Tidak Sekadar Menang, Perenang Palestina Suarakan Perdamaian di Olimpiade Paris

Perenang asal Palestina Yazan Al Bawwab dalam Olimpiade Paris 2024. (Dok. Akun X Palestinian Achievements)

FAKTA.COM, Jakarta - Perenang Palestina Yazan Al Bawwab menunjuk bendera negaranya saat berpartisipasi dalam lomba renang gaya punggung 100 meter di Olimpiade Paris.

Perenang berusia 24 tahun itu menjelaskan apa artinya mewakili negaranya yang tidak hanya kekurangan kolam renang, tetapi juga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti air dan makanan.

"Prancis tidak mengakui Palestina. Namun, di sinilah saya dengan bendera di dada saya," katanya setelah finis ketiga dalam lomba tersebut, pada Minggu (28/7/2024).

"Saya sangat, sangat senang bisa mengibarkan bendera saya, punya waktu hanya untuk Palestina, satu lintasan hanya untuk Palestina. Saya pikir ini adalah pesan perdamaian saya," katanya, dilansir di WE News, Selasa (29/7/2024).

Pakar Khawatir Panas Ekstrem Bisa Bahayakan Atlet Olimpiade Paris 2024

"Saya sangat, sangat senang bisa mengibarkan bendera saya, punya waktu hanya untuk Palestina, satu lintasan hanya untuk Palestina. Saya pikir ini adalah pesan perdamaian saya," katanya, dilansir di WE News, Selasa (29/7/2024).

"Kami berusaha membuat dunia tahu bahwa kami adalah manusia. Saya bisa berolahraga seperti orang lain," katanya kepada wartawan.

Prancis pada bulan Mei mengatakan bahwa kondisinya tidak tepat untuk secara resmi mengakui negara Palestina dengan mengatakan keputusan itu pasti lebih dari sekadar penilaian politik.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, perang Israel di daerah kantong yang dikepung itu, yang kini memasuki hari ke-296, telah menewaskan sedikitnya 39.324 warga Palestina, dengan sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Sebanyak 90.830 lainnya terluka, dengan lebih dari 10.000 orang diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.

Israel Serang Kamp Pengungsi Nuseirat Gaza Hingga 63 kali

Al Bawwab, seorang insinyur kedirgantaraan yang menempuh pendidikan di Kanada dan Inggris, tinggal di Dubai tempat ia menjalankan bisnis furnitur. Ayahnya pernah menjadi pengungsi di Italia.

"Saya tidak pernah mengeluh di kolam renang, saya ingat dengan baik orang-orang di Gaza, orang-orang di Palestina yang menderita. Saya tidak keberatan jika saya bangun jam 5 pagi. Itu bukan masalah,” kata perenang itu.

Menurutnya, banyak orang tidak ingin mereka (warga Palestina) berada di Olimpiade tersebut dan tidak ingin melihat bendera mereka. Bahkan, tidak ingin mendengar nama negara Palestina.

“Mereka tidak ingin saya ada. Mereka ingin saya pergi. Tapi saya di sini.” tegasnya.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//