Membaca Manuver Didit Prabowo Rangkul Megawati, SBY, Jokowi saat Lebaran

Didit Hedoprasetyo, anaknya Presiden Prabowo Subianto, di Solo, Senin (31/3/2025). (ANTARA/Aris Wasita)
FAKTA.COM, Jakarta - Putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit Prabowo, menjadi sorotan setelah bersafari silaturahmi ke tiga mantan Presiden RI. Kenapa dia yang jadi utusan 'khusus' Prabowo?
Dalam momen Idulfitri 1446 H, Senin (31/3/2025), Didit secara terpisah bertemu Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, hingga Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi).
Didit pertama kali bertemu dan berfoto selfie dengan SBY saat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menghadiri acara open house ‘Gelar Griya’ di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/3/2025).
Setelah dari Istana, Didit melanjutkan kunjungannya ke kediaman Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar, Jakarta Pusat. Didit membagikan momen pertemuan itu dengan berswafoto bersama Mega, serta foto bareng anaknya Mega yang juga Ketua DPR Puan Maharani dan cucu Mega, Pinka Haprani.
Usai bertemu Megawati, Didit bertolak ke Solo untuk bersilaturahmi dengan Jokowi. Didit juga berswafoto dengan Jokowi dan Iriana Widodo.
Usai berbincang selama 30 menit, Didit enggan menjawab pertanyaan awak media terkait apakah kunjungannya ke Jokowi merupakan utusan dari Presiden Prabowo. Ia hanya mengucapkan, “Minal Aidzin,” kepada media yang hadir.
Bukan kali ini saja Didit menjadi pihak yang masuk semua golongan. Dalam perayaan ulang tahunnya ke-41, Sabtu (22/3/2025), dia mengumpulkan semua anak mantan Presiden, termasuk Puan, putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid Yenny Wahid, hingga anak Presiden ketiga RI Ilham Habibie.

Didit, putera Prabowo, berfoto bersama SBY, Jokowi, dan Megawati, saat merayakan Idulfitri 1446 H, Senin (31/3/2025). (dok. Istimewa)
Klaim sosok pemersatu
Menanggapi langkah silaturahmi Didit Prabowo, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menyebutnya sebagai sosok pemersatu.
“Saya lihat Mas Didit selaku putra Presiden Prabowo harus kita apresiasi, beliau punya semangat mengumpulkan semua tokoh, baik tokoh besar maupun tokoh muda,” ujar dia, di Solo, Jawa Tengah, Selasa (1/4/2025), melansir Antara.
“Saya kira itu luar biasa sekali, beliau sowan ke sana kemari menggandeng semua, termasuk anak-anak muda. Saya kira itu patut diapresiasi,” tambahnya.
Terkait kedatangan Didit ke kediaman Jokowi, Gibran mengaku sudah mengetahui sebelumnya. “Kemarin waktu open house di Jakarta memang beliau ingin mampir ke Sumber, malah keduluan,” katanya.
Senada, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah menilai kehadiran Didit ke rumah Megawati sebagai langkah positif yang mempererat hubungan antara Prabowo dan Megawati.
“Ibu Mega berulang-ulang mengatakan bahwa hubungan pribadi antara Ibu Mega dan Pak Prabowo itu sangat baik sejak dulu hingga sekarang, dan itu dibuktikan dengan silaturahmi Pak Didit hari ini ke kediaman beliau,” ujar Basarah, di kediaman Megawati di Teuku Umar, Jakarta Selatan, Senin (31/3/2025), dikutip dari Antara.
Basarah menegaskan hubungan baik ini telah terjalin sejak Megawati dan Prabowo maju dalam Pilpres 2004. Selain itu, ia juga menyinggung kedekatan Didit dengan cucu Megawati, Pinka Haprani, yang semakin menghangatkan hubungan antara keluarga Prabowo dan Megawati.
“Dengan kondisi ini, saya yakin kemungkinan terjadinya kunjungan silaturahmi antara Prabowo dan Megawati akan semakin besar. Saya kira silaturahmi antara Ibu Mega dan Pak Prabowo itu hanya tinggal menunggu waktu saja,” pungkasnya.
