Mampukah Indonesia Buat AI Seperti DeepSeek? Simak Kata Pakar

Pakar siber Onno W. Purbo di acara #DigitalAman: Ruang Aman Beraktivitas Digital, Jakarta, Selasa (25/2/2025). (Fakta.com/Ghazy Rabbani)
FAKTA.COM, Jakarta – Usai muncul tantangan Luhut Binsar Pandjaitan agar Indonesia membuat sistem kecerdasan buatan (AI) seperti DeepSeek, pakar siber mengungkap peluang untuk merealisasikannya.
Luhut, yang kini menjabat Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), sebelumnya berharap Indonesia bisa membangun DeepSeek.
“Saya kira ini penting. Orang bicara DeepSeek, kenapa kita tidak studi mengenai itu? Tidak selalu mahal,” kata Luhut dalam acara 'The Economic Insights 2025' di Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Mantan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi ini percaya bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang digital untuk membangun sistem teknologi serupa.
Merespons hal ini, pakar teknologi informasi Onno Widodo Purbo mengakui Indonesia punya kemampuan membuat kecerdasan buatan seperti DeepSeek.
Untuk membangun AI, kata Onno, Indonesia bisa memanfaatkan teknologi seperti Ollama, sebuah platform open-source yang memungkinkan pengguna meng-install dan menggunakan berbagai model AI, termasuk DeepSeek.
“Bisa, enggak susah. Jadi gini, di dunia ada yang namanya open source. Jadi source code-nya kebuka segala macam” ujar Onno saat diwawancarai FAKTA, seusai acara peluncuran IC4 dan diskusi '#DigitalAman: Ruang Aman Beraktivitas Digital' di Jakarta, Selasa (25/2/2025).

Ilustrasi berbagai platform AI; DeepSeek, ChatGPT. (dok. Unsplash)
“Kita bisa install yang namanya Ollama…, Ollama bisa kita tempelin banyak model, salah satu modelnya yang DeepSeek. Udah ada, tinggal pake doang,” imbuhnya.
Pria yang juga menjabat Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan (ITTS) itu mengklaim model AI ini telah digunakan dalam kampus yang dipimpinnya. Namun, penggunaannya masih terbatas dalam lingkungan perguruan tinggi tersebut dan belum tersedia untuk publik.
Selain itu, Onno juga membenarkan bahwa Indonesia memiliki talenta-talenta berbakat yang mampu membuat AI seperti DeepSeek.
“Bangsa ini emang jago, kok. Jangan underestimate bangsa inilah, emang jago dan saya ketemu banyak anak jago. Sumpah, asli!” seloroh Onno.
Perlu infrastruktur yang memadai
Onno Widodo Purbo menegaskan perlunya infrastruktur yang memadai untuk membuat kecerdasan buatan yang mumpuni.
Menurutnya, kecerdasan buatan membutuhkan perangkat dengan spesifikasi tinggi agar dapat memproses perintah dengan cepat. Jika menggunakan mesin dengan daya komputasi rendah, respons yang dihasilkan akan lebih lambat.
“Semua kalau mau bikin sendiri juga bisa, cuma nanti butuh mesin yang gede biar kenceng, kalau mesin yang gak gede, rada lama, gitu,”
Dirinya juga turut menyebut ChatGPT yang mampu merespons dengan cepat karena didukung oleh sistem yang canggih.
“kayak di ChatGPT kan kenceng ya, itu belakangnya mesin kenceng.”
Soroti dukungan pemerintah
Meski Indonesia memiliki talenta berbakat dan teknologi open-source yang bisa dimanfaatkan, Onno menilai pemerintah belum sepenuhnya terlibat dalam pendanaan pengembangan AI.
Ia mengungkapkan bahwa kerja sama dengan pemerintah lebih kepada berbagi ilmu daripada mendapatkan dukungan finansial.
“Kita kerjasamanya gini, gua kasih ilmunya, gitu. Pemerintah memang harus gitu, susah, kan kita kan kampus kecil, ya, susah lah minta duit. Ini gua kasih buat lu, modelnya kayak gitu,” ungkapnya.
Onno menegaskan bahwa meskipun pemerintah tidak memberikan dukungan penuh, inovasi di bidang AI harus tetap berjalan.
“Kalau mau jujur sih. Kalau mau dukung syukur. Kalau kagak ya kita tetep maju. Emang gue harus nunggu ngemis-ngemis kan? Kagak. Kita maju aja udah,” cetus dia.

Wamenkominfo Nezar Patria mengungkap deret usaha buat menambah SDM digital. (dok. Kominfo)
Terpisah, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai terwujudnya AI generatif asal Indonesia sangat mungkin terjadi asalkan talenta digital di Indonesia siap untuk membangunnya.
Pihaknya sudah menghadirkan beragam program pelatihan talenta digital untuk memastikan kesiapan SDM di Indonesia yang cakap pada teknologi-teknologi terbarukan. Contohnya, melalui program Digital Talent Scholarship (DTS).
Tidak hanya berhenti di pelatihan, Kemkomdigi menyediakan sertifikasi hingga mendukung penyerapan talenta-talenta digital di industri.
"Sehingga ada proses transfer of knowledge, transfer of skill juga ini berguna untuk memperkuat talent-talent kita ke depan. Karena tanpa ada digital talent yang kuat kita mungkin harus bekerja keras mendongkrak sektor ekonomi digital ini menjadi lebih baik," tutur Nezar.