Ekonomi Melemah, Tiongkok Ajak Investasi Asing Lebih Banyak

Perekonomian Tiongkok melemah, disebut karena kebijakan Amerika. Ilustrasi dibuat mesin ChatGPT
FAKTA.COM, JAKARTA - Tiongkok, yang memiliki kekuatan perekonomian terbesar di dunia, harus menghadapi tantangan berat akan adanya pelemahan ekonomi yang kian memburuk. dengan adanya kejadian tersebut Tiongkok memulai membuka luas investasi asing.
Menurut paket kebijakan yang diluncurkan pada Rabu, perusahaan asing diberi kesempatan untuk berinvestasi di berbagai sektor, termasuk telekomunikasi, perawatan kesehatan, dan pendidikan, yang jarang dibuka.
Selama ini, pemerintah China tidak mengizinkan investasi asing masuk sektor-sektor tersebut. Bahkan, Tiongkok juga telah melarang investasi asing dalam penerbitan buku, produksi berita, dan pembuatan film.
"Kebijakan yang relevan akan dilaksanakan dan efektif sebelum akhir tahun ini," kata Wakil Menteri Perdagangan China, Ling Ji, pada konferensi pers di Beijing, Kamis (20/2/2025).
Selain sektor-sektor tadi, pemerintahan Xi Jinping juga akan mengarahkan investasi asing untuk industri manufaktur Tiongkok, terutama di sejumlah provinsi yang berada di China tengah, barat, dan timur laut.
China pun mendorong lembaga keuangan domestik untuk menawarkan lebih banyak layanan pembiayaan kepada perusahaan asing.
Selain itu, otoritas China juga berjanji akan membantu memfasilitasi manajemen valuta asing dan arus pekerja dan data lintas batas, sambil mendorong mereka untuk terus mengembangkan investasi di perusahaan Tiongkok yang terdaftar.
Untuk diketahui, perusahaan asing berkontribusi menyerap hampir 7 persen lapangan kerja di Tiongkok. Perusahaan asing juga menyumbang setidaknya 14 persen pendapatan pajak.
Menurut data Lembaga Administrasi Negara Valuta Asing, Tiongkok mencatat arus masuk bersih investasi asing sebesar US$4,5 miliar pada 2024, turun 89 persen dari 2023.
Penurunan masih berlanjut setidaknya pada Januari 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu. Data Kementerian Perdagangan China menunjukkan, investasi asing Tiongkok pada Januari sekitar 97,59 miliar yuan (US$13,4 miliar), turun sebesar 13,4 persen year-on-year (yoy).
Ling mengaitkan penurunan tersebut bukan hanya terjadi pada China, melainkan secara global. Hal itu diakibatkan meningkatnya ketegangan geopolitik dan transformasi industri Tiongkok.
“Pasar (Tiongkok) yang sangat besar, sistem rantai pasokan dan industri yang lengkap dan efisien, serta lingkungan inovasi yang terus dioptimalkan telah menyediakan kondisi pengembangan dan landasan yang baik bagi perusahaan multinasional untuk berinvestasi di Tiongkok, dan masih ada landasan yang kokoh untuk menstabilkan investasi asing,” katanya.
Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok menyambut baik ajakan tersebut. Terlebih, paket kebijakan investasi diperluas dan semakin dikendurkannya pembatasan-pembatasan terhadap akses produksi.
"Kami mengikuti pengumuman tingkat tinggi ini dengan saksama," kata Jens Eskelund, presiden kamar dagang tersebut.
Hal yang menarik lainnya bagi Eropa ialah adanya keleluasaan perusahaan asing juga untuk mendirikan anak perusahaan yang berorientasi pada investasi, meskipun harus tetap di Tiongkok.
"Kami berharap dapat melihat hal ini dilaksanakan dengan cara yang memberikan manfaat nyata bagi para anggota kami," kata Eskelund. (SMCP/Xinhua/CGTN)