Menengahi ketegangan elite
Pakar komunikasi politik dari Universitas Diponegoro, Triyono Lukmantoro, menjelaskan dikirimnya Didit sebagai perwakilan Prabowo kepada para elite politik bukan hanya sekadar formalitas.
Hal ini mencerminkan pentingnya pendekatan personal dalam momen Hari Raya Idulfitri atau Lebaran.
“Lebaran kan hubungan personal. Kalau politik yang bersifat formal, lebih legal dan tegas, mungkin bukan Didit yang diutus, tapi Sufmi (Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Partai Gerindra), mungkin Ahmad Muzani (Sekjen Partai Gerindra), juga Hashim Djojohadikusumo (adik Prabowo)," tuturnya, kepada FAKTA, Rabu (2/4/2025).
"Kalau anak (Didit) ya, ini kan representasi dari bapak (Prabowo) gitu lho. Jadi yang diinginkan hubungan personal. Artinya apa? Yang bersifat lebih antar manusia, apalagi dalam momentum lebaran ini,” jelas Triyono.
Terpisah, pengamat komunikasi politik Hendri Satrio melihat bahwa Didit telah menjalankan peran krusial yang dalam mencairkan ketegangan politik yang dibutuhkan namun sulit untuk dilakukan ayahnya, Prabowo.
“Didit memainkan peran diplomasi, menenangkan publik dan mengendurkan intensi politik (Prabowo),” katanya saat dihubungi, Rabu (2/4/2025).
Hensat, panggilan akrab Hendri, melihat manuver Didit ini sebagai bentuk sikap anak muda yang enggan terseret konflik pihak senior, sebagaimana yang ditunjukkan pula oleh Puan.
“Kunjungan ini juga bisa diartikan penolakan anak muda diseret ke dalam konflik (politik),” jelas Hendri.
“Coba liat Puan deh, dia juga luwes, nampaknya anak anak Presiden memang menolak untuk masuk dalam konflik (politik),” tambahnya.
Butuh tapi gengsi
Sejak dilantik menjadi Presiden RI kedelapan pada 20 Oktober 2024, Prabowo, kendati pernah berkomunikasi secara virtual, belum pernah bertemu secara langsung dengan Megawati.
Dalam beberapa kesempatan, Ketua Umum Partai Gerindra itu tetap menunjukkan keinginan untuk bertemu dengan Presiden RI ke-5 tersebut.
Keinginan tersebut, menurut Triyono, terwujud dalam pengutusan putranya dalam momen halal bihalal pada hari Minggu (31/3/2025).
“Prabowo sebenarnya juga ingin tetap menjalankan silaturahmi dengan Megawati, dan Didit adalah representasi atau wakil dari Prabowo,” ujarnya.
Meski begitu, ia memprakirakan keinginan bertemu itu terhambat oleh gengsi.
Satu sisi, Prabowo sebagai Presiden RI merasa tak pantas menurunkan derajatnya dengan menjadi tamu. Di sisi lain, Megawati yang lebih senior dari segi umur dan karier politik merasa rendah jika harus sowan ke tempat tinggal juniornya.
Selanjutnya, Prabowo, kata Triyono, tak begitu membutuhkan Megawati secara politik sebab koalisi yang berhasil dia himpun sudah sangat besar.
Di sisi lain, Megawati juga merasa bahwa pihaknya telah keluar sebagai pemenang pemilu legislatif yang menduduki sekitar seperlima kursi di parlemen.
Di antara kedua tokoh itu, Triyono menilai Megawati adalah sosok yang lebih besar gengsinya. Selain dari segi usia, menurutnya, keengganan Megawati untuk melakukan first-move dilandasi oleh hubungannya dengan Prabowo sebagai pasangan capres-cawapres 15 tahun silam.

