Muslim Myanmar Rayakan Idulfitri dalam Keterbatasan usai Gempa

Warga mengecek bangunan masjid yang runtuh di Myanmar. Sekitar 60 masjid dilaporkan hancur pasca gempa 7,7 M di Myanmar. Foto: The Irrawady
FAKTA.COM, Jakarta - Ratusan masyarakat muslim di Mandalay, Myanmar, tetap menunaikan salat Idulfitri 1446 Hijriah, Senin (31/3/2025), meski diliputi kedukaan mendalam pasca diguncang gempa berkekuatan 7,7 magnitude pada Jumat.
Mereka menunaikan salat Id di Masjid Sajja North, kawasan kampung muslim Mawyahiyah, Mandalay, meski bagunan rusak dan menara masjid runtuh akibat gempa. Saat gempa, reruntuhan menara dan masjid itu mengakibatkan 14 anak-anak dan dua orang dewasa meregang nyawa.
Sebagian warga menyambut idulfitri dengan mengenakan pakaian baru, seperti biasa mereka lakukan, namun sebagian besarnya lagi merayakan dengan sangat sederhana. Bahkan, tak ada sajadah panjang terbentang, melainkan hanya menggelar plastik degnan penahan sebongkah batu agar tidak terbang terbawa angin.
“Di hari penuh kemuliaan ini, biasanya kami melakukan banyak hal penuh suka cita, saya masih bisa melihat wajah mereka (korban gempa) di mata saya,” kata seorang warga.
Sebagian besar warga bercerita tentang kehilangan keluarga. Mereka hanya bisa pasrah merayakan lebaran dengan keterbatasan.
“Kami harus salat di jalan, dengan perasaan sedih dan juga kehilangan,” ujar Aung Myint Hussein, Kepala pengurus Masjid Sajja North yang juga korban dari gempa Myanmar.
Tangisan dan kesedihan tampak dari masyarakat saat melaksanakan salat Id. Imam masjid pun bergetar saat mendoakan seluruh korban yang meninggal dunia dalam khutbahnya. “Semoga Allah meberikan kedamaian kepada mereka,” ucap imam masjid.
Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 Magnitudo mengguncang Myanmar dan Thailand pada Jumat (28/3/2025), dengan pusat gempa terletak 12 km dari Sagaing, Myanmar. Guncangan kuat dirasakan hingga ke Bangkok, menyebabkan gedung-gedung tinggi bergoyang dan satu bangunan dalam konstruksi… pic.twitter.com/l6CYky4sAs
— Faktacom (@Faktacom_) March 28, 2025
Meski banyak reruntuhan, lalu lintas di sekitar Mandalay telah kembali ramai. Bahkan, beberapa restauran pun dibuka Kembali. Kehidupan seperti kembali normal meski kesakitan masih terasa. Pemulihan fisik dan trauma masih sangat terasa jauh.
"Kami percaya mereka (korban) mendapatkan kematian penuh berkah, sebagaimana ini adalah ujian dari Allah. Ini pengingat bahwa kita harus kembali kepada-Nya dan semakin banyak berdoa,” ujar salah satu korban gempa kepada AFP dikutip dari France24.
Jumlah korban tewas akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengguncang Myanmar, Jumat (28/3/2025), terus meningkat.
Berdasarkan data Dewan Administrasi Negara Myanmar, yang dicatat media MyanmarNow, jumlah korban tewas per 31 Maret telah mencapai 2056 orang, korban luka 3900 orang, dan korban hilang mencapai 300 orang.
Sedikitnya 700 umat Muslim wafat. Gempa juga menghancurkan sekitar 60 masjid di wilayah Mandalay dan Sagaing.
Banyak di antara masjid yang hancur merupakan masjid tua yang dibangun sejak abad ke-19, menurut Jaringan Muslim Myanmar Revolusi Musim Semi.
Masjid-masjid juga hancur menjadi puing-puing di kota Naypyitaw, Pyinmana, Pyawbwe, Yamethin, Thazi, Meiktila, Kyaukse, dan Paleik, menurut komunitas Muslim.
Kepemimpinan militer Myanmar mengumumkan masa berkabung nasional selama satu minggu sejak Senin (31/3) hingga Minggu, 6 April. Dalam masa berkabung, bendera nasional Myanmar dikibarkan setengah tiang sebagai bentuk simpati atas kehilangan nyawa dan kerusakan pasca gempa dahsyat itu. (France24/TheGuardian/The Irrawady)