75 Tahun Diplomatik, China Mitra Dagang Utama RI di Atas AS

Prabowo dan Xi Jinping menyaksikan penandatanganan kesepakatan kerjasama di Great Hall of the People, Beijing, Sabtu (9/11/2024). Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr
FAKTA.COM, Jakarta - Republik Indonesia dan Republik Rakyat China merayakat 75 tahun hubungan diplomatik pada 2025. Selama 75 tahun hubungan diplomatik dijalin sejak era Soekarno dan Mao Zedong, hubungan Indonesia-China diklaim telah membawa kemajuan signifikan, terutama di bidang ekonomi.
Presiden RI, Prabowo Subianto, dan Presiden China, Xi Jinping, pun telah saling mengucapkan selamat atas peringatan 75 tahun hubungan diplomatik dalam sebuah sambungan telepon, Minggu (13/4/2025), saat Prabowo berkelana mengunjungi sejumlah negara di Timur Tengah.
"Angka-angka perdagangan maupun investasi menunjukkan signifikansi hubungan," kata Duta Besar RI untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, di Kedutaan Besar RI (KBRI) di Beijing, China, Minggu (13/4/2025).
Djauhari mendasarkan kemajuan hubungan kedua negara itu dari catatan transaksi perdagangan yang terus meningkat tiap tahunnya. Pada 2024 saja, Djauhari menukil data Bea Cukai China, nilai transaksi antara RI-RRC mencapai 147,78 miliar dolar AS (sekitar Rp2.478 triliun).
Pada tahun itu, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 71,09 miliar dolar AS, sedangkan nilai impor dari China tercatat sebesar 76,69 miliar dolar AS. China kini menjadi yang mitra dagang terbesar Indonesia di atas Amerika Serikat dan Jepang.
China juga menjadi negara ketiga terbesar yang berinvestasi secara langsung di Indonesia dengan 8,1 miliar dolar AS pada 2024, atau meningkat 9,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Duta Besar RI untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, dalam sebuah acara di KBRI Beijing, Minggu (13/4/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)
Untuk memperat hubungan RI-RRC telah dijadwalkan pertemuan antarmenteri 2+2 yaitu menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara pada akhir April 2025.
Kendati muncul ketegangan antara China dengan AS gara-gara tarif Donald Trump, Djauhari menilai hal itu tidak bisa dihubungkan langsung dengan kemitraan Indonesia dengan dua negara. Dia menambahkan bahwa Indonesia punya hubungan baik dengan kedua negara itu.
"Mengenai kondisi saat ini, saya menghindari menggunakan istilah trade war tapi memakai trade friction, jangan menambah kisruh dalam kondisi yang sudah seperti ini," kata Djauhari.
Sebagai tambahan, hubungan diplomatik antara Indonesia dan China dimulai secara resmi pada 13 April 1950, ketika China dipimpin oleh Mao Zedong dan Soekarno menjadi Presiden RI.
Indonesia termasuk salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang mengakui China secara diplomatik. Kedua negara juga merupakan pemrakarsa Konferensi Asia-Afrika yang diikuti oleh 29 negara non-blok pada 1955.
Hubungan diplomatik Indonesia-China sempat putus setelah peristiwa pemberontakan G-30 S PKI pada 1965. Selama periode ini, hubungan kedua negara hanya bersifat informal. Indonesia kemudian menjalin hubungan dengan Taiwan.
Pada 8 Agustus 1990, Indonesia memulihkan hubungan diplomatik dengan China dan mengakui prinsip "Satu China", yang hanya mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya negara China di dunia.
Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia ikut bergabung dalam "Belt and Road Initiative" China, yang salah satunya merealisasikan proyek infrastruktur Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (ANT)