PBB Kutuk Pembunuhan Petugas Medis di Gaza oleh Israel, Serukan Gencatan Senjata

Ilustrasi. PBB mengecam keras pembunuhan petugas medis oleh Israel. (dok. UN)
FAKTA.COM, Jakarta - Perserikatan Bangsa-bangsa, lewat dua organisasi di bawahnya, mengutuk serangan Israel terhadap para petugas medis di Gaza, Palestina, sambil mendesak kembalinya gencatan senjata.
Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat (OCHA) Tom Fletcher mengecam pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap paramedis dari Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).
"15 petugas darurat & bantuan di Gaza – dari @PalestineRCS, Pertahanan Sipil (Civil Defense) Palestina dan PBB - ditemukan terkubur di dekat kendaraan mereka yang rusak & bertanda jelas," tulis Fletcher di X, Senin (2/4/2025).
15 emergency & aid workers in Gaza – from @PalestineRCS, Palestinian Civil Defense and UN - were found buried by their wrecked & well-marked vehicles. Our condolences to their families.⁰⁰They were killed by Israeli forces while trying to save lives. We demand answers & justice. https://t.co/TudYttukQF
— Tom Fletcher (@UNReliefChief) March 31, 2025
"Belasungkawa kami untuk keluarga mereka. Mereka dibunuh oleh pasukan Israel saat tengah mencoba menyelamatkan nyawa. Kami menuntut jawaban & keadilan," lanjutnya.
Jonathan Whittall, pejabat senior urusan kemanusiaan di OCHA di wilayah Palestina yang dijajah Israel, mengatakan "jenazah delapan PRCS, enam Pertahanan Sipil, dan satu staf PBB" telah ditemukan setelah serangan Israel sekitar seminggu yang lalu.
"Mereka tewas saat memakai seragam mereka. Mengemudikan kendaraan yang diberi tanda dengan jelas. Mengenakan sarung tangan. Dalam perjalanan untuk menyelamatkan nyawa," kicau Whittall di X, Senin (31/3/2025).
6/6 Today, on the first day of Eid, we returned and recovered the buried bodies of 8 PRCS, 6 Civil Defense and 1 UN staff. They were killed in their uniforms. Driving their clearly marked vehicles. Wearing their gloves. On their way to save lives. This should never have happened pic.twitter.com/AT3wjCe4XB
— Jonathan Whittall (@_jwhittall) March 30, 2025
Para petugas medis menjadi sasaran pada 23 Maret saat mereka menuju untuk memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang terluka akibat penembakan Israel di daerah Al-Hashashin.
Senada, Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam pembunuhan yang dilakukan oleh Israel terhadap petugas medis.
"Serangan mematikan terhadap delapan pekerja ambulans Bulan Sabit Merah Palestina di Gaza saat bertugas sangat menyedihkan," tulis Tedros Ghebreyesus di platform media sosial X, Senin malam (31/3).
"Kami berduka atas kematian rekan-rekan ini, dan kami mendesak agar serangan terhadap pekerja kesehatan dan kemanusiaan segera diakhiri,” imbuh dia.
The deadly attack against eight @PalestineRCS ambulance workers in #Gaza while on duty is deplorable.@WHO is gravely concerned about the well-being of ambulance worker Assad Al-Nassasra, who is still missing.
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) March 31, 2025
Under International Humanitarian Law, health workers must be…
Tedros juga menyampaikan kekhawatiran besar pihaknya terhadap keselamatan pekerja ambulans Assad Al-Nassasra yang masih hilang.
Pada hari ini, Tedros juga menyerukan bahwa petugas medis bukan target militer saat mengungkap kabar duka soal kematian dua pekerja United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) di Palestina.
"Kehilangan dua rekan @UNRWA di #Gaza sungguh menyedihkan. Kami ulangi: pekerja kesehatan dan kemanusiaan #BukanTarget. Mereka harus dilindungi setiap saat. Kami mendesak agar gencatan senjata dipulihkan."
The loss of two more @UNRWA colleagues in #Gaza is appalling.
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) April 1, 2025
We repeat: health and humanitarian workers are #NotATarget. They must be protected at all times.
We urge for the ceasefire to be restored.https://t.co/Vz94k5t1W6
Melansir Anadolu, PRCS mengumumkan pada Minggu (30/3/2025) bahwa 14 jenazah telah ditemukan setelah serangan Israel.
Korban meninggal termasuk delapan pekerja Bulan Sabit Merah, lima personel Pertahanan Sipil, dan seorang anggota staf badan PBB.
Peristiwa ini terjadi beberapa hari setelah Pertahanan Sipil Palestina melaporkan temuan jenazah seorang anggota tim yang dibunuh oleh pasukan Israel, sehingga jumlah korban tewas akibat serangan tersebut menjadi 15 orang.
Para petugas medis menjadi sasaran serangan Israel pada 23 Maret, ketika mereka dalam perjalanan untuk memberikan pertolongan pertama kepada para korban penembakan Israel di daerah Al-Hashashin.
Serangan Israel di Rafah terhadap Bulan Sabit Merah Palestina dan Pertahanan Sipil menyoroti bahaya yang dihadapi oleh para pekerja kemanusiaan di Gaza, yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan orang lain dan mengirimkan bantuan.
Israel memulai operasi udara di Gaza pada 18 Maret. Sejak itu, mereka membunuh lebih dari 1.000 korban dan melukai lebih dari 2.000 orang.
Serangan itu juga memupus gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang disepakati pada Januari antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas.
Lebih dari 50.300 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan militer Israel sejak Oktober 2023.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan pejabat pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong Palestina tersebut.














