China Marah Kena Ancaman AS Gara-gara Beli Minyak Venezuela

Presiden Tiongkok Xi Jinping (kanan) menerima Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Beijing, China, 13 September 2023. (Xinhua/Liu Bin)
FAKTA.COM, Jakarta - Pemerintah China meminta agar Amerika Serikat mencabut perintah pemberlakukan tarif terhadap negara pengimpor minyak dari Venezuela. Menurut Beijing, pemberlakuan tarif terhadap pengimpor sudah masuk campur tangan urusan dalam negeri Venezuela.
"Kami mendesak AS untuk menghentikan campur tangannya dalam urusan dalam negeri Venezuela, mencabut sanksi sepihak yang ilegal terhadap Venezuela dan mengambil langkah-langkah yang berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di Venezuela dan sekitarnya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (25/3).
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Senin (24/3), meneken perintah eksekutif yang memberlakukan tarif terhadap negara-negara pengimpor minyak Venezuela.
Menurut perintah tersebut, mulai 2 April 2025, tarif sebesar 25 persen dapat dikenakan pada semua barang yang diekspor ke AS dari negara mana pun yang membeli minyak dari Venezuela, baik secara langsung maupun melalui pihak ketiga.
Venezuela sendiri diketahui merupakan penyuplai minyak utama China. China diketahui menerima sedikitnya 503.000 barel per hari (bpd) minyak mentah dan bahan bakar dari Venezuela. Jumlah itu sekitar 55 persen dari total ekspor minyak Venezuela.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan bahwa AS siap jika harus berperang dengan China. Pernyataan ini merespons tantangan China yang sebelumnya menyatakan siap meladeni perang apapun dengan AS. #AS #China pic.twitter.com/CfcAbu15ea
— Faktacom (@Faktacom_) March 8, 2025
Sebagian besar dari minyak yang diimpor China itu kemudian diproses dan diolah menjadi minyak yang lebih berat dan lebih murah dibanding minyak dari Iran dan Rusia.
"AS telah lama menyalahgunakan sanksi sepihak yang ilegal dan secara kasar mencampuri urusan dalam negeri negara lain. China dengan tegas menentang tindakan tersebut," tambah Guo Jiakun.
Akibat perintah Trump itu, perdagangan minyak Venezuela dengan China terhenti pada Selasa (25/3). Penjual dan distributor minyak asal China saat ini menunggu untuk melihat bagaimana perintah tersebut akan dilaksanakan dan menunggu arahan pemerintah Xi Jinping.
"Perang dagang dan perang tarif tidak memiliki pemenang. Menerapkan tarif tambahan hanya akan menimbulkan kerugian yang lebih besar pada bisnis dan konsumen Amerika," ungkap Guo Jiakun.
Trump memberlakukan tarif pada mitra Venezuela dengan dalih untuk menghentikan tindakan dan kebijakan Nicolas Maduro yang Trump anggap mengancam keamanan nasional serta kebijakan luar negeri AS. Trump sebelumnya mengatakan bahwa Venezuela secara diam-diam mengirim puluhan ribu anggota geng ke AS.
"Rezim Nicolas Maduro di Venezuela terus menimbulkan ancaman yang tidak biasa," kata Trump.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menoleransi negara mana pun yang membeli produk terkait minyak dari Venezuela.
"Ini adalah rezim yang secara konsisten mencurangi pemilu, menjarah rakyatnya, dan bersekongkol dengan musuh-musuh kami. Setiap negara yang mengizinkan perusahaannya untuk memproduksi, mengekstraksi, atau mengekspor minyak dari Venezuela akan dikenakan tarif baru, dan perusahaan terkait akan menghadapi sanksi," ujarnya di platform X. (ANT)
Perdana Menteri China, Li Qiang, membuka pintu selebar-lebarnya bagi anggota parlemen dan warga AS untuk mengunjungi Tiongkok, guna mendorong pemahaman yang lebih objektif dan membangun hubungan bilateral yang harmonis. Dalam pertemuan dengan Senator AS Steve Daines, Li mengakui… pic.twitter.com/7qxu9E3EEF
— Faktacom (@Faktacom_) March 25, 2025