Bocoran Dokumen, Microsoft Pasok AI ke Israel untuk Gempur Gaza

Ilustrasi. Microsoft diduga pasok AI ke Israel yang dipakai buat hancurkan Gaza. (Wikimedia Commons)
FAKTA.COM, Jakarta – Microsoft memberikan dukungan kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan atau cloud kepada Israel selama perang di Gaza, menurut dokumen internal mengenai kontrak antara Kementerian Pertahanan Israel dengan Microsoft yang bocor.
Melansir The Guardian, dokumen yang diperoleh Drop Site News tersebut mengungkapkan lonjakan ketergantungan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terhadap AI dan cloud milik Microsoft selama fase pemboman Gaza pada Oktober 2023.
Analisis pada dokumen itu menjelaskan peningkatan pesat penggunaan AI Azure buatan Microsoft oleh IDF hingga 64 kali selama enam bulan pertama perang, yakni dari Oktober 2023 sampai Maret 2024.
Selain itu, penggunaan fasilitas penyimpanan cloud Microsoft juga mengalami lonjakan sebesar 60 persen pada periode yang sama.
Microsoft diketahui mencapai kesepakatan kurang lebih USD$10 juta untuk memasok layanan yang dibutuhkan IDF tersebut. Layanan ini digunakan untuk menyimpan dan menganalisis data dari informasi intelijen serta mendukung operasi militer yang lebih intens dan berlangsung lebih lama.
Dokumen tersebut juga memperlihatkan produk dan layanan Microsoft, terutama platform komputasi cloud Azure, digunakan oleh unit-unit di angkatan udara, darat, dan laut Israel, serta departemen intelijennya.
Microsoft disebut sebagai mitra tepercaya Kementerian Pertahanan Israel karena sering ditugaskan untuk mengerjakan proyek-proyek yang sensitif dan sangat rahasia. Stafnya diklaim bekerja sama secara erat dengan direktorat intelijen IDF, termasuk Unit 8200, divisi pengawasan elite Israel.
Hubungan antara Microsoft dan militer Israel ini diungkap dalam sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh The Guardian, bekerja sama dengan +972 Magazine (media dari Israel-Palestina) dan Local Call (media berbahasa Ibrani).
Sebagian dari penyelidikan ini didasarkan pada dokumen yang diperoleh oleh Drop Site News, dan wawancara dengan sumber-sumber dari berbagai lembaga pertahanan dan intelijen Israel.
Merespons bocoran dokumen kerja sama dengan Israel ini, Microsoft mengatakan, "Kami tidak akan mengomentari masalah tersebut."
Senada, Kementerian Pertahanan Israel juga menolak berkomentar.

