Israel Mulai Serang Jalur Gaza Lewat Operasi Darat

Tank baja Israel dikerahkan ke Gaza, Palestina. Foto: X.com/@IDF
FAKTA.COM, Jakarta - Tentara Israel melancarkan serangan darat di Jalur Gaza utara dan selatan, sejak Kamis (20/3/2025). Israel mengklaim operasi darat dimulai untuk memperluas zona penyangga di Gaza tengah.
Para tantara Israel pun mulai melarang warga Palestina bepergian melalui Jalan Salah al-Din, rute yang ditetapkan untuk jalur aman antara Gaza utara dan selatan.
"Tentara telah memperluas kegiatan militer di Jalur Gaza selatan, sambil melanjutkan operasi di bagian utara dan tengah Jalur tersebut," tambah pernyataan militer Israel.
Israel juga mengklaim pasukannya menyerang infrastruktur Hamas di Beit Lahia sebelum dimulainya serangan darat.
"Dalam beberapa jam terakhir, pasukan kami telah memulai operasi darat di lingkungan Shaboura di Rafah, menghancurkan beberapa target infrastruktur," bunyi pernyataan tanpa menjelaskan tujuan serangan darat di Rafah.
Operasi darat diluncurkan setelah Israel kembali menyerang berbagai wilayah di Jalur Gaza, Selasa (18/3/2025) dini hari. Serangan terjadi di Kota Gaza, Khan Younis, hingga Rafah. Lebih dari 700 warga Palestina tewas dan lebih dari 900 lainnya cedera akibat serangan udara itu.
⭕️ IDF troops began targeted ground activities in central and southern Gaza, over the past day, in order to expand the security zone and to create a partial buffer between northern and southern Gaza. As part of the ground activities, the troops expanded their control further to… pic.twitter.com/TI4068LAJd
— Israel Defense Forces (@IDF) March 19, 2025
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya mengatakan telah menginstruksikan militer untuk mengambil tindakan keras terhadap Hamas di Gaza. Netanyahu menuduh Hamas karena menolak membebaskan tawanan dan tidak menyetujui gencatan senjata usulan AS dan Israel.
"Israel, mulai sekarang, akan bertindak terhadap Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer," kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Aljazeera.
Israel pun dilaporkan berkonsultasi terlebih dulu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebelum meluncurkan serangan terbaru mereka di Gaza itu. Adanya konsultasi itu diamini Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.
"Seperti yang telah dijelaskan oleh Presiden Trump; Hamas, Houthi, Iran – semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel tetapi AS – akan melihat harga yang harus dibayar, dan semua kekacauan akan terjadi," kata Leavitt kepada Fox News.
Menurut Leavitt, AS akan terus menekan Houthi, Hizbullah, Hamas, dan proksi teror yang didukung Iran untuk menanggapi permintaan Trump dengan sangat serius.
Bukan cuma Israel, pihak AS juga menyalahkan sikap Hamas terhadap usulan gencatan senjata yang melanjutkan tahap pertama dan pembebasan lebih banyak warga Israel yang disandera.
"Hamas bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi malah memilih penolakan dan perang," kata Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, kepada Axios, Senin (17/3). (IDF/The Times of Israel/Anadolu/Aljazeera/ANT)














