Fakta.com

Poin-poin Pembelaan UGM usai Viral Times New Roman di Skripsi Jokowi

Penampakan skripsi yang dilampirkan UGM saat membantah dugaan pemalsuan skripsi Jokowi. (dok. situs UGM)

Penampakan skripsi yang dilampirkan UGM saat membantah dugaan pemalsuan skripsi Jokowi. (dok. situs UGM)

Google News Image

FAKTA.COM, Jakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) bereaksi atas tudingan seorang akademisi yang meragukan keaslian ijazah dan skripsi Presiden ketujuh RI Joko Widodo. Simak bantahan-bantahannya.

Media sosial masih diramaikan dengan munculnya pernyataan mantan dosen dari Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, yang menyangsikan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi sebagai lulusan UGM.

Salah satu alasannya, lembar pengesahan dan sampul skripsi menggunakan jenis huruf atau font Times New Roman yang menurutnya belum diciptakan di era tahun 1980-an hingga 1990-an, periode kuliah Jokowi.

Ia, yang pernah jadi ahli digital forensik di sidang kasus kopi sianida dengan terdakwa Jessica Wongso itu, juga mengungkapkan keraguan soal keaslian ijazah Jokowi lantaran beberapa hal lainnya.

Salah satunya adalah sampul dan lembar pengesahan skripsi Joko Widodo dicetak di percetakan. Namun, seluruh isi tulisan skripsinya setebal 91 halaman tersebut masih ditulis menggunakan mesin ketik.

Ada pula masalah nomor seri ijazah Jokowi yang disebut tidak menggunakan klaster namun hanya angka. UGM pun mengeluarkan sejumlah bantahan dalam siaran pers resmi di situsnya, Jumat (22/3/2025).

Berikut poin-poin pembelaan UGM dikutip dari situsnya:

1. Menyesalkan

Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menyesalkan informasi yang menyesatkan yang disampaikan Rismon. Apalagi mantan dosen ini merupakan alumnus dari Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

“Kita sangat menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa mencerahkan dan mendidik masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” kata Sigit, di Kampus UGM, Jumat (21/3/2025).

"Perlu diketahui ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli. Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan beliau mengenal baik beliau, beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama), beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi, sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli,” tuturnya.

Foto yang dilampirkan UGM saat membantah tudingan pemalsuan ijazah Jokowi. (dok. Situs UGM)

Foto yang dilampirkan UGM saat membantah tudingan pemalsuan ijazah Jokowi. (dok. Situs UGM)

2. Tuding hoaks

Ketua Senat Fakultas Kehutanan UGM San Afri Awang tidak habis pikir masih ada kelompok atau pribadi yang menyerang institusi UGM dengan menyebut bahwa ijazah dan skripsi Joko Widodo adalah palsu. Isu tersebut menurutnya semakin liar dengan ditambahkan analisis yang tidak sesuai fakta.

Ia yakin, "pihak yang menghembuskan informasi hoax ini hanya untuk mencari sensasi semata."

“Dia (Joko Widodo) lulus dari sini dan buktinya ada kok,” katanya.

Guru Besar Hukum Pidana UGM, Marcus Priyo Gunarto, menilai tuduhan Rismon itu harus bisa dibuktikan. Menurut Marcus, ada dua tindakan pemalsuan dalam ranah hukum pidana, yakni membuat palsu dan memalsukan.

Membuat palsu, artinya dokumen asli tidak pernah ada namun pelaku membuat surat atau akta dalam hal ini ijazah, seolah-olah itu ada dan asli padahal sebelumnya tidak pernah ada.

Soal tindakan memalsukan, misalnya, ijazah atau skripsi yang dulunya pernah ada, tetapi mungkin rusak atau hilang, kemudian membuat dokumen baru seolah-olah itu adalah asli.

“Dua duanya adalah kejahatan, dan ada ancaman pidana. [Pernyataan Rismon] ini tidak jelas yang dituduhkan; memalsukan atau membuat palsu,” katanya.

