Beda Lebaran di Palestina, Suriah, Lebanon: Ada Suka Banyak Duka

Umat Islam menunaikan salat Idulfitri 1446 Hijriah di ruang terbuka dekat reruntuhan gedung di Jalur Gaza, Palestina, Minggu (30/3/2025). Foto: Istimewa
FAKTA.COM, Jakarta - Tanggal 1 Syawal menjadi momentum paling berkesan untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia. Mereka merayakan Idulfitri setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadan.
Umat muslim di dunia merayakan Idulfitri dengan tradisi dan perayaan yang berbeda-beda. Bahkan, tidak semua negara melaksanakan lebaran Idulfitri di hari yang sama.
Di Jazirah Arab, sebagian besar umat muslim merayakan Idulfitri pada Minggu, 30 Maret 2025. Sementara di Asia Selatan, Asia Tenggara, serta beberapa negara seperti Mesir, Oman, Irak, dan Iran, merayakan Idulfitri pada Senin, 31 Maret 2025.
Ada suka cita, ada duka yang belum reda. Meski demikian momen Idulfitri 1446 Hijriah tetap dilaksanakan dimulai dengan salat sunnah Idulfitri hingga makan bersama keluarga.
Palestina
Muslim Palestina merayakan Idul Fitri pada Minggu (30/3) dengan sangat sederhana. Meski disambut gembira, Idulfitri dirayakan dengan tetap waspada terhadap serangan militer Israel yang kembali menyengsarakan warga, terutama di Gaza.
Bagi warga di Jalur Gaza, ini merupakan Idulfitri kedua dalam kecamuk perang sejak Oktober 2023, Ketika serangan Israel membombardir kantong wilayah Palestina itu. Warga lagi-lagi merayakan Idulfitri dalam keterbatasan.
Mereka salat Id di halaman terbuka yang dipenuhi puing-puing bangunan. Makanan minim lantaran adanya keterbatasan bahan pokok akibat pemberhentian pasokan bantuan kemanusiaan yang dilakukan Israel.
Di Tepi Barat, warga tetap antusias menunaikan salat Id di kompleks Masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah, meski ratusan tantara Israel membatasi ketat kehadiran warga Palestina di situs suci umat Islam itu.
Pembatasan beribadah di Masjid penting ketiga umat Islam itu dilakukan Israel bahkan sejak Ramadan. Hanya lelaki tua, perempuan renta, dan anak kecil di bawah 12 tahun yang tidak dipersulit masuk masjid. Sementara sisanya harus mengalami pengecekan yang sangat ketat, bahkan penolakan.
Palestinians perform Eid prayer in a school sheltering displaced people in Khan Younis, southern Gaza Strip. pic.twitter.com/kC8J6mc8He
— Eye on Palestine (@EyeonPalestine) March 30, 2025
Lebanon
Gambaran Idulfitri di Lebanon sama mengerikannya seperti di Palestina. Terlebih, pasukan Israel melancarkan serangan di ibu kota Lebanon, Beirut, untuk kedua kalinya dalam seminggu, pada Senin (31/3/2025). Serangan itu menewaskan sedikitnya tiga orang.
Desa Aitaroun, Lebanon selatan, pun hancur akibat perang. Umat muslim di sana merayakan Idulfitri di antara orang-orang yang menghembuskan nafas terakhir akibat serangan Israel.
"Kami menantang seluruh dunia dengan berada di sini, di Aitaroun, untuk merayakan Idulfitri bersama para martir," kata Siham Ftouni, di dekat makam putranya yang merupakan seorang penyelamat dari organisasi kesehatan Islam yang berafiliasi dengan Hizbullah.
Warga memadati pemakaman desa untuk berdoa bagi lebih dari 100 penduduk, termasuk pejuang dari Hizbullah, yang tewas selama perang antara kelompok militan itu dengan Israel. Meski perang berakhir dengan gencatan senjata yang rapuh pada November 2024, serangan Israel tetap mengalir ke Lebanon Selatan.
"Darah mereka memungkinkan kami untuk kembali ke desa kami," katanya.
Residents of south Lebanon today marked the first Eid al Fitr after the liberation of their war-torn villages from the Israeli army. Surrounded by the rubble of their homes, families and friends gathered to mark the occasion by visiting pic.twitter.com/vFof5KiEuk
— courtneybonneauimages (@cbonneauimages) March 31, 2025
Selama perang, media pemerintah Lebanon melaporkan bahwa pasukan Israel menggunakan bahan peledak di Aitaroun dan dua desa di dekatnya untuk meledakkan rumah-rumah. Alun-alun kota rusak parah. Hanya sedikit orang yang kembali untuk tinggal atau membuka kembali bisnis.
Pada hari Jumat, Israel mengebom Beirut selatan untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata setelah roket ditembakkan ke wilayahnya.
Imad Hijazi, 55, seorang sopir taksi, mengatakan ketidakpastian keamanan tidak menghalangi mereka yang ingin menghabiskan Idul Fitri di samping makam orang yang mereka cintai.
"Kesedihan itu sangat besar. Semua orang terguncang oleh kehilangan orang yang mereka cintai. Saya kehilangan 23 anggota keluarga saya dalam serangan Israel," kata Hijazi.
"Saya malu menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri kepada saudara atau teman saya."
Suriah
Idulfitri 1446 Hijriah merupakan kali pertama Suriah berlebaran tanpa wewenang eks Presiden Bashar Al Assad. Suriah kali ini merayakan lebaran dengan pemerintahan baru di bawah pemerintahan Ahmad al-Sharaa, pemimpin pemberontak yang kini menjadi presiden.
"Ini adalah pertama kalinya kami benar-benar merasakan kegembiraan Idulfitri, setelah menyingkirkan rezim tirani Assad," kata Fatima Othman kepada AFP yang dikutip Euronews.
Setelah salat, para jamaah saling mengucapkan selamat Idulfitri. Pedagang kaki lima menjual balon warna-warni dan mainan kepada anak-anak yang berpose untuk difoto bersama orang tua mereka.
"Perayaan kami berlipat ganda setelah Assad jatuh," kata Ghassan Youssef, seorang warga ibu kota.
Takbeerat al-Eid in #Syria
— DOAM (@doamuslims) March 31, 2025
First Eid without the Assad regime. #EidAlFitr pic.twitter.com/uhtH3PyIek
Ahmad al-Sharaa pun menghadiri upacara salat Idulfitri pertama di Istana Rakyat, Damaskus, dengan khotbah yang berfokus pada era baru bagi Suriah.
Sharaa didampingi oleh Menteri Luar Negeri Asaad al-Shaibani, Kepala Dewan Fatwa Sheikh Osama al-Rifai, komandan militer dari Kementerian Pertahanan, dan perwakilan pemerintah lainnya.
Berbicara di hadapan jamaah, Sheikh Mohammed Abu al-Khair Shukri, menteri baru bidang wakaf keagamaan, mendesak warga Suriah untuk melanjutkan upaya mereka membangun kembali negara tersebut.
“Kami berada dalam tahap pembangunan setelah rezim sebelumnya menghancurkannya. Setiap orang di Suriah diundang untuk berpartisipasi dalam pembangunan ini," kata Shukri. (Aljazeera/Euronews/Anadolu)














