Kontroversi Bangkitnya Serigala 'Dire Wolf' usai Punah Ribuan Tahun Lalu

Serigala Dire Wolf dibangkitkan kembali dari kepunahan. (Tangkapan layar YouTube Colossal Bioscience)
FAKTA.COM, Jakarta – Ilmuwan dari Colossal Bioscience mengklaim berhasil membangkitkan kembali spesies serigala 'dire wolf' yang telah punah lebih dari 10.000 tahun lalu. Namun, upaya saintifik itu menuai kontroversi.
“Kenalkan Romulus dan Remus—hewan pertama yang pernah bangkit dari kepunahan. Dire wolf yang hilang dalam sejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu, telah kembali,” demikian kicauan akun resmi Colossal Bioscience, @Colossal, Senin (7/4/2025).
“Dilahirkan kembali pada tanggal 1 Oktober 2024, anak-anak anjing yang luar biasa ini dihidupkan kembali menggunakan DNA purba yang diekstrak dari sisa-sisa fosil,” tambahnya.
Meet Romulus and Remus—the first animals ever resurrected from extinction. The dire wolf, lost to history over 10,000 years ago, has returned. Reborn on October 1, 2024, these remarkable pups were brought back to life using ancient DNA extracted from fossilized remains.
— Colossal Biosciences® (@colossal) April 7, 2025
Watch… pic.twitter.com/XwPz0DFoP5
Melansir LiveScience, dengan menggunakan DNA purba dari fosil dire wolf, para ilmuwan berhasil merekonstruksi genom spesies yang telah punah tersebut.
Mereka kemudian membandingkan genom tersebut dengan serigala abu-abu modern (gray wolf) dan mengidentifikasi gen unik yang hanya dimiliki oleh dire wolf. Gen-gen ini kemudian dimasukkan ke dalam DNA serigala abu-abu dan ditanamkan ke sel telur yang telah dimodifikasi.
Sel telur yang sudah dimodifikasi ini dibesarkan di laboratorium dan ditanamkan ke dalam rahim anjing sebagai induk pengganti.
Langkah tersebut menghasilkan tiga anakan serigala purba yang dinamakan Romulus, Remus, dan Khaleesi.
“Tim kami mengambil DNA dari gigi berusia 13.000 tahun dan tengkorak berusia 72.000 tahun dan membuat anak anjing serigala yang sehat,” ujar Ben Lamm, CEO Colossal Bioscience, dikutip dari LiveScience (8/4/2025)
Bukan 'dire wolf' asli
Sejumlah pakar mempertentangkan klaim Colossal tersebut. Adapun dire wolf disebut bukan merupakan spesies serigala, dan merupakan spesies yang sepenuhnya berbeda dari serigala abu-abu modern.
“Informasi terbaru menunjukkan bahwa dire wolf asli sebenarnya bukan serigala,” ujar David Mech, profesor di bidang ekologi dan perilaku serigala University of Minnesota.
Di sisi lain, ahli paleogenetika di University of Otago, Dr. Nic Rawlence, menjelaskan bahwa DNA serigala purba yang diekstraksi dari sisa-sisa fosil sudah terlalu rusak dan terdegradasi sehingga tidak memungkinkan untuk disalin atau dikloning secara biologis.
“DNA purba itu seperti jika Anda memasukkan DNA segar ke dalam oven bersuhu 500 derajat semalaman. DNA itu akan keluar dalam keadaan terfragmentasi - seperti pecahan dan debu. Anda dapat merekonstruksi (itu), tetapi tidak cukup baik untuk melakukan hal lain,” kata Rawlence dikutip dari BBC, (8/4/2025).
"Jadi yang dihasilkan Colossal adalah serigala abu-abu, tetapi memiliki beberapa karakteristik seperti serigala yang mengerikan, seperti tengkorak yang lebih besar dan bulu putih. Itu adalah hibrida,” tambahnya.
Senada, profesor zoologi dari University of Otago, Philip Seddon, menyebut bahwa Colossal hanya menciptakan “serigala hasil rekayasa genetika (GMO)”, tetapi bukan dire wolf sejati.
"Kita memiliki serigala GMO dan mungkin suatu hari nanti memiliki gajah Asia GMO, tetapi untuk saat ini kepunahan benar-benar akan berlangsung selamanya," ujar Seddon.
Masalah bagi lingkungan
Colossal menyatakan akan mempertimbangkan opsi untuk memperkenalkan hewan-hewan tersebut ke dalam “kawasan ekologi yang luas dan aman, yang berada di tanah asli tempat tinggalnya (Indigenous land).”
“Mereka akan menjalani hidup mereka di cagar alam yang mewah dengan perawatan manusia,” kata Bridgett vonHoldt, profesor genomika evolusioner dan epigenetika Princeton University, yang bekerja sama dengan Colossal dalam proyek ini.
David Mech meragukan hal itu. Dirinya tidak yakin dire wolf dapat menyesuaikan diri dengan ekosistem modern.
“Mereka menempati ceruk ekologi yang sama sekali berbeda dengan yang ada saat ini,” ujar David.

Serigala <i>dire wolf </i>hasil rekayasa genetik akan dilepaskan ke alam liar. (Tangkapan layar YouTube Colossal Bioscience)
“Pelepasan ke alam liar akan penuh dengan masalah terhadap PR yang negatif dan konsekuensi hukum, dan hal serupa kemungkinan juga akan terjadi pada jenis-jenis hewan baru hasil rekayasa lainnya.”
Meski demikian, Philip Seddon mengapresiasi langkah Colossal dan memuji terobosan teknologi yang dibuat perusahaan itu.
"Tentu saja, ini melibatkan kemajuan dalam teknologi genetika, dan ini mungkin dapat diterapkan untuk konservasi spesies yang ada," pungkas Seddon.