Pesatnya Penggunaan AI, Apa Saja Dampak Lingkungannya?

Ilustrasi Artificial intelligence. (Istimewa)

FAKTA.COM, Jakarta - Penerapan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah berkembang pesat di seluruh lapisan masyarakat. 

Meski memiliki potensi untuk mengatasi tantangan global bersama, seperti perubahan iklim dan mitigasi kekeringan, namun AI juga memiliki dampak lingkungan yang sangat buruk.

Meskipun inisiatif terkini menghadirkan langkah-langkah yang menjanjikan untuk AI yang berkelanjutan, inisiatif tersebut sering kali memprioritaskan metrik lingkungan yang mudah diukur seperti jumlah total emisi karbon dan konsumsi air. 

Inisiatif tersebut tidak memberikan cukup perhatian pada keadilan lingkungan yakni keharusan bahwa biaya lingkungan AI didistribusikan secara merata di berbagai wilayah dan komunitas, menurut laporan Harvard Business Review.

Apa saja dampak lingkungan dari AI?
Pembuangan dan Limbah Elektronik

AI membutuhkan lebih banyak teknologi dan komputer untuk beroperasi daripada biasanya. Ini artinya, pada akhir siklus hidupnya AI dapat menghasilkan lebih banyak limbah elektronik daripada sistem komputer sebelumnya yang dipasang di fasilitas bisnis.

Boros Energi

Mengesampingkan dampak lingkungan dari produksi chip, rantai pasokan AI dan proses pelatihan model bahasa (large language model/ LLM) yang besar, AI juga dapat menghabiskan ribuan megawatt jam listrik dan mengeluarkan ratusan ton karbon. Ini kira-kira setara dengan emisi karbon tahunan dari ratusan rumah tangga di Amerika. 

Mengenal StudyX, Platform AI yang Viral karena Diduga Dipakai Saat SIMAK UI
Boros Air

Lebih jauh lagi, pelatihan model AI dapat menyebabkan penguapan sejumlah besar air tawar ke atmosfer untuk pembuangan panas pusat data. Ini berpotensi memperburuk tekanan pada sumber daya air tawar kita yang sudah terbatas.

Futurism melaporkan, perkiraan internal dari Microsoft tentang fasilitas datanya di Goodyear, Arizona, menunjukkan bahwa fasilitas tersebut akan menghabiskan 56 juta galon air minum setiap tahunnya. 

"Pusat-pusat data itu, menguapkan air ke udara. Pusat data mengambil air dari utilitas ini, dan mereka menguapkan air itu ke langit, ke atmosfer." kata Shaolei Ren, seorang peneliti AI yang bertanggung jawab di UC Riverside, kepada Wired. 

Dan setelah menguap, air itu tidak akan kembali ke Bumi selama satu tahun lagi.

Selain itu, tekanan pada sumber daya air tawar lokal yang disebabkan oleh konsumsi air yang besar terkait dengan AI, baik secara langsung untuk pendinginan server di lokasi maupun secara tidak langsung untuk pembangkitan listrik di luar lokasi, dapat memperburuk kekeringan berkepanjangan di wilayah yang kekurangan air seperti Arizona dan Chili.

Polusi Udara 

Pembangkitan listrik, khususnya melalui pembakaran bahan bakar fosil, mengakibatkan polusi udara lokal dan polusi termal di badan air.
Meningkatnya emisi karbon di suatu wilayah menimbulkan biaya sosial lokal, yang berpotensi menyebabkan peningkatan kadar ozon, partikel, dan kematian dini. 

10 Pekerjaan Ini Bisa Digantikan Artificial Intelligence di Masa Depan

Semua dampak lingkungan ini diperkirakan akan meningkat pesat, dengan permintaan energi AI global diproyeksikan meningkat secara eksponensial hingga setidaknya 10 kali lipat dari level saat ini dan melampaui konsumsi listrik tahunan negara kecil seperti Belgia pada tahun 2026. 

Di Amerika Serikat, permintaan AI yang berkembang pesat siap untuk mendorong konsumsi energi pusat data hingga sekitar 6% dari total penggunaan listrik negara tersebut pada tahun 2026.

Ini menambah tekanan lebih lanjut pada infrastruktur jaringan dan menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi berkelanjutan untuk mendukung kemajuan AI yang berkelanjutan.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Place your ads here
Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//