Deret Blunder Komunikasi Pemerintahan Prabowo, Ndasmu Hingga Kampungan

Presiden Prabowo Subianto sempat melontarkan 'Ndasmu' di Kongres Partai Gerindra, beberapa waktu lalu. (Tangkapan layar kan YouTube Partai Gerindra)
FAKTA.COM, Jakarta - Sederet komentar yang dinilai sebagai blunder komunikasi mengemuka dari Presiden Prabowo Subianto dan para pembantunya. Berikut daftar pernyataan-pernyataan unik tersebut.
Komentar blunder Prabowo sendiri sudah banyak dimulai sejak masa kampanye Pemilu Presiden 2024, termasuk saat menyindir pertanyaan lawannya, Anies Baswedan, dalam debat capres.
“'Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik?' Ndasmu etik!” seru Prabowo, yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, dalam agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra yang tertutup di Kemayoran, Jakarta, Jumat (15/12/2023), yang videonya viral di media sosial.
Pakar komunikasi politik Ari Junaedi menilai ucapan Prabowo semakin menunjukkan sifat aslinya yang anti kritik.
“Pelarian dari jawaban yang harus diberikan dalam debat dengan berjoget dan mencibir serta emosional yang tidak tertahankan, sudah lebih dari cukup dari indikasi dari ketidakberesan pengolahan verbal dan non-verbal,” lanjut dia, yang juga Direktur Nusakom Pratama Institute itu, Desember 2023.
Pengajar Departemen Politik Fisip Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman, menilai pernyataan itu menunjukan Prabowo seakan abai atas etika dalam bernegara.
“Respons Prabowo tersebut menunjukkan bahwa beliau jauh dari sikap negarawan,” kata dia, Sabtu (16/12/2023).
“Seorang negarawan adalah figur yang meletakkan prinsip-prinsip etika republik, atau kepantasan politik bersendikan pada prinsip republikanisme dalam laku bernegara,” jelasnya.
Pernyataan kontroversial itu pun berlanjut usai ia menjabat jadi presiden, dan itu seakan diikuti oleh para pembantu dan kadernya. Para pengamat dan netizen pun menganggap ini blunder.
Berikut daftarnya:
1. Ndasmu
Prabowo kembali menggunakan diksi 'ndasmu' saat menyinggung isu yang menyebut pemerintahannya dikendalikan oleh Presiden ketujuh RI Joko Widodo.
Dia mengklaim Jokowi tidak pernah cawe-cawe atau ikut mengatur pemerintahan.
“Pak Jokowi saya yakin tidak punya ambisi untuk bikin ini dan bikin itu. Saya kenal, saya kabinet beliau lima tahun, saya saksi, pikiran beliau hanya untuk rakyat Indonesia,” kata Prabowo saat berpidato di acara HUT ke-17 Partai Gerindra di SICC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/2/2025).
“Nanti dibilang saya, apa Pak, saya dikendalikan Pak Jokowi, cawe-cawe. Ndasmu,” ujarnya pelan di depan mikrofon, disambut tawa hadirin.
2. Solusi cabe mahal
Saat bicara soal inflasi di Sidang Kabinet Paripurna terkait persiapan Idulfitri 2025, Jumat (21/3/2025), Prabowo berkelakar soal harga cabe.
"Harga-harga sampai hari ini terkendali mungkin harga cabe rawit yang agak naik beberapa saat lalu, mungkin sekarang sudah mulai turun," selorohnya, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
"Tapi saran saya jangan terlalu banyak makan terlalu pedes. Saya waktu muda sukanya pedes sekali. Sekarnag dokter melarang saya makan terlalu pedes. Yang muda-muda silakan," lanjutnya, disambut tawa para anggota kabinet.
Meski konteksnya kelakar, banyak warganet menilai ucapan ini tak layak dilontarkan lantaran tak memberi solusi soal kenaikan harga cabe.
3. Kampungan
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak memakai diksi 'kampungan' saat merespon kritik warga soal Revisi UU TNI (RUU TNI) yang memberi tambahan job buat tentara di ranah sipil.
“Silakan saja didiskusikan, apakah tentara harus alih status, apakah tentara harus pensiun? Jadi tidak usah diperdebatkan seperti ribut kanan, kiri, ke depan, kaya kurang kerjaan. Nanti kan ada forumnya, kita bisa diskusikan. Kalau nanti keputusannya seperti itu, ya kami ikut. Kami (TNI AD) akan loyal seratus persen dengan keputusan,” ucap Maruli, dikutip dari situs TNI AD.
“Jadi tidak usah ramai bikin ribut di media, ini itu lah, Orde Baru lah, tentara dibilang hanya bisa membunuh dan dibunuh. Menurut saya, otak-otak seperti ini, kampungan menurut saya,” ujar dia, yang merupakan mantunya Luhut Binsar Pandjaitan, mantan Menko Maritim dan Investasi.

