250 Ribu Warga AS Unjuk Rasa Protes Kebijakan Trump

Unjuk rasa pada Sabtu hingga Minggu (5-6/4/2025) diberi tajuk 'Hands Off!' atau 'Jangan Ganggu' di 1.200 lokasi di 50 negara bagian AS. Foto: Istimewa.
FAKTA.COM, Jakarta - Sebanyak kurang lebih 250 ribu warga Amerika Serikat menggelar unjuk rasa untuk menentang kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump dan Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE), Elon Musk, Sabtu (5/4/2025) hingga Minggu.
Unjuk rasa itu diberi tajuk 'Hands Off!' atau 'Jangan Ganggu' yang diselenggarakan di lebih dari 1.200 lokasi di 50 negara bagian AS.
Pengunjukrasa memprotes kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump dalam berbagai sektor, terutama perampingan pemerintahan oleh Elon Musk. Demonstran juga memprotes kebijakan aneh Trump yang melanggar HAM seperti soal gender, soal Palestina, dan kebijakan ekonomi yang makin memperburuk keadaan.
Reporter Aljazeera, Mike Hanna, mengatakan protes warga sebagian besar soal ketidakpuasan terhadap tindakan eksekutif pemerintahan Trump dan pemotongan anggaran maupun departemen yang dipimpin oleh Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) adalah milik Musk.
“Hal ini menjadi salah satu Demonstrasi terbesar yang kami lihat sejak Trump memulai masa jabatan keduanya, ini juga mencerminkan adanya frustasi di kalangan warga Amerika,” ujar Hanna.
MASSIVE Anti-Trump uprising in NYC!! #HandsOff pic.twitter.com/Gb91kaPTKr
— Our Revolution (@OurRevolution) April 5, 2025
Tak hanya berpusat di Washington DC, warga pun berunjuk rasa di Chicago, New York, San Diego, Portland, dan kota besar lainnya. Warga berunjukrasa sambal menunjukkan berbagai spanduk yang dibentangkan.
Tak hanya di AS, protes anti-Trump juga digaungkan di seluruh dunia. Warga AS di luar negeri dan warga lokal juga berkumpul di kota-kota seperti Berlin, Frankfurt, Paris, maupun London.
Di Paris, sekitar 200 demonstran, dan sebagian besar warga Amerika berkumpul di Place de la Republique. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Lawan Tirani."
Tak hanya soal kebijakan domestik AS, warga juga memprotes adanya kebijakan tidak adil Trump terhadap kelompok Pro-Palestina di AS. Terlebih, beberapa waktu belakangan, Trump menangkap, mengeluarkan, dan mendeportasi warga asing yang bermukim secara legal di AS gara-gara mendukung Palestina.
Warga pro-Palestina juga memprotes dukungan pemerintahan AS terhadap aksi militer baru Israel di Gaza yang membuat warga Palestina menderita.
Menanggapi protes itu, pemerintahan Trump menegaskan bahwa kebijakan yang dikeluarkan sejatinya untuk melindungi warga AS. Pihak Trump pun menuduh partai Demokrat selama ini telah menyusahkan masyarakat AS.
“Posisi Trump jelas, ia akan melindungi jaminan sosial, medicare dan medicaid untuk seluruh penerima dan juga pemenuh syarat. Sementara iru partai Demokrat telah memberikan adanya kesusahan bagi masyarakat lansia Amerika. (Euronews/Aljazeera)














