Fakta.com

Calon Paus Pengganti Fransiskus, akankah Tercipta Sejarah?

Paus Fransiskus. Ilustrasi Fakta.com/Rillo Hans Stevanus

Paus Fransiskus. Ilustrasi Fakta.com/Rillo Hans Stevanus

Google News Image

FAKTA.COM, Jakarta - Gereja Katolik akan memilih pemimpin baru usai ditinggal Paus Fransiskus yang wafat pada Senin (2/4/2025), atau sehari setelah Hari Paskah. Paus Fransiskus meninggal di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, pada usia 88 tahun.

Kardinal Kevin Farrell mengumumkan berita duka itu pada Senin pukul 9.45 pagi waktu Vatikan. Ia mengatakan bahwa Paus meninggal pada pukul 07.35 pagi waktu Vatikan.

"Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan yang mendalam saya harus mengumumkan kematian Bapa Suci kita, Fransiskus. Pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa," begitu bunyi pengumuman yang disampaikan Kardinal Kevin Farrell sebagaimana dikutip dari Vatican News.

Setelah Paus Fransiskus dimakamkan, proses konklaf yang khidmat dan rahasia dimulai di Kapel Sistina Vatikan. Para kardinal berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak pilih akan melakukan beberapa putaran pemungutan suara hingga seorang calon paus mendapat dua-per-tiga suara dukungan.

Beberapa kardinal pengganti Paus Fransiskus datang dari beragam latar belakang, ada dari Asia, Afrika, dan Amerika Serikat. Jika pengganti Fransiskus berasal dari ketiga wilayah itu, Gereja Katolik kembali membuat sejarah baru karena belum pernah sekalipun Paus berasal dari wilayah tersebut. 

Berikut para kandidat calon paus yang dilansir dari berbagai sumber:

Peter Turkson (Ghana)

Mantan Uskup Agung Cape Coast, Ghana, itu ditunjuk sebagai Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada 2003. Kardinal berusia 76 tahun itu memainkan peranan penting di era Paus Fransiskus sebagai kepala Dewan Pontifikal untuk Keadilan dan Perdamaian Vatikan.

Luis Antonio Tagle (Filipina)

Mantan Uskup Agung Manila yang kerap dijuluki "Fransiskus dari Asia". Kardinal berusia 67 tahun itu kini bertugas sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa.

Robert Prevost (AS)

Memiliki pengalaman luas di Peru setelah dikirim Paus Fransiskus pada 2014. Saat ini menjabat sebagai prefek dikasteri Vatikan yang bertugas memeriksa nominasi untuk para uskup di seluruh dunia.

Pietro Parolin (Italia)

Kardinal berusia 70 tahun itu bertugas sebagai Kardinal Sekretaris Negara di bawah Paus Fransiskus sejak 2013. Ia berperan besar dalam negosiasi antara Vatikan dengan pemerintah China dan negara-negara Timur Tengah.

Peter Erdo (Hongaria)

Kardinal 72 tahun itu merupakan Uskup Agung Esztergom-Budapest sejak 2003. Terpilih dua kali menjadi ketua Dewan Konferensi Episkopal Eropa, pada 2005 dan 2011. Ia dihormati oleh para kardinal Eropa yang merupakan blok pemilih terbesar.

Reinhard Marx (Jerman)

Kardinal 71 tahun itu eks Uskup Agung Munich dan Freising. Dipilih oleh Paus Fransiskus sebagai penasihat utama pada 2013. Marx kemudian ditunjuk untuk mengepalai dewan yang mengawasi keuangan Vatikan selama masa reformasi gereja Katolik.

Marc Ouellet (Kanada)

Kardinal 80 tahun itu memimpin kantor keuskupan Vatikan selama lebih dari satu dekade. Ia mengawasi lembaga pemilahan utama bagi calon-calon potensial untuk memimpin keuskupan di seluruh dunia.

Robert Sarah (Guinea)

Kardinal 79 tahun dari Afrika itu merupakan kepala kantor liturgi Vatikan yang sudah pension. Telah lama dianggap sebagai harapan terbaik bagi seorang paus Afrika. Dicintai oleh kaum konservatif.

Christoph Schoenborn (Austia)

Kardinal berusia 80 tahun eks Uskup Agung Wina, Austria. Ia dikenal merupakan murid Paus Benediktus, dikenal memiliki kemampuan akademis doktriner untuk menarik perhatian kaum konservatif.

Matteo Zuppi (Italia)

Kardinal 69 tahun bekas Uskup Agung Bologna dan presiden konferensi para uskup Italia, yang terpilih pada 2022. Berafiliasi erat dengan Komunitas Sant'Egidio, sebuah lembaga amal Katolik yang berbasis di Roma yang berpengaruh di bawah kepemimpinan Fransiskus, khususnya dalam dialog antaragama.

Trending

Update News