Israel Perluas Perang di Gaza, Keluarga Sandera Kritik Netanyahu

Ilustrasi. Israel memperluas perang di Gaza, Palestina. (Pixabay/hosnysalah)
FAKTA.COM, Jakarta - Israel mengumumkan akan lebih agresif dan menguasai “wilayah yang luas” di Gaza. Di sisi lain, keluarga mempertanyakan keselamatan para sandera yang diduga masih ditawan Hamas.
Dikutip dari The Guardian, Rabu (2/4/2025), keputusan perluasan perang ini diambil setelah Israel kembali menggencarkan serangan udara pada Selasa (18/3/2025) dan melancarkan operasi darat baru. Tindakan ini mengakhiri gencatan senjata hampir dua bulan dalam perang dengan Hamas.
Dalam sebuah pernyataan, Israel Katz, Menteri Pertahanan Israel, mengatakan serangan itu "diperluas untuk menghancurkan dan membersihkan wilayah itu dari teroris dan infrastruktur teroris serta merebut wilayah-wilayah besar yang akan ditambahkan ke zona keamanan negara Israel."
Tujuan Operasi "Strength and Sword" (Kekuatan dan Pedang) pertama-tama dan terutama adalah untuk meningkatkan tekanan agar semua sandera dibebaskan meskipun Hamas menolak," kata Katz.
"Perluasan operasi pagi ini akan meningkatkan tekanan pada para pembunuh Hamas dan juga pada penduduk di Gaza serta memajukan pencapaian tujuan suci dan penting bagi kita semua."
IDF telah mengerahkan divisi tambahan ke Gaza, dan mengeluarkan perintah evakuasi menyeluruh kepada penduduk sipil di selatan Jalur Gaza.
Langkah itu dikecam oleh forum keluarga sandera, yang mengatakan pemerintah Benjamin Netanyahu menjadikan pemulangan 59 sandera yang diyakini masih ditawan di Gaza oleh Hamas sebagai "tugas sekunder" yang telah "diturunkan ke bagian bawah daftar prioritas."
“Apakah Anda memutuskan untuk mengorbankan para sandera demi merebut tanah? Alih-alih membebaskan para sandera dalam sebuah kesepakatan dan mengakhiri perang," kata perwakilan forum keluarga sandera.
"Pemerintah Israel justru mengirim lebih banyak tentara ke Gaza untuk bertempur di tempat yang sama dengan yang telah mereka lakukan berulang kali,” lanjut keterangan itu.
Perang ini dimulai dengan serangan Hamas pada Sabtu (7/10/2023), yang mengakibatkan kematian 1.218 orang. Hamas diduga masih menahan 59 sandera yang diculik dari Israel saat penyerangan itu, meskipun tidak semua diyakini masih hidup.
Serangan terbaru
Serangan udara Israel di Khan Younis, Gaza selatan, telah menewaskan 17 orang, mengutip pejabat rumah sakit. Sebanyak 12 jenazah korban serangan udara semalam telah dibawa ke Rumah Sakit Nasser pada Rabu (2/4/2025) pagi.
Di antara korban tewas terdapat lima perempuan, termasuk seorang wanita hamil, serta dua anak-anak. Tiga pria dari satu keluarga turut menjadi korban, bersama pemilik rumah yang menjadi target serangan.
Al Jazeera melaporkan bahwa dua serangan udara lainnya terjadi di bagian selatan Kota Gaza. Hingga kini belum ada informasi terkait jumlah korban, namun sumber medis menyebutkan bahwa sejak fajar, total 21 warga Palestina tewas akibat serangan Israel.
Sementera itu, Pemerintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah melarang Al Jazeera beroperasi di Israel.
Di wilayah pendudukan Tepi Barat, pasukan Israel terus melakukan operasi militer. Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan bahwa pada Rabu (2/4/2025) pagi, seorang pria berusia 33 tahun tewas akibat tembakan pasukan Israel di Nablus. Seorang warga Palestina lainnya mengalami luka setelah tertabrak kendaraan militer Israel.
Di Hebron, tujuh warga Palestina dilaporkan ditangkap oleh pasukan Israel. Selain itu, penahanan juga terjadi di Tulkarm dan Kamp pengungsi Nour Shams. (The Guardian/Al Jazeera/Kiki Annisa Fadilah)