Megawati dan Prabowo pernah bertemu langsung di Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019). (ANTARA/Rangga Pandu Asmara Jingga/am)
“Dulu kan Prabowo pernah jadi calon wakil presiden saya (Megawati) pada saat kandidasi tahun 2009,” ujarnya menirukan ucapan hipotetis Ketum PDIP itu.
Kedatangan Didit ke kediaman Megawati di Menteng itu pun, kata Triyono, menengahi gengsi antara Megawati dan Prabowo.
“Nah makanya dia (Prabowo) mengutus anaknya yang memang dari sisi usia, dari sisi politik ya, itu memang di bawah Megawati gitu loh, di bawah Prabowo juga, ini sepadan aja gitu loh,” jelas Triyono.
Iwan Setiawan, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, menilai Prabowo membutuhkan anaknya sebagai pihak netral yang dapat membawa pesan kepada para elite politik nasional, khususnya Megawati.
“Prabowo mengutus anaknya (Didit) karena secara politik masih netral. Untuk masuk dengan aman dan membawa pesan ke dua pihak yang sedang berkonflik, dibutuhkan tokoh yang netral sehingga bisa diterima dengan baik,” jelasnya, kepada FAKTA pada Selasa (2/4/2025).
“Prabowo ingin konflik mereka berakhir dan bisa bersatu berkontribusi membangun bangsa bersama. Prabowo membutuhkan Megawati bersama PDIP-nya,” kata Iwan.
Masa depan kasus Hasto
Dalam pertemuan antara kubu Prabowo melalui Didit dengan Megawati, satu isu penting muncul terkait adanya transaksi politik.
Seperti diketahui, Prabowo berkepentingan untuk menutup ruang sebisa mungkin bagi keberadaan oposisi. Sedangkan, PDIP menginginkan orang kedua di partainya, yakni Hasto Kristiyanto, untuk bebas dari segala dakwaan dalam pengadilan tindak pidana korupsi yang sedang berjalan.
Triyono menduga tak ada kesepakatan politik semacam itu dalam pertemuan Didit-Megawati pada Minggu (31/3) silam. Lebih jauh, dia melihat bahwa kasus korupsi yang menjerat Sekjen PDIP itu sudah berjalan terlalu jauh untuk diitervensi Prabowo.
“Semua sudah terlanjur. Kalau [mau dibebaskan] seperti itu, sebenarnya kan sebelum Hasto ditindaklanjuti atau kemudian Hasto masuk dalam proses peradilan. Kalau mau deal-deal politik seperti itu pada saat Hasto belum ditetapkan sebagai tersangka,” kata Triyono.
“Nyatanya Hasto sudah ditetapkan sebagai tersangka, sekarang ditahan oleh KPK statusnya sebagai terdakwa. Bahwa nanti hukumannya apakah dibebaskan apakah divonis berapa lama gitu atau denda sekian, kita enggak tahu. Itu urusan sama sekali urusan hukum, bukan urusan politik,” lanjutnya.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Pengadilan Tipikor
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto jelang sidang perdana di Pengadilan Tipikor, PN Jakpus, Jakarta, Jumat (14/3/2025). (Fakta.com/Dhia Oktoriza)
Didit banting setir jadi politikus?
Dengan kemunculannya sebagai pihak pemersatu dan pencair ketegangan elite politik, muncul perbincangan soal kans Didit masuk panggung politik sebagai pengurus Partai Gerindra, anggota DPR, atau kepala daerah.
Namun, Triyono melihat Didit akan tetap bertahan dalam dunia fesyen yang telah digelutinya sejak lama.
“Enggak, dia itu passion-nya kan untuk mengelola, misalnya, desain, model, misalnya merancang jersey Timnas, merancang busananya Gerindra dan sebagainya seperti itu. Kalau sudah dipersiapkan sejak awal Didiet sudah dari dulu dong dia masuk dalam kepengurusan Partai Gerindra,” kata Triyono.
Sebagai perbandingan, dia mencontohkan Jokowi membuka jalan buat anaknya Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep masuk ke panggung politik.
“Nyatanya kan [Didit] enggak dan kayaknya memang dia passion-nya enggak gitu,” tutupnya.