Kemungkinan, katanya, dua tuduhan yang berpotensi dialamatkan ke Joko Widodo dan UGM itu sangat lemah. Pasalnya, Fakultas Kehutanan UGM memiliki banyak data dan dokumen pendukung yang menunjukkan bahwa Joko Widodo pernah kuliah, pernah ujian, dan pernah ikut yudisium.

“Yang bersangkutan pernah wisuda, dan ada berita acara yang menunjukkan peristiwa tersebut, maka ijazah memang pernah ada. Bisa dibuktikan dan dapat ditemukan di Fakultas Kehutanan,” tuturnya.

“Jika kemudian ada dugaan bahwa UGM melakukan perlindungan atau perbuatan seolah-olah hanya untuk kepentingan Joko Widodo, itu sangat salah dan gegabah,” lanjut Marcus.

Foto diduga skripsi yang ditampilkan UGM di situsnua. (dok. Situs UGM)

Foto diduga skripsi yang ditampilkan UGM di situsnua. (dok. Situs UGM)

3. Klaim Times New Roman sudah lazim

Soal penggunaan font Times New Roman pada sampul skripsi dan ijazah seperti yang dituduhkan oleh Rismon, Sigit menegaskan di tahun itu sudah jamak mahasiswa menggunakan jenis huruf tersebut atau huruf yang hampir mirip dengannya.

Terutama, katanya, untuk mencetak sampul dan lembar pengesahan di tempat percetakan. Menurut Sigit, Rismon mestinya tidak hanya menampilkan ijazah dan skripsi Joko Widodo saja yang ditelaah, terutama terkait penggunaan Times New Roman.

Namun, katanya, harus juga membandingkan dengan ijazah dan skripsi yang diterbitkan pada tahun yang sama di Fakultas Kehutanan.

Senada, Marcus mengatakan seharusnya Rismon membandingkan skripsi atau ijazah milik Joko Widodo dengan yang dimiliki lulusan Fakultas Kehutanan UGM lainnya dan bahkan skripsi yang diterbitkan di Fakultas Kehutanan di tahun-tahun sebelum Joko Widodo lulus.

“Apakah kemudian yang memiliki kemiripan, lalu dianggap palsu semua? Itu kesimpulan bukan seorang akademisi. Karena skripsi maupun ijazah banyak ditemukan di UGM dengan menggunakan huruf Times New Romanatau huruf yang hampir mirip dengannya,” katanya.

San Afri pun mengaku punya pengalaman sendiri soal penggunaan Times New Roman di sampul skripsi pada masa itu.

Frono Jiwo, teman seangkatan Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM 1980 dan sama-sama diwisuda di 1985, mengaku tampilan ijazahnya sama dengan Joko Widodo; menggunakan font yang sama, ditandatangani oleh Rektor Prof. T Jacob dan Dekan Prof Soenardi Prawirohatmodjo.

Hanya saja ia mengakui ada yang berbeda dari nomor kelulusan.

“Ijazah saya bisa dibandingkan dengan ijazahnya Pak Jokowi. Semua sama kecuali nomor kelulusan ijazah dari Universitas dan Fakultas,” ujarnya, tanpa memerinci perbedaan itu.

Jokowi memberikan sambutan di HUT ke-17 Gerindra, Sentul, Bogor, Sabtu (15/2/2025). (Fakta.com/Dewi Yugi)

Logo Fakta
0:00 / 0:00

Jokowi memberikan sambutan di HUT ke-17 Gerindra, Sentul, Bogor, Sabtu (15/2/2025). (Fakta.com/Dewi Yugi)

4. Beri kesaksian percetakan sudah banyak

Frono mengungkap seluruh mahasiswa satu angkatannya menulis skripsi menggunakan mesin ketik. Sementara, sampul, lembar pengesahan, dan penjilidan hampir semuanya dilakukan di percetakan.

“Pembuatan skripsi semua pakai mesin ketik, walaupun sudah ada komputer tapi jarang sekali yang bisa. Kalau sampul, lembar pengesahan, penjilidan skripsi semua di percetakan,” katanya.

Sigit menambahkan di sekitar kampus UGM itu sudah ada percetakan seperti Prima dan Sanur, yang kini sudah tutup, yang menyediakan jasa cetak sampul skripsi.

