Hubungan AS dan Iran Makin Panas usai Serangan ke Yaman

Presiden AS, Donald Trump, dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
FAKTA.COM, Jakarta - Hubungan Amerika Serikat dan Iran makin memanas setelah Donald Trump menginstruksikan serangan terhadap Yaman sejak Sabtu (15/3/2025). Presiden AS, Donald Trump, menuduh Iran telah mendanai kelompok Houthi yang kini mengendalikan pemerintahan Yaman.
Trump meminta Iran segera mengakhiri pendanaan dan dukungan terhadap Houthi. Presiden AS juga meminta agar Iran dan Houthi tidak lagi mengancam rakyat AS hingga jalur pelayaran.
"Jika Anda melakukannya, waspadalah, karena Amerika akan meminta pertanggungjawaban penuh kepada Anda dan kami tidak akan bersikap baik tentang hal itu," kata Donald Trump dalam akun Truth Social miliknya, Minggu (16/3/2025).
Trump mengaku memerintahkan militer AS ke Yaman karena Houthi telah melancarkan kampanye pembajakan, kekerasan, dan terorisme terhadap kapal-kapal perdagangan dunia dan alutsista AS di Teluk Aden dan Laut Merah.
"Serangan Houthi terhadap kapal-kapal Amerika tidak akan ditoleransi. Kami akan menggunakan kekuatan mematikan yang sangat besar hingga kami mencapai tujuan kami," kata Trump.
Ia pun meminta agar Houthi segera menghentikan aksinya di Teluk Aden dan Laut Merah. "Jika tidak, neraka akan menghujani anda, yang belum pernah anda lihat sebelumnya," ujar Trump.
Menanggapi pernyataan Trump, Iran menolak untuk mematuhi permintaan AS. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, dalam akun X miliknya, di hari yang sama.
"Pemerintah Amerika Serikat tidak memiliki wewenang, atau urusan, yang mendikte kebijakan luar negeri Iran. Era itu berakhir pada tahun 1979," kata Aragachi.
The United States Government has no authority, or business, dictating Iranian foreign policy.
— Seyed Abbas Araghchi (@araghchi) March 16, 2025
That era ended in 1979.
Biden was last year bamboozled into HANDING OVER UNPRECEDENTED 23 BILLION DOLLARS TO A GENOCIDAL REGIME. More than 60,000 Palestinians killed and the world…
Menlu Iran justru meminta AS untuk menyetop memberi bantuan terhadap Israel. Menurut Aragachi, tahun lalu, Biden memberi bantuan 23 miliar dolar AS terhadap Israel yang ia sebut rezim genosida.
"Lebih dari 60.000 warga Palestina terbunuh dan dunia menuntut pertanggungjawaban penuh Amerika. Akhiri dukungan terhadap genosida dan terorisme Israel. Hentikan pembunuhan terhadap warga Yaman," kata Aragachi.
Tegang soal Senjata Nuklir
Sebelumnya, AS dan Iran juga bersitegang soal senjata nuklir. Donald Trump mengklaim sempat mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, untuk mengajak diskusi soal senjata nuklir. Trump mengaku meminta Iran untuk melucuti senjata nuklirnya.
Ia mengaku tengah menegosiasikan perjanjian baru dengan Teheran dengan membuat opsi lain yang kemungkinan merujuk pada tindakan militer.
"Kami hampir mencapai tahap akhir dengan Iran. Ini akan menjadi momen yang menarik, dan kita lihat saja nanti apa yang terjadi. Tapi kita sudah di saat-saat terakhir. Saat-saat terakhir. Kami tidak bisa membiarkan mereka memiliki senjata nuklir," ujar Trump di Ruang Oval, Gedung Putih, Washington, Jumat (7/3/2025).
@fakta_pangea Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menolak ajakan Presiden AS Donald Trump untuk membahas program senjata nuklir, menilai itu hanya tipu daya politik. Khamenei menegaskan tidak akan tunduk pada tekanan AS dan tidak takut dengan ancaman sanksi tambahan. Trump sendiri berencana menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran untuk memaksakan negosiasi ulang terkait nuklir. #AS #DonaldTrump ♬ original sound - Fakta Pangea
Khamenei menolak ajakan Donald Trump itu. Menurut Khamenei, ajakan diskusi dari Trump cuma tipuan untuk membentuk opini publik. Hal itu disampaikan Khamenei setelah mendapatkan surat dari Donald Trump terkait pembicaraan senjata nuklir, Rabu (13/3/2025).
Khamenei pun tidak takut dengan ancaman AS yang tidak akan mencabut sanksinya terhadap Iran. Menurutnya, meski ada dialog, sanksi terhadap Iran tidak akan dicabut AS.
“Kami berunding selama bertahun-tahun, mencapai kesepakatan yang ditandatangani, lalu (Trump) membatalkannya, ini karena kami tahu sanksi tidak akan batal,” ucap Khamanei.
Khamenei menambahkan, negosiasi dengan AS hanya untuk memuaskan tuntutan berlebih Trump. Karenanya, Ia tidak akan mempercayai AS dan tidak akan menuruti kemauan Trump agar Iran menghentikan program senjata nuklir.
“Pun, jika kami ingin membangun senjata nukir, AS tidak mampu menghentikannya," kata Khamenei.
@faktacom China, Rusia, dan Iran menggelar pertemuan di Beijing membahas isu nuklir, setelah Iran menolak ajakan AS untuk bernegosiasi. Kemurnian uranium Iran kini mencapai 60%, mendekati standar senjata nuklir, sehingga memicu desakan internasional terhadap DK PBB untuk menindaklanjuti. #IsuNuklir #Iran ♬ original sound - Faktacom
Ketegangan AS an Iran soal nuklir membuat China mengajak Rusia dan Iran untuk berbicara mengenai hal itu di Beijing, Jumat (14/3). Pembicara utama dalam pertemuan itu yakni Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Ryabkov Sergey Alexeevich dan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Kazem Gharibabadi.
Pada kesempatan itu, China menyebut negara-negara lain harus menghargai komitmen Iran untuk tidak mengembangkan senjata nuklir dan menghormati hak Iran untuk menggunakan energi nuklir secara damai.
"Kita harus secara aktif berupaya memperluas konsensus dan berusaha menemukan solusi yang rasional melalui konsultasi yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak," kata Menlu China, Wang Yi. (Truth Social/X/Anadolu/TASS/ANT)