Jalur Gaza Masuki Fase Kelaparan usai Israel Blokade Bantuan
Warga mengambil air di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Selasa (4/6/2024). (ANTARA FOTO/Xinhua/Rizek Abdeljawad/rwa)
FAKTA.COM, Jakarta - Jalur Gaza secara resmi memasuki fase pertama kelaparan di tengah pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. Semua pasar di Gaza telah kehabisan pasokan makanan pokok yang membuat warga Palestina kehilangan kebutuhan hidup yang paling mendasar.
"Gaza secara resmi memasuki tahap pertama kelaparan dengan hampir dua juta orang benar-benar kehilangan ketahanan pangan," kata Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail Thawabteh, dalam pernyataan pada Rabu (19/3/2025).
Puluhan toko roti telah berhenti beroperasi karena larangan impor bahan bakar yang menyebabkan penurunan besar jumlah roti yang tersedia bagi warga Palestina di Gaza.
"Warga Palestina sedang menghadapi bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat penutupan perbatasan oleh Israel dan penghalangan masuknya bantuan kemanusiaan," tambahnya.
Thawabteh mengatakan puluhan sumur air juga telah berhenti berfungsi, sehingga memperburuk krisis air di wilayah tersebut. "Kehidupan di Gaza terancam hancur total dalam beberapa hari ke depan jika agresi Israel tidak dihentikan dan perbatasan tidak segera dibuka," ia memperingatkan.
Jumat pekan lalu, Program Pangan Dunia (WFP) mengaku tidak dapat mengangkut pasokan makanan ke Gaza sejak 2 Maret karena Israel menutup semua titik perbatasan untuk pasokan kemanusiaan dan komersial.
Warga Palestina menghadapi krisis selama Ramadan akibat kebijakan Israel, termasuk pembatasan akses ke Masjid Al-Aqsa, penutupan Masjid Ibrahimi, serangan pemukim ilegal, serta pemblokiran bantuan dan listrik ke Gaza.#Palestina #Ramadan pic.twitter.com/wGFqM25fC1
— Faktacom (@Faktacom_) March 11, 2025
Israel memblokir masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, beralasan pemblokiran dilakukan untuk menuntut Hamas menyetujui rencana perpanjangan gencatan senjata sementara pada perayaan Ramadan dan Passover (Paskah) umat Yahudi.
Menurut Netanyahu dalam konferensi pers pasca rapat kabinet, awal Maret, Hamas dilaporkan menolak usulan Witkoff. Karenanya, Netanyahu untuk sementra memblokir semua bantuan ke Gaza.
"Setelah tahap pertama selesai, dan mengingat penolakan Hamas terhadap kerangka kerja Witkoff, kami memutuskan -pada diskusi tadi malam– bahwa mulai pagi ini, masuknya barang dan pasokan ke Gaza akan dicegah," kata Netanyahu dikutip dari akun twitter Kantor PM Israel, Minggu (2/3/2025).
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa Hamas bertanggung jawab atas perang sejak 7 Oktober 2023 karena menyerang, membunuh, dan menculik warga Israel. Netanyahu menyatakan serangan Israel ke Gaza pada 18 Maret terjadi karena Hamas menolak tawaran gencatan… pic.twitter.com/pjxXc68Hba
— Faktacom (@Faktacom_) March 19, 2025
Netanyahu juga menuduh Hamas mengendalikan semua pasokan dan barang bantuan yang dikirim ke Jalur Gaza. Netanyahu juga menuduh Hamas menyiksa penduduk Gaza yang mencoba menerima bantuan.
"Hamas menembaki mereka (penduduk Gaza), Hamas mengubah bantuan kemanusiaan menjadi anggaran untuk terorisme yang ditujukan kepada kami," kata Netanyahu.
Dalam tahap pertama gencatan senjata yang dimediasi Mesir dan Qatar, Netanyahu mengklaim Israel tidak melanggar kesepakatan. Sebaliknya, ia menuduh Hamas telah berulang kali melanggar perjanjian pada tahap pertama.
Selain memblokade bantuan kemanusiaan, Israel juga memutus jaringan listrik ke Gaza sejak Minggu (9/3/2025). Menteri Energi Israel, Eli Cohen, sengaja memutus pasokan listrik untuk menekan Hamas agar membebaskan warga Israel yang masih disandera.
Menurut perusahaan listrik Israel, saat ini sudah tidak ada lagi aliran listrik yang diterima di Jalur Gaza. Pasokan listrik sempat dipulihkan sebentar untuk operasional sistem pembuangan limbah di Gaza, namun diputus lagi.
Pesawat tempur Israel kembali menggempur Gaza pada Senin (17/3/2025) malam, menghantam Kota Gaza, Khan Younis, dan Rafah, menewaskan hampir 100 warga Palestina. PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim serangan ini sebagai respons terhadap penolakan Hamas membebaskan tawanan dan… pic.twitter.com/mhGeefw8RS
— Faktacom (@Faktacom_) March 18, 2025
Di tengah penderitaan itu, Israel lantas menyerang lagi Gaza dengan bom mematikan, Selasa (18/3/2025). Setidaknya 436 orang tewas dan lebih dari 670 lainnya terluka dalam serangan udara baru itu.
Sejak Oktober 2023, hampir 50.000 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 112.000 lainnya terluka dalam serangan militer brutal Israel di Gaza.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah kantong tersebut. (Anadolu/Sputnik/OANA/BBC/ANT)














