Israel Serang Gaza, Tewaskan 200 Orang, Gencatan Senjata Selesai?

Pesawat tempur Israel kembali menyerang Gaza dengan bom, Senin (17/3/2025) malam hingga Selasa saat waktu sahur di Palestina. Foto: Palestine Now
FAKTA.COM, Jakarta - Pesawat tempur Israel kembali menyerang Gaza dengan bom, Senin (17/3/2025) malam hingga Selasa saat waktu sahur di Palestina. Serangan terjadi di Kota Gaza, Khan Younis, hingga Rafah.
Mengutip sumber di Kementerian Kesehatan Gaza, Aljazeera melaporkan hampir 100 warga Palestina wafat akibat serangan tersebut. Namun, saat berita ini diunggah, Aljazeera, Reuters, hingga Axios menyebutkan bahwa jumlah kematian sudah mencapai 200 orang, menurut sejumlah sumber di Gaza.
Serangan udara makin brutal Selasa sekitar pukul 2 pagi waktu setempat. Pasukan Pertahanan Israel dan Badan Keamanan Dalam Negeri Israel (Shin Bet) mengatakan mereka menyerang sejumlah target Hamas di Jalur Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya mengatakan telah menginstruksikan militer untuk mengambil tindakan keras terhadap Hamas di Gaza. Netanyahu menuduh Hamas karena menolak membebaskan tawanan dan tidak menyetujui gencatan senjata usulan AS dan Israel.
"Israel, mulai sekarang, akan bertindak terhadap Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer," kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Aljazeera.
Israel pun dilaporkan berkonsultasi terlebih dulu dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebelum meluncurkan serangan terbaru mereka di Gaza itu. Adanya konsultasi itu diamini Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.
"Seperti yang telah dijelaskan oleh Presiden Trump; Hamas, Houthi, Iran – semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel tetapi AS – akan melihat harga yang harus dibayar, dan semua kekacauan akan terjadi," kata Leavitt kepada Fox News.
@faktacom Pesawat tempur Israel kembali menggempur Gaza pada Senin (17/3/2025) malam, menghantam Kota Gaza, Khan Younis, dan Rafah, menewaskan hampir 100 warga Palestina. PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim serangan ini sebagai respons terhadap penolakan Hamas membebaskan tawanan dan menolak usulan gencatan senjata AS. Gedung Putih menyatakan bahwa Israel telah berkonsultasi dengan AS sebelum melancarkan serangan. Sementara itu, Hamas menilai Israel telah secara sepihak mengakhiri gencatan senjata yang sebelumnya berlaku di Gaza. #GazaUnderAttack #IsraelPalestine ♬ original sound - Faktacom
Menurut Leavitt, AS akan terus menekan Houthi, Hizbullah, Hamas, dan proksi teror yang didukung Iran untuk menanggapi permintaan Trump dengan sangat serius.
Bukan cuma Israel, pihak AS juga menyalahkan sikap Hamas terhadap usulan gencatan senjata yang melanjutkan tahap pertama dan pembebasan lebih banyak warga Israel yang disandera.
"Hamas bisa saja membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi malah memilih penolakan dan perang," kata Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, kepada Axios, Senin (17/3).
Hingga kini, belum ada keterangan dari pihak Hamas terkait serangan baru Israel pasca gencatan senjata tahap pertama yang dimulai 19 Januari itu. Namun, Hamas menuduh PM Israel dalam beberapa minggu terakhir mengisyaratkan tidak tertarik untuk mengakhiri pertempuran di Gaza.
Mouin Rabbani, seorang peneliti nonresiden di Middle East Council on Global Affairs, mengatakan bahwa serangan Israel kali ini belum jelas dimaksudkan sebagai serangan tunggal atau awal dari kampanye perang terhadap Hamas yang lebih besar.
Rabbani menambahkan bahwa Israel telah menolak untuk melaksanakan komitmennya berdasarkan perjanjian gencatan senjata dengan Hamas sejak Januari.
“Dari sudut pandang Israel, negosiasi pada tahap kedua yang mengarah pada gencatan senjata langgeng dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza adalah sesuatu yang berulang kali dikatakan pemerintah Israel tidak akan dilakukan," kata Rabbani kepada Aljazeera. (Aljazeera/Reuters/Axios/Fox News)














