Di Tengah Upaya Perdamaian, Rusia Gempur Ukraina dengan 117 Drone

Presiden Ukrainia, Volodymyr Zelenskyy, berdiri di samping Kamikaze, drone Rusia, yang dijatuhkan militer Ukraina pada 27 Oktober 2022. Foto: Anadolu
FAKTA.COM, Jakarta - Pasukan Rusia melancarkan serangan dengan 117 drone (pesawat nirawak) ke berbagai wilayah Ukraina, Selasa (25/3/2025) malam. Serangan itu menyebabkan kerusakan signifikan terhadap infrastruktur sipil
"Semalam, ada 117 bukti lain di atas langit kami. Rusia terus memperpanjang perang ini, 117 drone menyerang, sebagian besar adalah Shahed," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dalam sebuah pernyataan pada Rabu (26/3/2025).
Shaded adalah drone buatan Iran. Zelenskyy mengklaim angkatan udara Ukraina sempat berhasil mencegat sejumlah besar drone itu.
Dia menambahkan bahwa serangan Rusia itu menghantam wilayah Dnipro, Sumy, Cherkasy, Donetsk, Kharkiv, dan Zaporizhzhia.
Di Kryvyi Rih, serangan drone merusak infrastruktur milik bisnis dan warga sipil. Di Okhtyrka, wilayah Sumy, sejumlah rumah dan pertokoan dilaporkan terkena serangan.
Zelenskyy mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap Rusia.
"Harus ada tekanan yang jelas dan tindakan tegas dari dunia terhadap Rusia, lebih banyak tekanan, lebih banyak sanksi dari Amerika Serikat untuk menghentikan serangan Rusia," kata dia.
Merujuk pada usulan gencatan senjata yang didukung AS pada 11 Maret, Zelenskyy mengatakan serangan tersebut menunjukkan bahwa Rusia tidak berniat mencari perdamaian.
"Hampir setiap malam, lewat serangan-serangannya, Rusia terus mengatakan 'tidak' terhadap usulan perdamaian dari mitra-mitra kami," katanya.
Sebelumnya, kedua negara telah bersepakat dengan Amerika Serikat untuk memastikan keamanan pelayaran di Laut Hitam. Kesepakatan dicapai setelah delegasi dari kedua negara menggelar pertemuan maraton di Riyadh, Arab Saudi, Senin (24/3/2025).
Dalam kesempatan itu, AS juga menjanjikan bantuan berbeda untuk masing-masing negara pecahan Uni Soviet itu. Namun, AS menekankan keduanya untuk mengawali gencatan senjata dengan mengembangkan langkah-langkah konkret yang melarang penyerangan terhadap fasilitas energi, baik di Rusia maupun Ukraina.
"(Kedua negara) memastikan navigasi yang aman, menghilangkan penggunaan kekuatan, dan mencegah penggunaan kapal komersial untuk tujuan militer di Laut Hitam," kata pernyataan Gedung Putih, Selasa. (Anadolu/ANT)














