AS Akui Israel Konsultasi sebelum Bombardir Lagi Gaza

PM Israel, Benjamin Netanyahu, diterima Presiden AS, Donald Trump, di Gedung Putih, 5 Februari 2025. Foto: X.com/@IsraeliPM
FAKTA.COM, Jakarta - Amerika Serikat mengakui jika Israel berkonsultasi terlebih dahulu dengan Washington sebelum serangan udara terbarunya di Jalur Gaza, Selasa (18/3/2025) dinihari. Pengakuan itu diungkapkan Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, kepada Fox News, Senin waktu AS.
“Pemerintah Trump dan Gedung Putih telah dikonsultasikan oleh pihak Israel mengenai serangan mereka di Gaza malam ini," kata Leavitt.
Menurut Leavitt, AS akan terus menekan Houthi, Hizbullah, Hamas, dan proksi teror yang didukung Iran untuk menanggapi permintaan Trump dengan sangat serius.
"Seperti yang telah dijelaskan oleh Presiden (Donald) Trump: Hamas, Houthi, Iran, dan semua pihak yang berusaha meneror tidak hanya Israel, tetapi juga Amerika Serikat, akan menghadapi konsekuensi,” kata Leavitt.
“Segala sesuatu akan menjadi sangat kacau," tambahnya.
Bukan cuma Israel, pihak AS juga menyalahkan sikap Hamas terhadap usulan gencatan senjata yang melanjutkan tahap pertama dan pembebasan lebih banyak warga Israel yang disandera.
"Hamas bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi malah memilih penolakan dan perang," kata Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, kepada Axios, Senin (17/3).
Pesawat tempur Israel kembali menggempur Gaza pada Senin (17/3/2025) malam, menghantam Kota Gaza, Khan Younis, dan Rafah, menewaskan hampir 100 warga Palestina. PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim serangan ini sebagai respons terhadap penolakan Hamas membebaskan tawanan dan… pic.twitter.com/mhGeefw8RS
— Faktacom (@Faktacom_) March 18, 2025
Pernyataan tersebut muncul setelah militer Israel mengatakan bahwa mereka telah melancarkan serangan udara di Gaza. Ini merupakan serangan terbesar sejak gencatan senjata dengan kelompok Palestina Hamas berlaku pada 19 Januari.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya mengatakan telah menginstruksikan militer untuk mengambil tindakan keras terhadap Hamas di Gaza. Netanyahu menuduh Hamas karena menolak membebaskan tawanan dan tidak menyetujui gencatan senjata usulan AS dan Israel.
"Israel, mulai sekarang, akan bertindak terhadap Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer," kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Aljazeera.
Serangan terjadi di Kota Gaza, Khan Younis, hingga Rafah. Mengutip sumber di Kementerian Kesehatan Gaza, Aljazeera melaporkan hampir 100 warga Palestina wafat akibat serangan tersebut.
Namun, saat berita ini diunggah, Aljazeera, Reuters, hingga Axios menyebutkan bahwa jumlah kematian sudah mencapai 200 orang, menurut sejumlah sumber di Gaza. (Aljazeera/Reuters/Axios/Fox News)














