Fakta Logo

Web Under Maintenance

The website is currently undergoing maintenance. Please check back later.

Fakta.com

2 Pilihan Buat Pengguna Jelang 'Suntik Mati' Windows 10 di Oktober

Ilustasi. Dukungan buat Windows 10 dihentikan pada Oktober 2025. (dok. Microsoft)

Ilustasi. Dukungan buat Windows 10 dihentikan pada Oktober 2025. (dok. Microsoft)

Google News Image

FAKTA.COM, Jakarta – Sejak Microsoft mengumumkan akan menyetop dukungan buat Windows 10 pada 14 Oktober 2025, ratusan juta komputer masih dalam kondisi status quo. Pakar mengungkap sejumlah pilihan buat pengguna.

Melansir The Verge, pengumuman 'suntik mati' itu dilakukan pada 2021 sambil meluncurkan versi selanjutnya, Windows 11.

"Dukungan untuk Windows 10 akan berakhir pada Oktober 2025," menurut keterangan Microsoft.

Setelah 14 Oktober 2025 itu, Microsoft tidak akan lagi menyediakan pembaruan perangkat lunak gratis dari Windows Update, bantuan teknis, atau perbaikan keamanan untuk Windows 10.

"PC Anda akan tetap berfungsi, namun kami sarankan untuk beralih ke Windows 11," kata perusahaan.

Tujuh bulan jelang penyetopan dukungan itu, Microsoft tak merilis secara gamblang angka pengguna WIndows 10 terkini. Data pihak ketiga juga masih berupa persentase.

Data versi Statcounter per Februari 2025, misalnya, menunjukkan Windows 10 masih dominan karena digunakan oleh 58,7 persen PC Widows. Sementara, Windows 11 masih 38,13 persen. Sisanya masih ada Windows 7, 8, 8.1, hingga XP.

Data Canalys di Desember 2023 memprediksi pengguna Windows 10 mencapai 240 juta.

Sementara, melansir ZDNet, angkanya bisa lebih banyak lagi. Dengan memakai data pembanding di situs Digital Analytics Program (DAP) Pemerintah AS, sekitar separuh dari 1,4 miliar komputer masih memakai Windows 10.

Jika tidak bisa beralih ke Windows 11, pengguna dihadapkan pada dua pilihan, yakni membayar US$30 untuk perpanjangan dukungan selama setahun atau membeli komputer baru.

Untuk lebih jelasnya, berikut opsi-opsi terkait Windows 10 dan risikonya, melansir ITPro:

1. Tetap pakai Windows 10

Para pakar menyebut tetap memakai Windows 10 sebenarnya bukan pilihan buat jangka panjang.

Steve Prescott-Jones, direktur layanan terkelola UBDS Digital, menjelaskan ada "risiko signifikan" buat organisasi yang masih mengandalkan Windows 10. Contohnya, terpapar malware, ransomware, dan ancaman siber lainnya yang menguras biaya besar.

"Tanpa pembaruan ini, bisnis juga dapat menghadapi inefisiensi operasional dan tantangan kepatuhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," imbuh dia.

Jika Anda bekerja di industri tertentu, kata Kier Nolan, kepala layanan terkelola di Cobweb, menggunakan perangkat lunak yang tidak didukung bisa membuat Anda bermasalah selama audit, termasuk kena denda.

"Bagi bisnis, mengabaikan tenggat waktu akhir masa pakai dapat berarti mempertaruhkan keamanan data dan kehilangan kepercayaan pelanggan," kata Nolan.

Bagi perusahaan yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk migrasi, Microsoft menawarkan program Extended Security Updates (ESU). Bentuknya, perpanjangan dukungan keamanan Windows 10 selama tiga tahun. Namun, biayanya semakin mahal.

Meski begitu, Jonathan Dedman, direktur di Cloudhouse, program ini memungkinkan organisasi untuk menjalankan "proyek migrasi multi-tahun yang direncanakan dengan cermat" ke Windows 11.

Alon Bar, CISO global di Checkmarx, memprakirakan biaya ini bisa lebih hemat biaya dalam jangka panjang untuk berinvestasi dalam peningkatan sistem ke sistem operasi (OS).

2. Ganti jadi Windows 11

Para ahli berpendapat pemutakhiran ke Windows 11 layak buat ditempuh.

"Sistem ini dirancang dengan mempertimbangkan keamanan modern," kata Prescott-Jones.

"Menggabungkan fitur-fitur seperti autentikasi biometrik melalui Windows Hello dan perlindungan phishing waktu-nyata yang memberi tahu pengguna ketika kredensial dibagikan dengan situs-situs jahat," urainya.

Meski begitu, update ke Windows 11 juga tidak mudah bagi banyak perusahaan karena bisa berarti ganti banyak perangkat keras.

Ilustrasi. Microsoft belum merilis angka riil pengguna Windows 10. (Wikimedia Commons)

Ilustrasi. Microsoft belum merilis angka riil pengguna Windows 10. (Wikimedia Commons)

"Windows 11 memiliki persyaratan sistem yang ketat," kata Prescott-Jones.

"Perangkat lama mungkin tidak memenuhi spesifikasi ini, sehingga memaksa organisasi untuk menganggarkan perangkat keras baru."

Selain itu, aplikasi bisnis yang jadi andalan mesti diubah atau disesuaikan agar dapat berfungsi dengan lancar pada Windows 11. Migrasi juga membutuhkan pelatihan buat penggunanya.

"Karyawan mungkin memerlukan pelatihan untuk menavigasi sistem yang diperbarui, dan tim TI dapat menghadapi lonjakan insiden pengguna saat orang beradaptasi dengan perubahan," Prescott-Jones mencontohkan.

Trending

Update News