Presiden Kolombia Samakan Derita Warga Palestina dengan Kesengsaraan Yesus

Presiden Kolombia Gustavo Petro mengecam genosida Israel di Gaza. (ANTARA/Anadolu/aa)
FAKTA.COM, Jakarta - Presiden Kolombia Gustavo Petro mengecam genosida Israel di Gaza dan membandingkan penderitaan rakyat Palestina dengan kesengsaraan yang dihadapi Yesus Kristus.
"Pada masa Kesengsaraan dan Wafat Yesus Kristus, mari kita merefleksikannya terhadap rakyat Palestina, negeri tempat Dia berasal, yang saat ini dirundung genosida berdarah," kata dia, dikutip dari Antara berdasarkan pemberitaan Anadolu, Jumat (18/4/2025).
Hal tersebut disampaikan Petro saat merespons kiriman terkait Dr. Hossam Abu Safiya, dokter Palestina yang dilaporkan mengalami kondisi kritis di dalam tahanan Israel setelah diduga menerima siksaan parah.
Abu Safiya, yang adalah direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza sebelah utara, dilaporkan ditahan oleh pasukan Zionis Israel awal tahun ini.
Organisasi pembela HAM dan media setempat mengeluarkan peringatan dalam beberapa pekan terakhir mengenai kondisi Safiya yang mengalami siksaan dan penurunan kesehatan dalam tahanan.
Pernyataan Petro disampaikan di tengah suasana Pekan Suci sehingga semakin menekankan makna simbolisnya. Presiden Kolombia merupakan pengkritik keras agresi Israel ke Jalur Gaza dan berulang kali menyebutnya sebagai sebuah kejahatan perang.
Sementara, otoritas Zionis Israel terus membantah tuduhan genosida terhadap rakyat Palestina dan mengeklaim bahwa mereka hanya mengincar militan Hamas, bukan warga sipil atau petugas kesehatan.
Perayaan sederhana warga Palestina
Gereja-gereja di seantero Palestina merayakan Sabtu Suci menjelang Hari Raya Paskah dengan khidmat di tengah keterbatasan akibat agresi Israel di Jalur Gaza dan kekangan terhadap rakyat Palestina di Yerusalem.
Di Yerusalem, Patriark Gereja Ortodoks Yunani Theophilos III memimpin misa khusus di Gereja Makam Kudus bersama sejumlah uskup, pendeta, dan jemaat dalam jumlah terbatas.
Mereka yang mengikuti misa tersebut berhasil sampai di gereja setelah melewati pembatasan dan pos militer Israel yang mengelilingi Kota Tua Yerusalem.

Tumpukan puing membentuk pohon Natal di sebuah gereja di Betlehem, Palestina, Selasa (5/12/2023). (Antara/Anadolu)
Perayaan tradisional Sabtu Suci di Yerusalem tidak diadakan secara meriah selama dua tahun berturut-turut sebagai bentuk belasungkawa masyarakat Kristen terhadap agresi Israel di Palestina sejak Oktober 2023.
Setelah Api Suci dinyalakan di Makam Suci Gereja Makam Kudus, api tersebut dihantarkan ke sejumlah kota Palestina seperti Ramallah dan Al-Bireh, Bethlehem, Jericho dan Lembah Yordania, Nablus, Jenin, serta gereja-gereja lainnya.
Api Suci juga dikirimkan ke luar negeri sebagai pemantik lilin-lilin Paskah di gereja seluruh dunia.
Di Ramallah, Api Suci disambut upacara hening oleh para jemaat di Gereja Transfigurasi tanpa perayaan di tempat umum.
Upacara di Ramallah dihadiri oleh anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Ramzi Khoury, kepala Komite Presiden untuk Urusan Gereja, Gubernur Ramallah Leila Ghannam, Wali Kota Issa Kassis, para pemuka agama Kristen dan Islam serta hadirin lainnya.
Sementara di Gaza, blokade dan agresi Israel menyebabkan Api Suci tak bisa mencapai wilayah kantong tersebut. Namun, ibadah tetap dilaksanakan di Gereja Janasuci Porfirius dan Gereja Keluarga Kudus.
Sebelumnya, pasukan Israel menyerang sejumlah warga Palestina di dekat Gerbang Bab Al-Jadid di Kota Tua Yerusalem dan menghalangi puluhan keluarga pulang ke rumah mereka.
Jemaat yang hendak mengikuti ibadah di Gereja Makam Suci juga dihalang-halangi dan ditangkap di titik pemeriksaan militer, termasuk di antaranya Uskup Agung Adolfo Tito Yllana, Delegasi Apostolik di Yerusalem dan wakil Vatikan untuk Negara Palestina. (ANT)














