Amerika Ancam Rusia jika Ogah Damai dengan Ukraina

Donald Trump dan Vladimir Putin bertemu di Helsinki, Finlandia, 16 July 2018. Foto: Mikhail Metzel/TASS
FAKTA.COM, Jakarta - Amerika Serikat mengancam akan mengenakan sanksi, bahkan kemungkinan tindakan militer, jika Rusia menolak merundingkan perjanjian damai dengan Ukraina. Washington bisa saja mengerahkan pasukan militernya ke Ukraina jika Moskow ogah bernegosiasi.
Peringatan itu datang dari mulut Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, dalam wawancaranya dengan The Wall Street Journal, Kamis (13/2/2025). Vance mengemukakan bahwa semua pilihan "masih ada di atas meja."
"Ada alat ekonomi yang dapat digunakan, tentu saja ada alat militer yang dapat digunakan," kata Vance.
Pernyataan Vance muncul untuk menjawab perihal pengakuan Presiden AS, Donald Trump, yang tengah memulai negosiasi dengan Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina.
"Presiden tidak akan melakukan ini tanpa pikir panjang. Dia akan berkata: 'Semuanya ada di atas meja, mari kita buat kesepakatan," kata Vance.
Trump dan Vance juga sepertinya membagi tugas demi mencapai perdamaian di Eropa Timur itu. Pasalnya, Vance dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, di Konferensi Keamanan Munich pada Jumat (14/2/2025).
"Saya pikir akan ada kesepakatan yang akan mengejutkan banyak orang," katanya kepada WSJ.
@fakta_pangea Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, meminta agar perang Ukraina-Rusia diakhiri dan menyebut ambisi Ukraina merebut kembali Krimea dan Donbass tidak realistis. Ia juga menegaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO bukan prioritas, dan AS tidak akan mengerahkan militernya ke Ukraina. Menurutnya, Uni Eropa harus lebih bertanggung jawab atas keamanan regional. #Ukraina #Rusia #NATO ♬ original sound - Fakta Pangea
Sebelumnya, AS juga mengirim Menteri Pertahanan Pete Hegseth untuk melakukan rapat dengan perwakilan Uni Eropa, NATO, hingga Ukraina untuk menegaskan sikap Paman Sam terhadap perang dua anak kandung Uni Soviet itu.
Dalam pertemuan dengan sekutunya, Hegseth menegaskan bahwa peluang Ukraina untuk masuk menjadi anggota NATO merupakan Langkah tidak realistis. Pun, jika Ukraina kukuh ingin merebut lagi wilayahnya yang dicaplok Rusia sejak 2014.
Selain itu, AS juga sudah mengatakan tidak bisa menjamin keamanan Ukraina maupun mengerahkan tentaranya ke sana. Sebab, kata Hegseth, prioritas AS sudah bergeser dari keamanan Eropa dan Ukraina menjadi keamanan nasional wilayahnya. (WSJ/Anadolu/ANT)