Warga Gaza mulai kembali ke rumahnya usai gencatan senjata meski sudah dalam kondisi hancur lebur. (Middle East Eye)
Pakai mesin ChatGPT
Dalam beberapa tahun terakhir, menurut dokumen tersebut, Microsoft juga memberikan akses berskala besar buat militer Israel ke model GPT-4 OpenAI, mesin di balik ChatGPT, berkat kemitraannya dengan pengembang alat AI itu.
Microsoft dan OpenAI sendiri merupakan mitra strategis. Perusahaan yang dipimpin Satya Nadella itu dilaporkan menginvestasikan US$13 miliar untuk mendukung perusahaan yang didirikan Sam Altman tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Dokumen mengungkap penggunaan OpenAI, seperti model AI GPT-4, meningkat tajam dalam enam bulan pertama masa perang. Akses ke model itu dilakukan melalui platform Azure, bukan langsung melalui OpenAI.
Produk OpenAI diperkirakan menyumbang sekitar 25 persen dari total penggunaan AI yang disediakan oleh Microsoft untuk militer Israel.
Pada Januari 2024, OpenAI diam-diam menghapus pembatasannya sendiri terhadap penggunaan layanannya untuk kegiatan "militer dan peperangan". Sekitar waktu ini, menurut dokumen, penggunaan produk Azure OpenAI oleh militer Israel mulai melonjak.
Saat dimintai komentar, OpenAI tidak menanggapi pertanyaan tentang bagaimana militer Israel menggunakan produknya.
"OpenAI tidak memiliki kemitraan dengan IDF," kata seorang juru bicara OpenAI.
Mereka merujuk pada kebijakan penggunaan OpenAI yang diperbarui, yang melarang produknya digunakan untuk "mengembangkan atau menggunakan senjata, melukai orang lain, atau menghancurkan properti."
Namun, pada Mei 2024, Microsoft mulai mempublikasikan cara-cara integrasi alat OpenAI pada platform Azure-nya yang menghadirkan "perubahan paradigma" bagi organisasi pertahanan dan intelijen. Hal ini memberi peluang buat "meningkatkan kemampuan manusia" dan mencapai "kecepatan, akurasi, dan efisiensi yang lebih baik."
Pegang banyak proyek
Dalam pernyataan yang diungkapkan oleh +972 dan Local Call, Kolonel Racheli Dembinsky dari IDF menjelaskan bahwa keuntungan paling signifikan yang diberikan oleh perusahaan cloud adalah "kekayaan layanan yang luar biasa", termasuk kemampuan AI canggihnya.
Dia juga menambahkan bekerja dengan perusahaan-perusahaan ini memberi IDF "efektivitas operasional yang sangat signifikan" di Gaza.
Meski Dembinsky tidak menyebutkan nama-nama penyedia cloud yang diandalkan IDF, logo Azure beserta logo Amazon Web Services dan Google Cloud ditampilkan dalam slide kuliahnya.
Selain itu, dokumen yang bocor juga menggambarkan bagaimana Microsoft mendukung berbagai aktivitas sensitif, termasuk:
Azure, platform cloud Microsoft, digunakan oleh berbagai unit intelijen militer, seperti Unit 8200 dan Unit 81 yang mengembangkan teknologi mata-mata canggih untuk intelijen Israel.
Rolling Stone, sistem yang digunakan oleh pasukan keamanan Israel untuk mengelola registrasi dan pergerakan warga Palestina di West Bank dan Gaza, juga dikelola dengan teknologi Microsoft.
Selama serangan di Gaza, rangkaian sistem komunikasi dan pesan Microsoft digunakan oleh Ofek, unit angkatan udara Israel yang bertanggung jawab mengelola database besar mengenai target serangan, dikenal sebagai “bank target”.
Staf dan kontraktor Microsoft juga diketahui bekerja sama erat dengan personel militer di seluruh IDF, memberikan saran dan dukungan teknis baik secara jarak jauh maupun langsung di pangkalan militer.

Infografis serangan Israel. (Fakta.com)
Kewalahan tanpa bantuan
Dalam buku berjudul The Human-Machine Team yang ditulis oleh Yossi Sariel, seorang komandan Unit 8200 Israel (diungkap pada 2021), saat itu kebutuhan IDF terhadap komputasi cloud diperkirakan akan mendorong kemitraan dengan perusahaan seperti Microsoft dan Amazon.
Dua tahun setelahnya, saat Israel melancarkan invasi darat dan udara ke Gaza dengan kecepatan dan intensitas yang luar biasa, permintaan IDF yang sangat tinggi terhadap bom sebanding dengan kebutuhan mereka akan akses ke layanan komputasi cloud.
Komandan unit tersebut mengatakan pada sebuah konferensi industri pertahanan di Tel Aviv tahun lalu, sistem IDF kewalahan sehingga menyebabkan unit tersebut membeli daya komputasi dari "dunia sipil."
Di luar Microsoft, IDF juga diklaim memanfaatkan layanan berbasis AI selain dari Microsoft. Pada Rabu (22/1/2025), Washington Post melaporkan bahwa divisi cloud Google memberi IDF akses ke layanan AI milik mereka. (The Guardian)