Indonesia Kutuk Serangan Baru ke Gaza: Ini Provokasi Israel!

Sejumlah warga mengikuti aksi akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Minggu (5/11/2023). ANTARA FOTO/Rifqi Raihan Firdaus
FAKTA.COM, Jakarta - Indonesia mengutuk serangan terbaru Israel ke Jalur Gaza yang menewaskan ratusan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, Selasa dini hari waktu setempat. Terlebih, serangan besar-besaran pasca gencatan senjata itu terjadi di bulan suci Ramadan.
“Serangan ini menambah rangkaian provokasi Israel yang mengancam gencatan senjata dan mengganggu prospek negosiasi perdamaian menuju solusi dua negara,” demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI yang disiarkan di media sosial X, Selasa (18/2/2025).
Indonesia mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan serangan Israel di wilayah kantong Palestina itu.
Semua pihak didesak untuk kembali mematuhi dan memulihkan kesepakatan gencatan senjata demi mencegah jatuhnya lebih banyak korban sipil di Jalur Gaza, menurut pernyataan Kemlu RI.
Indonesia juga menegaskan kembali posisinya yang konsisten bahwa penghentian pendudukan ilegal Israel atas tanah Palestina adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian yang adil dan abadi di kawasan.
Serangan ini menambah rangkaian provokasi Israel yang mengancam gencatan senjata dan mengganggu prospek negosiasi perdamaian menuju Solusi Dua Negara.
— MoFA Indonesia (@Kemlu_RI) March 18, 2025
Pesawat tempur Israel kembali menyerang Gaza dengan bom, Senin (17/3/2025) malam hingga Selasa saat waktu sahur di Palestina. Serangan terjadi di Kota Gaza, Khan Younis, hingga Rafah.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita Palestina WAFA, jumlah korban tewas akibat serangan udara tentara Zionis Israel tersebut telah mencapai 404 orang, termasuk di antaranya wanita dan anak-anak, hingga Selasa siang waktu setempat.
Serangan Israel juga melukai 562 warga sipil Palestina serta mengancam nyawa korban-korban yang masih terjebak di reruntuhan gedung yang ambruk.
Pesawat tempur Israel kembali menggempur Gaza pada Senin (17/3/2025) malam, menghantam Kota Gaza, Khan Younis, dan Rafah, menewaskan hampir 100 warga Palestina. PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim serangan ini sebagai respons terhadap penolakan Hamas membebaskan tawanan dan… pic.twitter.com/mhGeefw8RS
— Faktacom (@Faktacom_) March 18, 2025
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya mengatakan telah menginstruksikan militer untuk mengambil tindakan keras terhadap Hamas di Gaza. Netanyahu menuduh Hamas karena menolak membebaskan tawanan dan tidak menyetujui gencatan senjata usulan AS dan Israel.
"Israel, mulai sekarang, akan bertindak terhadap Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer," kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Aljazeera.
Israel pun dilaporkan berkonsultasi terlebih dulu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebelum meluncurkan serangan terbaru mereka di Gaza itu. Adanya konsultasi itu diamini Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.
"Seperti yang telah dijelaskan oleh Presiden Trump; Hamas, Houthi, Iran – semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel tetapi AS – akan melihat harga yang harus dibayar, dan semua kekacauan akan terjadi," kata Leavitt kepada Fox News.
Menurut Leavitt, AS akan terus menekan Houthi, Hizbullah, Hamas, dan proksi teror yang didukung Iran untuk menanggapi permintaan Trump dengan sangat serius.
Bukan cuma Israel, pihak AS juga menyalahkan sikap Hamas terhadap usulan gencatan senjata yang melanjutkan tahap pertama dan pembebasan lebih banyak warga Israel yang disandera.
"Hamas bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi malah memilih penolakan dan perang," kata Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, kepada Axios, Senin (17/3).
Eskalasi ini terjadi di tengah kekhawatiran pemburukan krisis kemanusiaan di wilayah kantong Palestina padat penduduk tersebut yang diperparah dengan blokade Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan penting, ke Gaza.
Warga Palestina menghadapi krisis selama Ramadan akibat kebijakan Israel, termasuk pembatasan akses ke Masjid Al-Aqsa, penutupan Masjid Ibrahimi, serangan pemukim ilegal, serta pemblokiran bantuan dan listrik ke Gaza.#Palestina #Ramadan pic.twitter.com/wGFqM25fC1
— Faktacom (@Faktacom_) March 11, 2025
Merespons serangan tersebut, petinggi biro politik Hamas, Izzat Al-Risheq, menyatakan bahwa pengeboman Israel semakin mengancam nyawa sandera-sandera Israel yang masih berada di Jalur Gaza.
“Keputusan Netanyahu memulai lagi peperangan adalah keputusan untuk menumbalkan tahanan penjajah (Israel) dan memvonis mereka dengan hukuman mati,” kata Al-Risheq.
Mouin Rabbani, seorang peneliti nonresiden di Middle East Council on Global Affairs, mengatakan bahwa serangan Israel kali ini belum jelas dimaksudkan sebagai serangan tunggal atau awal dari kampanye perang terhadap Hamas yang lebih besar.
Rabbani menambahkan bahwa Israel telah menolak untuk melaksanakan komitmennya berdasarkan perjanjian gencatan senjata dengan Hamas sejak Januari.
“Dari sudut pandang Israel, negosiasi pada tahap kedua yang mengarah pada gencatan senjata langgeng dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza adalah sesuatu yang berulang kali dikatakan pemerintah Israel tidak akan dilakukan," kata Rabbani kepada Aljazeera. (Aljazeera/Reuters/Axios/Fox News/ANT)














