2 Negara Tetangga Diduga Kuat Pakai Software Mata-mata Israel

Ilustrasi. Dua negara tetangga RI memakai spyware canggih buatan Israel.
FAKTA.COM, Jakarta – Laboratorium penelitian ancaman siber, Citizen Lab, melaporkan beberapa negara, termasuk Singapura dan Australia, menggunakan software mata-mata (spyware) bernama Graphite buatan perusahaan asal Israel, Paragon Solutions.
“Berdasarkan informasi dari seorang kolaborator, kami memetakan infrastruktur server yang kami kaitkan dengan alat mata-mata Graphite milik Paragon. Kami mengidentifikasi sebagian dari dugaan penerapan Paragon, termasuk di Australia, Kanada, Siprus, Denmark, Israel, dan Singapura,” menurut keterangan tertulis Citizen Lab pada situsnya, Rabu (19/3/2025).
Hasil ini diperoleh berdasarkan identifikasi alamat IP para pengguna perangkat lunak 'Graphite'. Setelah menemukan temuan ini, Citizen Lab meminta Paragon untuk memberikan komentar terkait hasil tersebut.
Ketua Dewan Direksi Paragon Solutions, John Fleming, merespons dengan mengatakan bahwa ada beberapa ketidakakuratan dalam laporan itu.
Meski demikian, dirinya menyebut tidak bisa merinci terkait informasi itu, karena alasan keamanan pelanggan.
“Ringkasan singkat laporan yang Anda kirim memuat beberapa ketidakakuratan, tetapi tanpa perincian tambahan, kami tidak dapat memberikan informasi lebih spesifik atau memberikan komentar untuk dicatat,” ujar Fleming.
“Kami juga mencatat sebagai bagian dari komitmen kami kepada pelanggan dan misi keamanan nasional mereka, kami berdedikasi untuk menjaga kerahasiaan operasi mereka sambil memastikan bahwa mereka adalah lembaga yang telah diperiksa dengan benar."
"Selain itu, pembatasan hukum yang terkait dengan keamanan nasional dan hubungan luar negeri dapat membatasi kemampuan kami untuk memberikan komentar,” imbuhnya.
Kepada The Guardian, Paragon Solutions juga tidak memberikan jawaban secara langsung terkait laporan Citizen Lab ini.
“Misi Paragon adalah untuk mendukung lembaga keamanan nasional dan penegakan hukum, sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, dalam memerangi kejahatan serius dan terorisme sambil meminimalkan dampaknya terhadap privasi,” kata Fleming, Kamis (20/3/2025).
Gugatan WhatsApp
Pada akhir Januari 2025, perusahaan asal Israel itu juga turut mendapatkan sorotan, setelah WhatsApp mengaku “sangat yakin” bahwa 90 pengguna yang merupakan jurnalis dan anggota lembaga masyarakat menjadi target spyware dan juga mungkin sudah disusupi.
"WhatsApp telah menghentikan kampanye spyware oleh Paragon yang menargetkan sejumlah pengguna, termasuk jurnalis dan anggota masyarakat sipil,” kata juru bicara WhatsApp.
Ahli mengatakan penargetan itu adalah serangan "tanpa klik", yang berarti target tidak perlu mengklik tautan apa pun agar dapat terinfeksi.

Mantan PM Israel Ehud Barak berada di balik Paragon Solutions. (dok. Maryville University)
Setelah ponsel terinfeksi, operator spyware itu memiliki akses penuh ke ponsel tersebut, termasuk dapat membaca pesan yang dikirim melalui aplikasi.
Peneliti senior di Citizen Lab, John Scott Railton, mengonfirmasi hal ini melalui X (Twitter)nya.
“Infeksi terjadi tanpa interaksi. Tidak ada tautan untuk diklik atau lampiran untuk dibuka,” tulisnya.
Spyware ini diklaim memiliki kemampuan yang sebanding dengan spyware Pegasus milik NSO Group.
Mengenal Paragon Solutions
Paragon Solutions didirikan oleh mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak (1999–2001), Paragon berfokus pada penyediaan teknologi di bidang pengawasan dan keamanan.
Perusahaan itu menjual berbagai perangkat mata-mata, termasuk perangkat lunak pengawasan (spyware), dengan target pasar utama berupa klien seperti pemerintah, mengklaim bahwa layanannya bertujuan untuk memberantas kejahatan dan menjaga keamanan nasional.
“Paragon Solutions US, Inc. menyediakan perangkat, tim, dan wawasan berbasis etika kepada pelanggan kami untuk mengatasi ancaman yang sulit ditanggulangi."
Paragon Solutions diketahui telah diakuisisi oleh perusahaan investasi swasta asal Amerika Serikat, AE Industrial Partners.