WTO: Dunia Bisa Alami Depresi Besar jika AS-China Perang Dagang

Depresi Besar pada 1929–1939 adalah penurunan ekonomi global yang dialami semua negara. Foto: istimewa
FAKTA.COM, Jakarta - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan bahwa volume perdagangan antara China dan Amerika Serikat dapat mengalami penurunan drastis hingga 80 persen akibat meningkatnya perang dagang.
“Ketegangan perdagangan yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan China menimbulkan risiko serius terhadap penyusutan tajam dalam hubungan dagang bilateral. Proyeksi awal kami menunjukkan bahwa perdagangan barang antara kedua negara ini bisa menurun hingga 80 persen,” ujar Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, dalam sebuah pernyataan pada Rabu (9/4/2025).
Sialnya, dampak perang dagang dengan pengenaan tarif tinggi antara AS dan China bakal menjangkiti negara lain. Menurutnya, jika dunia terbelah menjadi dua blok ekonomi yang saling bersaing, hal ini dapat menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) global secara jangka panjang hingga hampir 7 persen.
China menaikkan tarif barang asal AS menjadi 84% setelah ancaman tarif 104% dari AS. Sebagai balasan, Trump tetapkan tarif baru sebesar 125% untuk China mulai Rabu (9/4), dan menyebut negosiasi resmi ditutup. Sementara negara lain diberi waktu 90 hari untuk berunding.… pic.twitter.com/dvIRT4W5Xg
— Faktacom (@Faktacom_) April 10, 2025
Pada pertemuan di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu, Iweala juga mengungkapkan bahwa aksi saling balas tarif, baik itu 25 persen atau 60 persen, bisa membuat ekonomi dunia mengalami resesi besar seperti kondisi tahun 1930-an.
"Kita akan mengalami kerugian PDB global dua digit. Itu bencana besar. Semua orang akan membayarnya," kata Okonjo-Iweala.
Jangankan penerapan tarif, kata Iweala, pengumumannya saja bisa menyebabkan volume perdagangan global menyusut sekitar 1 persen secara keseluruhan pada 2025.
"Penurunan ini, dan kemungkinan berubah menjadi perang tarif dengan siklus tindakan pembalasan, menghasilkan penurunan perdagangan yang lebih parah membuat saya sangat khawatir," kata dia.
Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor baru, termasuk pada produk dari Indonesia. Kebijakan ini menuai kritik karena dinilai bisa memicu inflasi tinggi di AS. Ekonom Mariana Mazzucato menyebut tarif ini dapat menambah beban rumah tangga hingga $1.500 per tahun. Menlu… pic.twitter.com/JlooXdSnKx
— Faktacom (@Faktacom_) April 5, 2025
Sebagai informasi, Depresi Besar pada 1929–1939 adalah penurunan ekonomi global yang dialami semua negara. Peristiwa itu ditandai menurunnya tingkat ekonomi di seluruh dunia yang berlangsung selama 10 tahun.
Depresi dimulai dengan peristiwa Kamis Hitam, yaitu jatuhnya bursa saham New York pada 24 Oktober 1929 dan mencapai puncaknya pada 29 Oktober 1929.
Ekonomi negara industri maupun negara berkembang hancur. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, pengangguran merajalela, kelaparan di mana-mana.
Karena itu, agar ketegangan perdagangan saat ini tidak semakin memburuk, WTO mendesak para anggotanya untuk menangani kemungkinan perang dagang dengan hati-hati. Okonjo-Iweala meminta agar Lembaga WTO digunakan sebagai tempat diskusi mencari solusi kolaboratif untuk mencegah sengketa perdagangan yang semakin memburuk. (BT/TBS/Sputnik/ANT)