KSAD Maruli Simanjuntak juga menuding pengkritik RUU TNI AD tak meributkan "salah satu institusi masuk ke semua kementerian." (dok. TNI AD)
4. Bacot
Wakil Ketua Komisi VI DPR Andre Rosiade menggunakan diksi 'bacot' ketika menyerang Basuki T. Purnama alias Ahok, mantan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), yang blak-blakan soal korupsi minyak di BUMN tersebut.
"Pak Erick bersama Pak Prabowo punya data. Pak Erick lapor ke Pak Prabowo, langsung diproses, bagaimana? Pak Prabowo mengatakan, 'Lanjutkan langsung proses hukum'. Diproses (korupsi) Asabri," tuturnya, dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan Pertamina beserta holding-nya, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (11/3/2025).
"Ahok ngapain selain ngebacot, omon-omon, marah-marah, maki-maki bapak-bapak? Apa yang dilakukannya? Ada enggak dia bawa data ke aparat penegak hukum? Enggak ada kan?" cetus Andre, yang merupakan kader Partai Gerindra, partai penguasa.
Ahok usai diperiksa Kejagung
Eks Komisaris Utama Pertamina Basuki T Purnama alias Ahok diperiksa sebagai saksi kasus korupsi Pertamina, di Jakarta, Kamis (13/3/2025). (Fakta.com/Hendri Agung)
5. Pengkritik = anjing menggonggong
Kembali soal Prabowo. Politikus yang kembali dicalonkan partainya sebagai capres di Pilpres 2029 ini menggunakan istilah 'anjing menggonggong' saat merujuk kepada pihak-pihak yang mengkritik hilirisasi dan keyakinannya bahwa Indonesia akan memiliki masa depan cerah.
"Masa depan kita gemilang dan cerah walaupun ada sedikit usaha-usaha entah dari mana untuk selalu menurunkan semangat dan masa depan, semangat dan harapan daripada anak-anak muda kita," urai dia, saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, di Batang, Jawa Tengah, mengutip YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (20/3/2025).
"Saya tegaskan di sini tidak benar dan kita akan maju terus. Biar anjing menggonggong, kita akan maju terus. Kita akan bangun masa depan yang gemilang," lanjut Prabowo.
6. Masak babi
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi merespons teror yang diterima wartawan Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica, berupa kiriman kepala babi tanpa telinga dengan cara non-simpatik.
"Sudah dimasak saja, sudah dimasak saja," ujar Hasan, di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Koalisi Masyarakat Sipil pun meminta Presiden Prabowo Subianto "meninjau kembali posisi Hasan Nasbi dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan."
"Ungkapan yang disampaikan Hasan Nasbi menunjukkan rendahnya komitmen pemerintah, yang diwakili Kantor Komunikasi Kepresidenan, terhadap demokrasi dan kebebasan sipil. Bukannya menyampaikan, setidaknya sikap keperihatinan terhadap teror tersebut, justru seakan mendukung tindakan teror tersebut," menurut keterangan Koalisi, Sabtu (22/3/2025).
"Nampak ia (Hasan, Red) tidak cukup patut secara etika untuk menyampaikan pesan kepresidenan kepada masyarakat," sambug keterangan tersebut
Hasan mengklarifikasi pernyataannya itu merujuk respons Cica sendiri yang enggan mengindahkan teror. Terlebih, kata Hasan, tujuan peneror mengirimkan paket itu adalah untuk menebar ketakutan.
"Jangan sampai kita justru ikut membesar-besarkan ketakutan, karena itu target si peneror. Kita harus mengecilkan dia. Menurut saya cara yang paling tepat untuk mengecilkan peneror itu ya dimasak aja lah kirimannya dia kan gitu," tutur Hasan.
Pihaknya pun mengaku tetap menjunjung kebebasan pers.
"Tidak ada yang berubah dari komitmen pemerintah tentang kebebasan pers," kata dia, melansir Antara.
7. Gizi pemain timnas
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menilai Timnas Indonesia sulit menang karena faktor kualitas gizi pemain sepak bola Indonesia dan asal mereka yang dari kampung.
“Jangan heran kalau PSSI sulit menang karena main 90 menit berat. Kenapa? Karena gizinya tidak bagus dan banyak pemain bola lahir dari kampung,” ujarnya, di Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Sabtu (22/3/2025), melansir Antara.
"Kini, kualitas pemain Indonesia dianggap sudah agak baik, karena sekitar 17 orang merupakan produk naturalisasi yang telah memperoleh gizi baik di negara awal asal mereka seperti Belanda."
Dadan menilai olahraga bukan hanya soal latihan semata, namun juga kecerdasan dalam bermain dan membaca permainan lawan.
Ia pun menggadang-gadang program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diklaimnya dapat membuat anak memiliki gizi baik dan menjadi tenaga kerja produktif berkualitas dalam 20 tahun ke depan.

Kepala BGN Dadan Hindayana membanggakan pemain timnas saat ini yang keturunan Belanda. (ANTARA/M Fikri Setiawan)
8. MBG lebih didulukan dari pekerjaan dan pendidikan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy menilai pemberian makan bergizi harus didahulukan sebelum mendidik dan mengarahkan anak-anak.
“Sebelum kita mendidik anak-anak kita, sebelum menyehatkan anak-anak kita, sebelum kita mengarahkan anak-anak kita untuk jadi apa ini dan itu, berilah makan bergizi yang cukup,” ucapnya di Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Sabtu (22/5/2024) mengutip Antara.

Menteri PPN/Bappenas Rachmat Pambudy mengungkap alasan MBG lebih didahulukan ketimbang pendidikan dan pekerjaan. (ANTARA/HO-Bappenas)
Rachmat Pambudy juga mengutip berbagai penelitian soal makanan bergizi yang membuat bentuk wajah dan perilaku jadi lebih baik.
Lewat MBG, kata dia, pemerintah hendak mengatasi berbagai catatan negatif terkait angka 180 juta orang Indonesia tanpa kecukupan gizi, 50 ribu bayi lahir cacat setiap tahun, 1 juta orang terpapar tuberkolosis (TBC), dan 100 ribu orang setiap tahun wafat karena TBC.
“Jadi, kalau ada orang mengatakan kenapa musti kasih makan, kenapa tidak kasih pekerjaan saja, tidak akan tercapai untuk mengatasi persoalan ini (kekurangan gizi) [dengan hanya memberikan pekerjaan saja]," kata Rachmat. (ANT)