Kenaikan Air Laut Capai Rekor Baru Sejak Zaman Es, Cek Nasib Kepulauan RI

Banjir rob di Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (3/6/2020). Kota-kota pesisir dalam ancaman imbas kenaikan muka air laut. (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/aww)
FAKTA.COM, Jakarta - Selompok peneliti mengungkap kenaikan permukaan air laut saat ini mencapai rekor 125 kaki atau sekitar 38 meter (1 kaki = ±0,3m) terhitunh sejak periode Zaman Es atau Ice Age, tepatnya antara 3.000 sampai 11.000 tahun lalu.
Hasil studi yang diterbitkan di Nature ini, mematahkan keraguan terkait kenaikan permukaan air yang sebelumnya diperkirakan berkisar antara 32-55 meter.
Adapun tingkat kenaikannya antara 8-9 mm per tahun, dengan puncak tertingginya mencapai 1 meter per abadnya dalam dua fase awal Holosen (periode setelah Zaman Es).
“Penanggalan kami menunjukkan bahwa laju kenaikan muka air laut global sempat mencapai puncaknya antara 8 dan 9 mm per tahun,” ujar Sarah Bradley, salah satu penulis studi berjudul 'Global sea-level rise in the early Holocene revealed from North Sea peats', dikutip dari situs University of Sheffield, Kamis (20/3/2025).
Kenaikan ini disebabkan oleh pemanasan global dan mencairnya lapisan es yang menutupi Amerika Utara dan Eropa pada saat itu.
Sarah juga menyebut kejadian serupa dapat terjadi di masa depan, mengingat konsentrasi gas rumah kaca yang terus meningkat saat ini.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan air laut akan naik pada tingkat yang sama antara 4-10 mm per tahun pada 2150.

Sosok yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden soal iklim adalah salah satunya Hashim Djojohadikusumo, pengusaha tambang dan minyak. (Antara)
“Sebagai konteks, sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas rumah kaca saat ini, IPCC memperkirakan permukaan air laut akan naik pada tingkat yang sama antara 4 dan 10 mm per tahun pada tahun 2150 M.”
“Tentu saja, konsekuensi kenaikan muka air laut kini jauh lebih besar karena pertumbuhan populasi dan keberadaan infrastruktur, kota, dan aktivitas ekonomi di wilayah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim di masa mendatang,” imbuh Sarah.
Melansir LiveScience, saat ini kenaikan permukaan laut baru mencapai 3-4 mm per tahun, tetapi angka ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan perubahan iklim yang terus berlangsung.
Hasil penelitian ini disebut akan menjadi acuan bagi ilmuwan dan pembuat kebijakan dalam merancang strategi untuk menghadapi perubahan iklim.
“Hal (studi) ini memberikan wawasan bagi para ilmuwan dan pembuat kebijakan, sehingga kita dapat lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim saat ini, misalnya dengan berfokus pada adaptasi iklim,” pungkas Marc Hijma, penulis utama studi tersebut.
Indonesia berpotensi tenggelam
Kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim juga menjadi ancaman besar bagi Indonesia.
Profesor Riset Bidang Meteorologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, memperkirakan bahwa pada 2100 Indonesia akan kehilangan 115 pulau-pulau berukuran sedang yang berada di Provinsi Sumatera Utara sampai ke Papua Barat.
Pada 2010 saja, kata Eddy, muka air laut telah meningkat 0,4 meter yang mengakibatkan hilangnya daratan seluas 7.408 km2.
Sedangkan pada 2050, muka air laut diperkirakan meningkat sebanyak 0,56 meter, menyebabkan hilangnya luas daratan Indonesia sekitar 30.120 km2.
‘‘Dampak perubahan iklim tidak terbatas pada keberlangsungan sumber daya air semata, melainkan pada penentuan kalender tanam, hilangnya pulau-pulau kecil, banjir dan lain sebagainya,’’ ujar Eddy, dikutip dari rilis pers BRIN, Juli 2024.