“Fakta adanya mesin percetakan di Sanur dan Prima juga seharusnya diketahui yang bersangkutan (Rismon) karena yang bersangkutan juga kuliah di UGM,” ucapnya.

“Ada banyak skripsi mahasiswa yang menggunakan sampul dan lembar pengesahan dengan mesin percetakan,” lanjut dia.

Ketua Senat Fakultas Kehutanan juga menceritakan dirinya pernah membuat cover skripsi di Prima. Di sekitar UGM, ia mengatakan ketika itu sudah ada jasa pengetikan memakai komputer IBM.

“Saya sempat pakai buat mengolah data statistik,” kata kakak angkatan Joko Widodo itu.

Meski begitu, kata San Afri, tidak semua mahasiswa Fakultas Kehutanan memilih mencetak sampul di jasa percetakan. Ada juga mahasiswa yang memilih mencetak sampul dan lembar pengesahan menggunakan tulisan dari mesin ketik.

”Kawan saya yang secara ekonomi tidak mampu, banyak yang membuat lembar sampul dan pengesahan dengan mesin ketik,” kenangnya.

Jokowi dituding pernah meminta penambahan masa jabatan jadi tiga periode meski dibantah. (Tangkapan layar YouTube Gerindra)

Jokowi dituding pernah meminta penambahan masa jabatan jadi tiga periode meski dibantah. (Tangkapan layar YouTube Gerindra)

5. Jawab soal nomor seri angka semua

Sigit menuturkan Fakultas Kehutanan UGM punya kebijakan sendiri soal penomoran ijazah di masa itu. UGM pun disebutnya belum melakukan penyeragaman.

Penomoran tersebut tidak hanya berlaku pada ijazah Joko Widodo namun berlaku pada semua ijazah lulusan Fakultas Kehutanan.

“Nomor tersebut berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas,” kata Sigit.

6. Ungkap kebiasaan Jokowi waktu kuliah

Frono Jiwo mengungkap beberapa ciri karakter Jokowi dan hobinya semasa kuliah.

“Kami seangkatan dengan Pak Jokowi, masuk tahun 1980,” katanya.

Frono menyebut Joko Widodo termasuk orang yang pendiam. Namun, saat kumpul dengan temannya, Joko Widodo memiliki selera humor yang tinggi karena sering melontarkan candaan yang mengundang tawa teman dekatnya.

“Pak Jokowi orangnya pendiam, tapi kalau ngobrol selalu kocak, apa yang jadi pembicaraan selalu mengundang tawa,” ujar dia.

Frono mengamini bahwa Joko Widodo ketika mahasiswa memiliki hobi naik Gunung. Bahkan beberapa gunung di Jawa dan Sumatera pernah ia daki. Hanya saja, Frono mengaku hanya sesekali saja naik gunung.

“Pak Jokowi sering naik gunung, tapi saya jarang dan seingat saya, saya tidak pernah bareng naik gunung sama Pak Jokowi,” paparnya.

Foto yang dilampirkan buat membantah keaslian ijazah dan skripsi Jokowi. (dok. UGM)

Foto yang dilampirkan buat membantah keaslian ijazah dan skripsi Jokowi. (dok. UGM)

7. Beri kesaksian soal kerja bareng

Tidak hanya kuliah dan lulus bareng, Frono dan Joko Widodo juga melamar pekerjaan di perusahaan yang sama di Aceh, PT. Kertas Kraft Aceh (Persero).

Namun menurut Frono, Joko Widodo hanya bekerja selama dua tahun saja karena sang istri, Iriana Jokowi, tidak betah tinggal di tengah area hutan pinus yang berada di wilayah sekitaran  Aceh Tengah.

“Kami bertiga, Pak Jokowi, saya dan almarhum Hari Mulyono (adik ipar Jokowi) bareng-bareng masuk kerja."

"Setelah Pak Jokowi menikah, Ibu Iriana kayaknya tidak betah karena basecamp berada di tengah hutan pinus di Aceh Tengah, Pak Jokowi resign dulu, tinggal saya dan almarhum Hari Mulyono yang masih bertahan,” tutupnya.

Trending

Update News