk mendukung transisi energi di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa dekarbonisasi dan kemajuan ekonomi dapat berjalan beriringan," tambah Graf.
Graff mengungkapkan bahwa Jerman berkomitmen untuk menggalang dana sebesar USD 20 miliar untuk transisi energi di Indonesia. Lalu, Jerman juga sudah menyumbang sekitar USD 1 miliar untuk proyek JETP dan sekitar USD 2,5 miliar untuk memperkuat sektor energi berkelanjutan di Indonesia.
“Melalui JETP, kami tidak hanya mendukung Indonesia dalam perjalanan menuju pembangkit energi yang berkelanjutan dan ramah iklim, tetapi kami juga yakin bahwa JETP akan menjadi katalisator untuk inovasi di Indonesia dan memberikan nilai tambah bagi Indonesia dan ekonomi Indonesia jauh melampaui aspek iklim,” tutup Graff.